Lantas bagaimana ?

27 2 0
                                    

Untuk kamu tahu saja, di sini aku selalu berharap agar kamu mengahrapkanku. Aku yang mengharapkanmu sepenuh hati, yang tak pernah lelah menunggu kabarmu, sehebat itu aku mencintaimu.
Kamu seseorang yang tak pernah salah di mataku. Namun aku tak pernah terlihat nyata di matamu. Entah, aku yang bodoh atau dirimu yang tak pernah mengerti aku. Entah, aku yang buta hati atau perasaanmu yang mati.
Tak sadarkah kamu bahwa ada seseorang yang begitu mencintaimu. Bahkan melebihi ia mencintai dirinya sendiri. Aku rasa tanganku tak cukup kuat menggenggam jemarimu, pelukanku tak begitu hangat bagimu.
Untuk kamu tahu saja. Apa yang pernah aku berikan untuk seseorang yang pernah hadir di dalam hati ini (sebelum kamu hadir), aku tak pernah sehebat ini ketika mencintainya. Namamu sering kulangitkan setiap malam. Aku selalu merayu Tuhan dan meminta agar kamu yang menemaniku hingga napas ini habis.
Tapi sayangnya aku sudah kalah darinya. Iya, kalah dari seseorang yang menemanimu sekarang. Aku tak bisa memenangkan hatimu, aku tak begitu mahir merayu Tuhan. Mungkin, dia lebih sering memintamu kepada-Nya dan lebih sering melangitkan namamu dibandingkan aku. Mungkin juga ini cara Tuhan menjauhiku dari seseorang yang mahir mematahkan hati.
Kehadiranmu mengisi rongga-rongga yang kosong, senyummu adalah obat bius terbaik luka sampai perih itu tak lagi kurasakan. Kamu mampu mengubah duka menjadi suka, membuatku percaya bahwa masih banyak harapan yang bisa kugapai.Kamu adalah bintang yang cahayanya berpencar menerangi kegelapan malam.
Kamu berhasil antarkan aku menuju satu impian setelah itu kamu lepaskan genggaman. Ada urusan penting apa hingga kamu memilih pergi? Mengapa hanya singgah sebentar? Sedang aku masih membutuhkanmu, masih butuh bimbinganmu, masih butuh tegar sepertimu.
Setelah tidak denganku lagi, aku harap kamu tak melupakan aku dan kenangan kita. Kumohon simpan dengan baik dan susunlah dengan rapi, walaupun dulu aku menyebalkan, suka membuatmu marah dan suka membuatmu tak enak hati.

Ingatlah aku, ingatlah aku sebagai seseorang yang tak pernah lupa mengingatkanmu segala hal. Ingatlah aku sebagai seseorang yang tak pernah sanggup ketika kamu pergi. Ingatlah aku sebagai seseorang yang selalu mencarimu ketika kamu menghilang. Ingatlah aku sebagai seseorang yang selalu menunggu kabarmu seharian.
​Aku harap kamu ingat; siapa yang mengantarkan makanan untukmu ditengah malam ketika kamu sedang lapar? Siapa yang menghiburmu ketika kamu dihadapi banyak masalah? Siapa yang memberimu jaket disaat kamu kedinginan? Siapa yang meneduhkanmu disaat kamu sedang resah?
​Aku harap suatu saat kamu mengingatnya dengan baik. Simpan saja, kelak kamu akan membutuhkan cerita kita berdua yang dulunya sangat indah dan hanya pantas untuk dikenang. Aku yakin suatu saat kelak akan membuka lemabr kisah kita yang dulu. Iya, kisah kita yang sudah hangus menjadi arang.
Kamu sangat berarti waktu itu. Sangat amat berarti. Kamu adalah salah satu orang yang berada di prioritas teratas, mungkin hingga sekarang.
​Satu hal yang aku benar-benar sesali harus terjadi adalah aku benar-benar tak pernah menyangka kamu adalah sosok yang harus masuk ke deretan orang-orang yang mengingatkanku tentang luka terdalam bagaimana rasanya diperlakukan bahwa aku tak pantas dan tak bernilai.
​Dan lebih menyakitkan lagi, kamu mungkin masih terlalu muda untuk mengerti, di tambah dengan latar belakang tumbuh kembang, lingkungan dan keluarga yang bahagia. Sehingga kamu tak pernah tahu betapa penting untuk menghabiskan waktu dan energi mencoba memahami mendalam apa yang benar-benar terjadi dengan seseorang. Aku harap hidup kelak akan mengajarkanmu sedikit empati.
​​​​​​***
Kamu sangat berarti waktu itu. Sangat amat berarti. Kamu adalah salah satu orang yang berada di prioritas teratas, mungkin hingga sekarang.​
Dan aku terus mengingatmu setiap kali aku sedang berada di tempat yang pernah kita kunjungi. Mengingatmu setiap kali aku menyantap makanan yang kamu sukai. Mengingatmu setiap kali aku menonton film-film yang kamu sukai. Aku selalu berbisik, " kamu pasti senang kalau aku ajak kesini", atau " kamu pasti suka makanan ini ", " kamu pasti suka film ini".
​Namun malam ini aku tersadar, bagaimana jika sebenarnya pikiran-pikiran itu salah? Bagaimana jika selama ini aku hanya mengira dia menyukai hal itu. Bagaimana jika dia sebenarnya bahkan menganggap hal-hal tersebut biasa saja.
​Bagaimana jika aku pikir aku mengetahui apa yang bisa membuatnya senang tapi ternyata aku keliru?. Bagaimana jika selama ini aku tak pernah benar-benar membuatnya bahagia?.
​Bagaimana, jika selama ini aku pikir melakukan apa yang baik untuknya, namun faktanya aku tak benar-benar berusaha memahami maksdunya dan justru membuatnya kecewa meski saat itu aku hanyalah sebagai kawan biasa?.
​Sulit,
Menerima fakta bahwa di hidup yang sekali ini saja, banyak hal tertulis untuk hidupku. Namun diantaranya tidak tertulis bahwa aku akan menjadi alasanmu bahagia. Tidak pula untuk menjadi bagian dari kebahagiaan itu.
​Namun dalam hidup aku belajar, pencapaian bukanlah apa yang aku dapatkan, atau aku telah menjadi apa, melainkan apa yang bisa kulakukan dengan sebisa dan semua yang aku punya untuk membawa kebahagiaan untuk seseorang.
​Tak ada gunanya memaksakan. Yang bahagia tanpa kita, harus diizinkan bahagia. Terkadang sekedar membiarkan dan menyaksikan kebahagiaan seseorang adalah bentuk kasih sayang tertinggi yang bisa kita berikan untuk yang tercinta.
​​​​​​***
Maaf untuk semua hal yang aku katakan atau aku lakukan yang membuatmu enggan dan tak nyaman. Kamu menghargai perasaanku. Namun aku terlalu banyak berharap.Kamu terlalu banyak memaklumi. Dan aku sering kali tak tahu diri.
​Terkadang, aku ingin pergi menjauhi karena aku ingin kamu merasa tak terganggu lagi. Maaf untuk semua hal yang harusnya cukup sebagai teman. Namun aku tak henti berhalusinasi kita bisa mencoba hal baru, sesuatu yang sedikit lebih dari sekedar teman.
​Aku tahu pada satu titik, siapapun termasuk aku. Akan mengalami yang namanya kejatuhan. Dan aku pun tahu bahwa kejatuhan adalah hal yang pentng dari hidup. Bagaimana kamu bisa disebut mengalami kebangkitan jika sebelumnya kamu belum berkenalan dengan dia (kejatuhan), atau berada dalam posisi jatuh.
​Namun yang aku juga tahu sekarang adalah aku sudah melayang bersamamu. Dan karena kejatuhan adalah hal yang penting dan aku tahu aku tak akan terjatuh sendirian, maka aku tak takut akan ketinggian.
​Momen bahagia terlalu berharga untuk tidak kamu rayakan sepenuhnya hanya karena kamu takut jika hal itu berubah dan tidak bisa terulang lagi. momen sedih tidak akan terasa lebih ringan hanya karena kamu mencegah dirimu menikmati momen bahagia yang datang sebelumnya.
​Kita pernah menghabiskan banyak waktu melakukan banyak hal. Banyak sekali hal. Tapi dari hal-hal tersebut tidak termasuk membuka diri untuk mengizinkan satu sama lain mengenal lebih dalam lagi.
​Saat itu kita memang banyak menabung memori untuk  dikenang, tapi tidak menabung pemahaman dan kepercayaan. Saat itu kita begitu pandai untuk saling mengenal di permukaan, namun bukankah semua yang mengakar di kedangkalan hanya akan berujung pada ketumbangan.
​Tapi apa? Lihatlah kita sekarang, dua orang asing yang tak mengenal satu sama lain. Bahkan untuk saling sapa pun tak bisa.
​​​​​​***
​Aku mencintaimu, bukan obsesi. Jadi aku tahu kapan harus terus berusaha dekat, aku tahu kapan harus menjaga jarak. Bukan karena aku tidak terlalu cinta. Aku sangat cinta. Tapi aku cukup bijaksana untuk memahami bahwa jika yang aku cinta adalah seseorang yang tak memiliki kapasitas untuk berinteraksi dengan penghargaan terhadpku, maka aku cukup mencintai dari kejahuan.
​Aku tak menyalahkan atau menjelekan. Karena setiap orang memang memperlakukan orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Jika padaku dia tak bisa mencoba merendahkan hati dan ego untuk berusaha menjalin silaturahmi yang positif, itu bukan salahnya, dan aku tak boleh memaksakan.
​Jika aku memaksa maka aku akan egois. Sementara, jika aku mengizinkannya melakukan hal-hal yang tidak respek padaku, maka secara otomatis aku membuatnya seseorang yang egois. Cinta memang seperti itu.
​Terkadang untuk bahagia kita harus melewati perjalanan penuh pelajaran. Termasuk pelajaran untuk menerima tanpa memaksakan, pelajaran untuk menyayangi tanpa memiliki, pelajaran untuk berharap tanpa terobsesi. Dan jangan lupa selalu berdoa yang terbaik untuknya.
​Dulu, ini malam yang selalu kita tunggu. Kamu sibuk menerawangi menu, aku sibuk menerawang matamu. Didalamnya berbinar masa depan kala itu, kini masa lalu. Hari ini kita kembali sama-sama habiskan malam minggu. Aku habiskan denga mengingatmu, dan kamu habiskan dengan yang baru.
​Suatu hari, aku pernah bertemu seseorang yang wajahnya sedikit mirip denganmu. Rambutnya mirip sekali dengan gaya rambutmu ketika terakhir kali bertemu. Caranya berjalan dan bergerak pun begitu mirip.
Aku terdiam. Dalam sekejap semua hal yang disekitarku lenyap dari penangkapan panca indraku, karena aku tenggelam dalam memori hal-hal yang pernah terjadi dulu; perkenalan, pertemanan, obrolan, canda tawa, lagu, film, makanan, tempat, suaramu, caramu menghindariku, caraku yang terlalu mengganggumu dulu, dan semua hal tanpa kecuali.
​Dan kemudian hal itu membuatku terselimuti oleh sensasi kekaguman dan juga sensasi ketakutan. Unik sekali bagaimana sosok yang adalah sumber kebahagiaan, inspirasi, dan  semangatku dalam bekerja untuk memberi, dalam berusaha untuk menyayangi, juga telah menjadi sumber ketakutanku.
​​​​​​***
" ajari aku cara untuk tidak peduli terhadapmu. Nanti akan kuajari bagaimana caranya mencintai walau tak di inginkan "

P E R N A H Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang