Semua pernah merasa malas jatuh cinta, yaitu ketika kecewa untuk kesekian kalinya. Semua pernah merasa susah percaya siapa-siapa, yaitu ketika berharap lagi pada seseorang yang salah. Patah hati seharusnya membawa kita menjadi seseorang yang siap untuk jatuh cinta lagi.
Seseorang yang ingin dicintai seseorang yang lebih baik. Seseorang yang tidak ingin mengulang salahnya kemarin. Jangan salahkan masa lalumu. Jangan benci juga terhadap penyebab lukanya. Ketika jatuh cinta lagi nanti, kamu butuh dia. Untuk apa? Untuk belajar. Belajar apa? Belajar menjatuhkan pilihan.
Dan suatu hari nanti, yang telah jatuh berkali-kali. Akan mendapatkan bagian bahagianya sendiri. Dan kelak, kau akan lupa jika dulu pernah begitu terluka. Kau hanya butuh percaya jika 'cinta' yang tepat, akan datang di waktu terbaik.
Dan aku percaya perihal itu, buktinya semesta memberiku kesempatan untuk dekat denganmu lagi. Huft.. menyebalkan sekali, memang. Kala aku harus mengulangi fase yang sama. Tak apalah semoga saja akhir ceritanya berbeda. Aku pikir semesta sudah merevisi cerita, khususnya bagian akhirnya. Tak ada lagi patah hati yang berkelanjutan. Bahagia kemarilah, jangan luka yang datang sebagai langganan.
Kini kamu sudah terbiasa dengan kehadiranku dihidupmu. Ku pikir ini fase terindah bagiku. Saat kamu telah terbiasa melupakan dia. Tapi tetap amarahku pada dia belum punah, meski kamu telah mengikhlaskannya begitu saja. Beruntung sekali dia, membuat luka lalu pergi saja.
***
Sekuat apa pun kamu memaksa aku untuk tidak marah padanya, percuma saja. Maaf untuk hal ini aku beregois padamu. Aku tak mungkin mengingkari janji yang telah aku buat. Jika aku mengingkari janji pada diriku sendiri, lalu apa nasibnya nanti tentang janji-janjiku padamu.
Bila aku tidak bisa menepati janji yang aku ciptakan, lebih baik aku mati saja. Percuma hidup jadi seorang pembohong pikirku. Aku mohon jangan kamu pikir aku manusia suci tak pernah luput dari dosa. Aku sama seperti manusia sewajarnya punya dosa punya lupa.
Akhir pekan itu saat aku tak sengaja jumpa dengan dia yang menyakitimu. Sialnya aku sedang bersamamu. Tidak bisa ku tanyakan mengapa dia menyakitimu kala itu. Kenapa harus saat aku sedang berdua denganmu bertemu dengannya.
Coba saja saat aku sendiri mungkin telah aku temui jawaban kenapa meninggalkanmu. Dari pada kamu menyangka aku bertengker dengannya. Aku sapa dia seperti biasanya teman seakan tidak ada yang terluka.
Aku lihat kamu begitu cepat memalingkan wajahmu. Seakan akan kamu jijik bertemu dengannya. Aku menahan tawa, saat moment itu. Sampai akhirnya kamu pun tau bahwa aku sedang menertawakan kamu yang bersimpangan dengannya. Di cubitnya aku dengan kencang. Sontak membuatku berteriak "aw" dengan lantang.
"pacar kamu tuh" tanyaku kepadamu dibarengi dengan tawa.
Tidak ada kata jawaban darimu, yang timbul malah gerakan bibirmu yang maju dan cemberut. Sungguh wajah yang lucu bila aku abadikan di galeri ponselku. Semakin aku ledek, bukan marah yang aku dapatkan melainkan tawa yang kamu berikan. Sepajang jalan kami tertawa bersama dengan dia yang aku jadikan topik perbincangan.
Pepatah mengatakan "bila membicarakan orang lain, orang yang sedang dibicarakan akan merasakan kepanasan di telinganya". Apakah telinga temanku ini kepanasan atau bahkan sampai kebakaran dan harus meminta pertolongan kepada tim pemadam. Sungguh malang sekali bila itu harus benar benar terjadi.
***
Kita akan menjelajahi lekukan-lekukan semesta. Mengisi celah-celah kekosongan semesta dengan kebersamaan dan akan selalu kita maknai.
Kita perlu waktu,
Untuk bersebelahan,
Untuk berdebat pendapat lalu tertambat.
Untuk bermalas-malasan dan bersenang-senang.
Atau, kita tapaki kaki dijalan-jalan berkerikil dan berlubang
Seperti rindu-rindu duluku yang berkubang,
Diatas genangan-genangan yang terkenang.
***
"aku hanya ingin kamu tahu, bahwa tepat sesaat setelah kita bertemu, pencarianku berhenti, dikamu "
KAMU SEDANG MEMBACA
P E R N A H
RomansDalam buku ini bercerita; Bagaimana 'aku' sebagai penulis, yang merangkap juga sebagai korban rasa, dan 'kamu' sebagai sebab utamanya. Perkenalan, kasmaran, patah hati, dan dipaksa mengikhlaskan adalah siklus siklus yang aku rasakan, yang aku coba s...