Etika dalam cinta

11 2 0
                                    

Aku memilih menjauh bukan berarti aku sedang melupakan, perlu diingat. Aku hanya perlu berdamai dengan semua luka yang pernah terbuat tanpa sengaja (mungkin), dan berdamai dengan semua kenangan yang sempurna masih dalam ingatan.
​Lagi pula, aku menjauh agar tak ada perasaan lagi yang tumbuh. Dan ketika nanti waktu mempertemukan kita kembali, aku melihatmu biasa saja tanpa ada sedikitpun tentang perasaan kemarin.
Meski telah berulang kali aku tunjukkan bagaimana perasaanku kepadamu, namun sikapmu seolah tidak mengerti sedikit pun bagaimana aku mencintaimu. Kamu yang saat ini masih kupandang tanpa adanya penghalang, tak bisakah sedikit saja untuk mengerti? Bahwa aku ingin memiliki hubungan yang lebih dari ini.
​Bersama waktu demi waktu yang terus bergulir aku mengkhawatirkan sesuatu, bukan hal yang tak mungkin jika suatu waktu seseorang yang baru datang pada hidupmu. Dan membuatku semakin jauh untuk menggapaimu.
​Bukan hal yang tak mungkin jika suatu waktu jalan pikiranmu pun berubah menjadi lebih tak kumengerti. Seandainya saja aku bisa dengan mudah masuk kedalam duniamu yang tersembunyi itu, akan kucuri segala informasi tentangmu agar aku bisa lebih memahamimu.
​Jutaan definisi tercipta atas nama cinta. Ribuan kata-kata mengenai perasaan bertebaran setiap harinya. Diantara suka dan duka perasaan umat manusia, aku berjalan seorang diri tuk mencari, tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang kucari.
​Di tengah keramaian cahaya lampu perkotaan, ada hati yang sedang ditimpah kehampaan. Seseorang yang beberapa hari lalu masih begitu dekat, kini menjauh seakan membuat sekat. Seperih inikah rasanya yang dinamakan kehilangan? Tidak, ini bukan kehilangan.
Sebab seharusnya, kehilangan berarti aku pernah memiliki. Maka yang lebih tepat kugunakan bukanlah kehilangan, tapi kegagalan dalam mendapatkan. Atau mungkin, kehilangan dapat kudefinisikan sebagai tidak ada lagi hadirmu yang mampu membuatku merasa indah setiap harinya.
Maka saat kamu melangkah menjauh, saat itu pula keindahan dalam hidupku ikut menjauh ikut terbawa olehmu. Demikianlah kamu seseorang yang kudefinisikan sebagai keindahan. Sialnya, belakangan ini aku ketahui, bahwa seseorang yang kamu damba telah kembali, lantas kamu pergi tanpa memedulikan hati yang teramat mencintai ini.
​Pernahkah terlintas dalam benakmu? Ada aku yang sedang berupaya agar tetap tampak bercahaya dihadapan orang-orang terdekatku. Meski saat kusendiri, aku tetap tak berdaya untuk berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa.
​Kamu pergi begitu cepat, saat aku merasa sedikit lagi kamu bisa untuk kudekap. Perhatian yang kuberi, hanya kamu balas dengan ucapan terima kasih, tak mengertikah kamu bahwasanya yang aku inginkan adalah, agar kita segera menjadi sepasang kekasih. Jauh dari harap, kammu malah pergi tanpa berucap.
​Sebagai manusia, potensi untuk berubah pikiran selalu ada. Dalam keadaan yang tak karuan aku mencoba untuk mencari mana yang seharusnya aku jalani? Menikmati merindu atau berharap kamu kembali.
Atau melangkah keluar tuk memulai sebuah kisah baru tanpa ada sedikit pun tentangmu. Hal ini ,menjadi begitu sulit sebab aku mengerti, menunggu adalah pekerjaan yang sangat menyebalkan.
Demikian pula memulai sebuah kisah baru, tak sesederhana bagaimana orang lain ucapkan. Karena kita tak pernah tahu, lenih mana waktu menunggu atau menemukan yang baru. Seandainya saja keduaya memiliki waktu yang sama, aku tak tahu mana yang harus kupilih.
Cahaya lampu perkotaan semakin berkurang, beberapa  toko mengakhiri jam operasionalnya, dan kendaraan yang berlalu lalang dihadapku pun tak seramai sebelumnya. Namun aku masih mencari, tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang kucari.
Disetiap langkah kaki, ada pikiran yang terus menghabiskan energi. Berharap menemukan entah apa itu. Setelah kepergianmu, aku bagaikan sebuah perahu tanpa ada seorang pun yang menaikinya. Bergerak, dan berlayar mengikuti kemana anginkan membawanya. Disebah tepian, seseorang
Kamu bilang, bahwa kamu telah melihatku bisa tertawa lepas dari sebrang sana. Kamu bilang, bahwa kamu merasa lega setelah bisa melihatku tertawa. Kamu bilang, bahwa aku telah membuatmu beranjak ke zona dimana semuanya harus lupa. Dan kamu juga bilang, terima kasih karena aku sudah bersedia untuk bersama.
Ingin aku jelaskan padamu, mungkin kamu bisa melihatku tertawa, tapi percayalah, selama ini aku sedang berpura-pura. Mungkin kamu bisa merasa lega karena melihatku tertawa, namun percayalah, butuh waktu yang lama untuk bisa melewati ini semua.
Mungkin kamu mudah untuk bisa beranjak ke zona dimana semuanya harus dilupa, namun tidak denganku, yang harus bersikeras untuk bisa menerima fakta bahwa kamu sudah tak ingin lagi untuk bersama.
Terima kasih kembali karena sudah pernah pernah mewarnai hari-hariku, semoga kekasihmu itu, bisa lebih baik, bahkan harus jauh lebih baik dariku.
​​​​​***
" mungkin kau tahu langkah ku, tapi tidak dengan luka ku "

P E R N A H Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang