Pernah terlintas sesekali dalam hidupku, seluruh alam semesta berkonspirasi untuk menciptakan momen-momen terindah; Gerhana, pelangi, aurora, kelahiranmu di dunia, pertemuan pertama kita, dan proses padamu aku jatuh cinta.
Namun, hingga sekarang aku bertanya-tanya, apakah suatu hari nanti alam semesta akan berkonspirasi untuk menciptakan satu lagi momen indah yang aku sebenarnya tak lagi memiliki harapan akan terjadi; kau datang padaku, membawa segenggam rindu yang selama ini kau rahasiakan.
Ada satu kalimat dari pesanmu yang selalu kutunggu kenyataanya. Di pesan itu kamu menyebutkan tanggal akan kembalinya kamu ke kota Bogor. Begitu istimewanya tanggal tersebut, sampai sampai kulingkari dengan spidol merah. Entah seberapa siriknya angka yang sama di bulan yang berbeda, melihat angka itu begitu kuperlakukan dengan begitu spesial.
Lagi lagi wajahmu murung saat tiba di perantauan. Wajar, mungkin saja kamu masih ingin berada dalam suasana kehangatan keluarga pikirku. Tenanglah nanti pun kamu dapat berdialog secara langsung dengan mereka kembali. Bersabarlah !!
Siang itu selepas kuliah, aku beranikan diriku menghampiri dirimu yang sedang asyik berdiskusi dengan teman – temanmu. Betapa malunya aku saat tiba – tiba aku jadi pusat perhatian oleh kawan – kawanmu. Langsung saja aku utarakan apa yang ingin aku ucapkan, dari pada aku lebih lama jadi pusat perhatian temanmu. Bisa mati berdiri aku jika harus berlama – lama berada disini.
***
Tanpa pikir panjang, langsung aku tanya apakah aku boleh pulang bersamamu hari ini ?. Tidak ada kata yang keluar dari bibirmu waktu itu, hanya saja kamu mengangguk sembari tersenyum kepadaku. Sungguh senang bukan kepayang aku dibuat oleh jawaban yang diwakilkan dengan gerak kepalanya. Tak perlu kucerna lagi makna dari gerakan tadi.
Sebelum aku pergi meninggalkan dia dan teman – temannya, aku sempat berbisik jauh kepadanya.
Lalu berkata "aku tunggu kamu di trotoar depan gerbang kampus".
Aku temui kawan – kawanku yang sudah menunggu di trotoar kampus. Mereka menyambutku dengan tawa yang bervolume kencang, bahkan mungkin saja bisa mengganggu pendengaran penghuni trotoar kampus lainnya.
Tat kala aku sedang asyik bercanda tiba tiba ada suara yang memaksa merasuk kedalam telingaku. Aku mengenali suara ini batinku. Saat kutengok kearah belakang ke sebrang trotoar. Nampaknya telingaku tak bermasalah karena, telinga dan kepalaku sinkron mengatakan itu suara kamu. Dan memang benar itu suara bersumber dari bibirmu. Tak mau membuatnya lama menunggu, dengan cepat kupinjam sepeda motor milik temanku. Temanku sudah paham bahwa aku ingin mengantarkannya pulang.
Entah mengapa aku begitu menikmati setiap ruas jalan kala itu, sampai sampai aku tak sadar bahwa aku mengendarai motor dengan kecepatan 40 Km/jam. Dalam perjalanan otakku tak henti henti berpikir apa yang harus aku ucapkan, karna tak mungkin aku harus mengucapkan huruf "P" untuk memulai dialog sama persis seperti aku yang memulai diskusi lewat media sosial kala itu.
Tiba tiba pemikiranku dipecahkan oleh suara lembut tepat di atas bahu belakang telinga kiriku. Ooh...tuhan tolong kuatkan aku dari suara bidadari ciptaanmu yang duduk dibelakangku ini. Terlalu nyaman aku dibuatnya melalui dialog singkatnya, sampai tak terasa sudah berada tepat didepan pintu gerbang kostannya. Ah sangat menyebalkan kenapa begitu cepat sampai ke kostannya.
Sudahlah mungkin sampai disini untukku hari ini berbincang langsung dengannya, masih ada hari esok ini pikirku. Akhirnya berkat moment hari itu aku tau dimana kamu biasa beristirahat melepas penat beban kuliah. Pamit lah aku dari hadapanmu, sebelum aku pulang,
"terima kasih banyak, hati hati di jalan" katamu sambil melambaikan tangan ke arahku.
Sungguh kalimat sederhana yang bermakna istimewa, sebagai penutup percakapan senja itu.
Hanya kujawab "iya" sambil tersenyum sebelum aku memacu motorku ke arah jalan pulang.
Sempat aku intip wajahmu menggunakan spion, nampaknya kamu menyadari itu yang membuat aku malu sendiri karna telah melihat wajahmu tanpa meminta izin terlebih dahulu. Sepanjang jalan pulang dari kosanmu aku masih senyum senyum sendiri. Aku sangat menikmati proses ini tuhan, apa aku bisa mengulangnya lagi esok hari ?
Selepas mengantarkanmu pulang, aku tidak langsung pulang ke kontrakan. Melainkan aku melakukan kegiatan yang sama halnya menyenangkan seperti aku mencoba mengenalmu lebih jauh. Sesampainya aku di trotoar kampus, tempat biasa aku menghabiskan waktuku sepulang kuliah. Tak ada kegiatan yang perlu kalian ambil dari kegiatan nongkrongku. Karena saat nongkrong aku dan mereka sahabatku hanya ketawa ketiwi membully orang yang melintas.
Setiap malam kita berkomunikasi via suara, hanya untuk bercerita yang penting. Sepertinya saat itu tak ada lagi kegiatan yang ingin kulakukan selain saling tukar kabar lewat pesan. Sebab itu lah amnesia selalu kunikmati.
***
Semakin hari aku semakin tau hampir semua kegiatanmu disini. Mulai dari kerja kelompok sampai berorganisasi. Wow begitu bermanfaatnya semua kegiatanmu, sangat berbeda jauh dengan diriku ini. Bodohnya aku yang terlalu bersikap normal terhadapmu saat didalam kelas. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya saat di dalam kelas.
Nampaknya kesempatan itu dimanfaatkan oleh teman sekelasku, yang mencoba untuk mendekatimu. Karna tidak ada satu orang yang tahu bila aku sudah menyimpan rasa terhadapmu selain teman kontrakanku. Hatiku mulai cemburu, dengan sok jagoannya aku yang hanya bersikap biasa. Karna aku masih tahu batasan, lagi pula aku bukan pacarnya. Lantas apa hak ku untuk cemburu ?
Pagi tadi; kamu tersenyum. Kamu bilang padaku " hati-hati ya". Kini; aku tersenyum. Aku bilang padamu; "kamu jaga diri ya". Kini aku tak bisa (lagi) bersamamu. Kamu dalam fana, sedang aku dalam keabadian. Doakan saja aku; semoga aku abadi dalam baik. Untuk kamu; semoga kamu selalu membaik; dalam diri, dalam berteman, dalam hidup, dalam segala hal.
Saat diawal kita bertemu, saat pertama kali berkenalan, dan di saat awal aku mulai mendekatimu. Masih aku ingat jelas. Katamu, kamu takut untuk terluka lagi. Katamu, kamu sudah berulang kali kecewa. Katamu, bisakah aku membuktikan kepadamu bahwa aku berbeda.
Akhirnya aku berhasil membuktikan padamu, bukti bahwa aku berbeda. Namun sayangnya, kamu pun memberikanku bukti bukti juga bahwa ada cinta butuh perjuangan tetapi pada akhirnya tidak dianggap. Itulah aku dimatamu ! TAK DIANGGAP !
Ya, kamu adalah bukti, bahwa ketulusan cinta tidak berarti terkadang. Bahwa kesungguhan tidak memiliki makna. Bahwa perjuangan pun bisa berakhir dengan sia-sia. Terima kasih atas semuanya, aku menikmatinya.
***
Aku berhenti. Kini dimana semua hari yang kita lewati bersama, nampaknya tak lagi membuat kita nyaman. Sikapmu yang kini sering berubah-ubah seolah meyakinkanku, genggamanmu tengah merenggang.
Aku tak tahu kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga membuatmu berbuat demikian. Sementara aku disini masih menanggung kuatnya rasa sayang yang engkau paksa harus berhenti. Aku bisa apa? Berjuang sendirian tanpa timbal balik rasanya membuatku lelah. Aku berhenti, anggap saja aku yang mengalah lalu memilih pergi.
Kamu tak salah, mungkin ekspetasiku saja yang begitu berlebihan; akan perasaan, akan kebaikan, akan perhatian, dan akan segala hal tentang kamu. Yang jelas-jelas takkan mungkin aku dapatkan. Yang aku lupa; bahwa kamu masih menjadi bintang, sedang aku hanya butiran debu tanah gersang.
Aku memang kalah dari segala hal bila dibandingkan dengan dia temanku sendiri, yang sedang melakukan siklus pendekatan terhadapmu. Orang bodoh pun tahu, bila harus memilih aku atau temanku ?.
Mulai dari kegiatan saja, kegiatan aku dengan dia sangat jauh berbalik, aku seorang anak jalanan ditambah seorang seniman rokok batangan yang ingin mencoba dengan penuh harap menaikan derajat orang tuaku.
Tidak perlu kamu tahu aku ini seperti apa ? percuma saja kamu mencari tahu dengan bertanya pada sahabat sahabatku, itu hanya membuang waktumu sia sia saja. Karena kamu tak akan menemui jawabannya. Semua sahabatku adalah tipikal orang yang suka melakukan hal konyol atau bisa saja disebut bodoh oleh orang yang melihatnya.
Namun tak dapat dipungkiri bila tidak adanya keikut sertaannya aku dan semua sahabatku dalam acara jurusan, acaranya akan terasa flat flat saja. Mungkin hal itu tercipta karena selera humorku yang tinggi. Karena bagiku saat berhasil membuat orang lain tertawa atau bahagia maka aku berguna bagi mereka.
Jadi hanya cuma itu yang dapat aku berikan terhadap kehidupanmu, selalu membuatmu tersenyum saat kamu baru membuka mata dari tidurmu sampai kamu akan tertidur kembali. Karna sifatku yang humoris itu membuat aku mengenal bayak teman hanya untuk sekedar saling bully membuly.
Bagi kita bully membully adalah hal wajar, demi mempererat persahabatan. Selagi tak menyinggung hal yang berkaitan dengan orang tua masing masing tidak masalah.Menjadi humoris itu tak semenyenangkan yang kalian pikirkan. Karna aku harus melakukan hal lebih demi menyakinkan segala hal, tak terkecuali perasaan. Melakukan hal lebih pun belum menjamin orang lain percaya.
***
" Bagaimana aku dan kamu menjadi kita, bila setiap kata yang aku ucapkan kamu anggap bercanda "
KAMU SEDANG MEMBACA
P E R N A H
RomansDalam buku ini bercerita; Bagaimana 'aku' sebagai penulis, yang merangkap juga sebagai korban rasa, dan 'kamu' sebagai sebab utamanya. Perkenalan, kasmaran, patah hati, dan dipaksa mengikhlaskan adalah siklus siklus yang aku rasakan, yang aku coba s...