Keenam

114 6 5
                                    

Kenapa harus Kau alasanku, dapat bertahan menghadapi siksaan ini?

_Hanska Alfatih_

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Rey Ka University

"Ra? Lo tau siapa Hanska Alfatih?" Tanya Caca menyikut badan Rara. Rara berbalik menatap Caca, sejenak berpikir.

Semenit kemudian Rara menggeleng sambil menyengir kuda. "Gue tau dari mana? Tapi mereka pasti taulah." Tunjuk Rara ke beberapa cowok yang berkumpul di bawah pohon  rindang.

Caca menaikkan alisnya seolah bertanya. Namun Rara memberi isyarat, lo lihat aja sendiri.

Dengan anggunnya Rara berjalan mendekati sekumpulan senior itu untuk bertanya. "Permisi kakel? Ada yang nampak kak Hanska ga?" Tanya Rara lembut dengan wajah baby facenya.

Beberapa senior di hadapannya saling memandang bingung, "Ada apa ya dek?" Tanya salah salah satu senior yang memegang gitar.

"Saya pacarnya, habis nomornya ga aktif sih." Jelas Rara sembarangan, membuat senior yang saat ini di temuinya hampir tersedak liur sendiri, termasuk Caca yang melihat.

Caca tertawa ngakak dari jauh, mendengar perkataan konyol temannya ini. Mengingat entah sejak kapan Hanska memiliki pacar.

Ucapan salah satu senior itu membuat Rara mengembungkan pipinya lucu. "Hahah bangun dek, dah siang. Tapi kalo lo tetep mau jumpa juga, gue tunjukin."

Rara mengangguk semangat, membuat para senior yang di temuinya gemas pengen cubit.

"Sini." Ajak salah satu senior cowok berambut gondrong berjalan mendahuluinya.

Rara mengekori dari belakang, sementara Caca beralasan ke toilet agar tak berjumpa dengan orang yang Rara cari, tak lain adalah abangnya.

Rara memperhatikan sekitar, mereka berjalan memasuki gedung seni yang terletak di paling sudut universitas, menurut penjelasan senior berambut gondrong tersebut. Rara memperhatikan sekelilingnya, tenang dan damai Membuat Rara ingin berlama di sini.

Setelah melewati beberapa lorong sepi, akhirnya mereka tiba di salah satu lorong tinggi yang terpisah dari gedung seni, dapat dilihat hanya memiliki satu pintu besar bercorak naga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melewati beberapa lorong sepi, akhirnya mereka tiba di salah satu lorong tinggi yang terpisah dari gedung seni, dapat dilihat hanya memiliki satu pintu besar bercorak naga.

Dari dalam, Hanska dapat mendengar suara-suara berisik menganggu aktifitasnya. Dengan terpaksa Ia berjalan kearah pintu, walau dengan pakaian setengah telanjang.

Ini semua akibat rekan kerjanya yang lagi-lagi dengan sengaja berjabat tangan dengannya. Entah sampai kapan Hanska menahan seperti ini.

Senior berambut gondrong itu menghentikan langkahnya, di depan pintu. "Gue.."

Don't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang