Kedelapan

55 3 2
                                    

Pernahkah kau merasa jika takdir mempermainkan dirimu dengan sadis? Lalu menarikmu mengenal apa itu kebahagiaan hakiki?

_Hanska Alfatih_

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Saat Hanska berbalik dengan roti lengkap selai coklat di tangannya untuk di panaskan di microwave. Mata Hanska membulat sempurna untuk yang kesekian kalinya dibuat cewek barbar bernama Rara.

Dengan cepat Ia meletakkan asal roti dan selai di atas meja, buru-buru menghampiri Rara dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Hei!!" Teriak Hanska saat Rara meminum wine berusia seratus tahun miliknya.

Siapapun tahu bahwa wine itu adalah pantangan yang tidak boleh di pegang apalagi di minum oleh siapapun. Selain harganya yang luar biasa mahal, juga itu adalah hadiah dari eyang kakung idolanya. "Lo pikir ini murah!" Bentak Hanska merebut botol wine yang sudah tinggal setengah isinya.

Rara berusaha merebut kembali botol wine ditangan Hanska, namun Hanska mengangkat tinggi-tinggi botolnya agar tak dapat dijangkau oleh Rara.

"Balikin! Itu punya gue!" Racau Rara tanpa sadar berusaha merebut kembali minuman beralkohol itu. "Balikin ga? Gue teriak ni." Ancam Rara melompat-lompat agar tangannya dapat menjangkau botol wine ditangan Hanska.

Dengan susah payah Hanska menutup kembali wine miliknya dan menyimpan di lemari gantung agar Rara tak dapat mengambilnya.

Rara terus saja meracau, merengek dan ngelantur tidak jelas membuat Hanska semakin pusing dibuatnya. "Lo bisa diem ga sih!" Bentak Hanska jengkel sambil menyingkirkan badan Rara agar berhenti menempeli badannya.

"Uwa, papa! Lala kangen!" Peluk Rara erat sambil bermanja Ria di tubuh Hanska. "Papa tau ga? Lala selama ini kesepian sendiri, dak ada mama, dak ada papa, diusir dari rumah peninggalan papa, hmm, terus Lala di usir dari perusahaan yang lama karna Lala di fitnah pa ama si Hani." Celoteh Rara manja sambil menatap Hanska dengan mata setengah sadarnya.

Hanska mendengarkan setiap perkataan cewek di hadapannya. "Iih, bukan papa! Lo cowok nyebelin itu!" Bentak Rara saat menatap Hanska lekat-lekat.

"Gue tuh keseeeel sama lo! Heh lo, nama lo Ha.. Ha siapalah itu, setiap gue jumpa ama lo gue sial mulu bawaan, apalagi pas pertama jumpa, terus lo nyerempet gue! Terus lo nyium gue! Huh, itu ciuman pertama gue buat kak Bara tau ga siih." Jelas Rara panjang lebar sambil memukul-mukul dada bidang Hanska.

Hanska hanya melihatnya tak habis pikir. Bila sadar, Rara selalu jutek dengannya, tapi lihat sekarang? Bahkan berteriak seperti anak kecil yang minta di belikan permen.

"Balikin ciuman gue!" Rengek Rara menatap Hanska berani. Sedetik kemudian, Hanska membulatkan matanya sempurna, menerima serangan dadakan dari Rara.

Rara menangkup pipi Hanska, lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Hanska. Seolah hal itu benar-benar dapat mengembalikan ciuman pertamanya.

Rara melepaskan ciumannya, sambil tersenyum penuh kemenangan menatap Hanska. Persis seperti anak kecil. Dengan sempoyongan Ia berjalan ke kamar pribadi Hanska dan meninggalkan cowok itu yang terdiam mematung akibat ulahnya.

Huft, kalo ga karna lo, ciuman pertama gue juga ga ilang.

Batin Hanska dalam hati, pusing akibat ulah Rara yang hiperaktif itu.

Klontang.

Bunyi benda terjatuh dari arah kamarnya. Dengan cepat Hanska menyusul, untuk melihat ulah apalagi yang di akibatkan Rara.

Don't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang