Kesepuluh

26 0 0
                                    

Takdir, apa ini maksudnya? Lagi-lagi kau mempermainkan aku

_Raradiyaksa Kenneth_

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

"Bro, selamat ya, semoga samawa." Ucap Haidar mendoakannya, setelah itu berlalu pergi dengan Caca yang di tarik paksa olehnya. Saat ini dalam ruangan pribadi Hanska hanya tinggal kedua orangtuanya, dirinya, dan istri barunya, Rara. Lupakan soal perias, wali atau pun penghulu.

"Emm.. Thank's." Jawab Hanska sekenanya. Di perhatikannya lagi wajah damai gadis yang kini menjadi istrinya. Walau Hanska masih belum menerima di nikahkan dengan seorang gadis hamil seperti Rara, namun demi Riska Ia rela.

Ngomong-ngomong soal Rara, sampai saat ini gadis itu tak tahu bila statusnya sudah berganti menjadi seorang istri, bahkan niat awal Hanska untuk memanggil Dokter pun berlalu

Wajah lo damai gitu, kaya gada beban tau ga sih.

Batin Hanska menghela napas berat.

Riska duduk di samping Rara, memperhatikan wajah menantunya itu, Ia yakin sekali gadis yang saat ini menjadi menantunya mirip dengan seseorang, Ia masih harus menyelidiki masa lalu Rara.

"Nak, semoga menjadi suami yang amanah dan bertanggung jawab ya. Mama sama ayah sekalian mau pergi mengurus perusahaan yang di Paris." Ucap Riska sambil menggandeng suaminya. Hanska hanya menghela napas pasrah.

"Ma.. tunggu dokter yang meriksa dateng dong baru mama sama ayah balik, atau ga tunggu dia bangun sekalian." Pinta Hanska memohon, kedua orang tuanya saling pandang.

Reyhan angkat suara. "Nak, sekarang Ia istrimu, ayah percaya abang bertanggungjawab." Jelas Reyhan tersirat. Hanska paham, namun ada sesuatu yang menahannya, Dia merasa semua ini masih tidak nyata.

"Tapi Alfa minta, ayah sama mama merahasiakan pernikahan kami, ga ada yang boleh tau kami suami istri." Jelas Hanska yang di setujuin kedua orangtuanya.

Riska sangat senang melihat anaknya menikah, walaupun hanya sedikit yang tahu, tapi Ia sudah puas. besar harapannya Hanska akan berubah hangat seperti dulu, sudah lama sekali Ia merindukan pelukan Hanska kecil sejak kejadian beberapa tahun lalu. Mulai dari saat itu hingga sekarang, baru kali ini Riska melihat Hanska bisa memeluk orang lain tanpa terluka, dan tentu saja itu terbukti saat pagi Ia memergoki mereka yang sedang di kamar mandi.

Menyadari sesuatu, Hanska berjalan ke arah cermin besar dalam ruangan. Sambil melihat pantulan dirinya di cermin dengan disusul kedua orang tuanya.

"Penyakit kamu sudah sembuh nak?" Tanya Riska saat Hanska membuka bajunya untuk memastikan, mulus, seperti tak ada luka apapun. Saat dirinya ijab kabul, Hanska masih memakai sarung tangan agar tak bersentuhan dengan penghulu.

Tapi sejak kemarin hingga pagi tadi, bahkan Ia bersentuhan intens dengan Rara, namun tak ada luka satupun seperti yang Dia rasakan ketika bersentuhan dengan yang lain.

Sebelah tangan Riska tergerak untuk menyentuh perut six pack anaknya, namun dalam hitungan detik luka dan memar mulai muncul di sekujur tubuhnya. Penyakitnya belum sembuh.

Dengan cepat Riska menarik tangannya sambil berkaca-kaca, setetes kristal bening jatuh dari matanya. Tak tahan melihat anaknya terluka, Riska langsung keluar dari ruangan agar dapat menghirup udara segar, seolah itu dapat mengurangi sesak di dadanya.

"Ayah sama mama berangkat ya nak, kamu jaga baik baik istrimu, jangan sampai menyesal. Ayah titip Caca, kami sayang kalian." Pamit Reyhan berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari anaknya, langsung menyusul kepergian sang istri.

Don't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang