Enam

47 8 0
                                    

Pian menyelipkan tubuhnya diantara Delvin dan Restu yang sedang berjalan beriringan, tangannya bergerak merangkul mereka berdua sambil berbisik dengan wajah yang condong pada daun telinga Delvin.

"Jadi proses move on lo udah di mulai atau baru tahap awal, nih?" tanyanya, disamping itu Restu turut menertawai.

Ipung menyusul dari belakang sambil membawa es teh sisri ditangannya. Delvin maju satu langkah sampai rangkulan Pian terlepas, dan menunggu Ipung melintas untuk berjalan bersamanya. Jelas saja Delvin masih memilih Ipung sebagai sahabat sejatinya dibanding dua penyamun yang selalu merecoki kesehariannya, seperti hubungannya dengan Arisha yang baru kandas malam tadi.

"Tanya, mbah Google, gih. Siapa tau ada jadwal gue ganti sempak juga disana." Delvin menimpali, enteng.

"Lo kira gue pejuang searching! Kenapa gak mulut tampan lo aja yang jawab." tak mau kalah Pian lanjut melewati pilar setelah merebut es teh sisri milik Ipung.

Ipung mendelik, sebal. Es teh yang di dapatkannya dengan susah payah berakhir di mulut Pian yang menyeruputnya tanpa rasa bersalah.

"Kata gue mah kalau mau minum es teh sisri gambar doraemon, gak perlu sok-sokan ngomongin seacrhing di google segala. Tinggal antri aja di warung depan, lima menit juga dapet." Restu tertawa melihat wajah Ipung yang dibuat serius oleh dirinya sendiri.

Disusul Delvin yang juga ikut tertawa, dia berjalan melewati Pian dengan sedotan di wajah cowok itu. Delvin segera menoyor kepalanya sebelum Pian bertindak. "Lo kalau mau spik jangan bawa-bawa hubungan gue dong. Liat tuh, yang punya marah. Minta ganti."

Pian merengut, kemudian menarik sedotannya dari dalam gelas plastik yang sedang dia pegang lalu membalikkan sedotan tersebut, untuk kembali dia masukan kedalam gelasnya lagi.

"Yan, takut Ipung ketularan bego ya sampai harus di balik segala itu sedotannya." Restu terkekeh, begitu juga Delvin yang sedang jalan mundur memandang teman-temannya.

"Gue emang cepet banget ketularan gila karena Pian. Dia mah udah ngerti, kalau pinjem sedotan gue harus di balik. Kalau perlu di sterilisasikan biar semua bakteri dan kuman lenyap." Ipung menambahkan, lalu berjalan maju untuk merebut es teh sisrinya lagi, sambil tertawa.

Pian memang tidak akan sakit hati dengan apa yang selalu teman-temannya katakan. Seperti saat Delvin menambahi, "Kalian gak kasihan apa ketemen sendiri dibilang bakterian sama kumanan. Tau kan kalau Pian lebih pantes di bilang jigongan!"

Restu tergelak dan Ipung hampir menelan sedotannya karena tersedak melihat Pian dianiaya sampai merasa ternistakan.

"Hukuman apa yang lagi gue jalani dari hasil persahabatan gue sama kalian semua?" doanya pada dirinya sendiri, Delvin terkekeh sambil merangkul bahu Pian.

"Jangan lupa doain Restu biar ngasih PJ ke kita semua." tambah Delvin.

"Emang jadi lo nembak Tasya, kemaren?" mata Ipung mantap menatap Restu yang sedang menggaruk tengkuknya, ini sih benar-benar gatal.

Lalu cowok itu mengangkat dagu, "Menurut lo gue sama kayak Pian yang suka merencanakan tapi gak pernah menjalankan?" matanya menyipit kearah Pian yang ikut meringis, lalu melirik Delvin di sebelahnya sedang menunggu giliran. "Atau kayak temen lo yang satu itu, bilangnya mau move on tapi ternyata balikan lagi balikan lagi sama orang yang sama?"

Demi apapun Ipung merasa perutnya diisi oleh bulu-bulu yang siap menggelitikinya kalau-kalau dia bergerak sedikit dari tempatnya berdiri. Sampai saat Restu mengangkat tangannya dan mengajak Ipung untuk tos di udara tanda bahwa mereka sependapat.

"Gila ya, kita yang paling berpengalaman bisa di kucilkan sama mereka yang baru aja bisa pacaran." gumam Pian, melemah.

Delvin menggubris tangannya dari bahu Pian, semenjak melihat tatapan Pian yang semakin dalam semakin membuatnya tidak nyaman.

Dunia Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang