Delapan

35 7 0
                                    

Beberapa siswa sudah melewati pintu pagar dan keluar menuju arahnya masing-masing. Bell pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, tapi Raka masih duduk bersama tumpukan buku di dalam kelasnya.

Berhubung sebentar lagi akan ada pemilihan ketua dan anggota osis yang baru, Raka sebagai ketua kelas diminta untuk berpartisipasi dengan acara tersebut. Termasuk meminta cowok itu ikut mencalonkan diri, paling tidak menjadi anggotanya.

Raka terlihat menimang-nimang formulir pendaftaran di tangannya. Sudah pasti, hatinya sedang ragu untuk memutuskan pilihan. Di saksikan beberapa tumpuk buku yang harus dia kembalikan ke dalam perpustakaan, Raka meraih pulpen yang tergeletak diatas meja. Wajahnya sibuk memperlihatkan bahwa dia sedang berpikir keras.

Keheningan menyelimuti hati Raka saat matanya menyisir tiap sudut ruang kelas, tidak ada satupun orang yang tersisa disana, termasuk Arisha dan hanya dirinya sendiri. Tidak ada pula yang bisa dimintai pendapat, padahal Raka sudah mendengar pendapat Arisha sejak pagi tadi. Dia hanya kurang yakin, dan merasa bahwa dengan mengikuti berbagai kegiatan dapat membuatnya menjadi pusat perhatian.

Raka menulis sesuatu setelah melirik jam tangannya, "Harusnya gue isi ini dari tadi." gumamnya, pelan.

Akhir dari keputusan Raka adalah mengisi formulir di hadapannya. Bukan sebagai anggota, tak tanggung-tanggung Raka mencalonkan dirinya sebagai ketua Osis. Perwakilan dari kelas 11 IPA 1.

***

Sebagaimana mestinya, Arisha berjongkok untuk mengambil sepasang sepatunya dari rak penyimpanan sepatu yang terdapat di samping kiri Musola.

Langkah Arisha membawanya duduk di pojokan tangga, berhadapan langsung dengan pembatas yang di bawahnya terdapat selokan bersih, tempat air mengalir.

Arisha menyampirkan tas ranselnya disamping kiri setelah berhasil menemukan posisi yang nyaman untuk mengenakan sepatu. Tas itu cukup mengembung begitu Arisha memasukan semua pakaiannya kedalam di ganti dengan kaos olahraga dan trening untuk latihan hari ini.

Sebenarnya hari ini hanya akan diadakan rapat paskibra untuk menentukan jadwal baru yang harus mereka ubah. Itu tadi, karena eskul futsal kembali aktif Arisha dan teman sepasukannya harus rela berbagi lapangan. Toh, sebenarnya memang tim paskibra tidak memiliki lapangan khusus untuk latihan. Mereka hanya mengklaim lapangan futsal yang tidak terpakai sebagai lapangannya. Dan sekarang tim futsal meminta kembali haknya pada lapangan tersebut. Mau tidak mau Arisha sebagai sekretaris harus memikirkan ulang jadwal latihannya juga.

Mella datang menghampiri dengan menjinjing sepasang sepatunya. Lalu dia duduk di samping Arisha yang sedang mengikat tali sepatunya, siap untuk memasang sepatunya yang lain.

"Sha, jadi bener itu tim futsal sekolah aktif lagi?" Mella bertanya saat Arisha sedang menarik tali pada sepatunya.

Arisha mengangguk tanpa menatap Mella, dia hanya menggunakan ekor matanya untuk melirik. "Iya."

"Siapa, sih yang aktifin lagi tim yang udah lama vakum itu. Ngerusak suasana, jadwal dan kesejahteraan tim Paskibra, tau." cerocos Mella yang tak terima mengingat karena kedatangan tim futsal jadwal latihannya jadi harus berubah-ubah. Padahal dia sudah merasa sangat nyaman dengan latihan tiga kali dalam seminggunya itu. Selain tidak mengganggu jadwal mainnya, latihan yang di adakan setiap pulang sekolah itu tidak akan mempengaruhi waktu berliburnya.

Namanya juga udah nyaman, susah buat berpindah apalagi digantikan.

"Dari dulu juga tim kita gak punya lapangan, kali. Ini karena kebetulan aja ketua tim futsal waktu itu lulus dan mendadak anggotanya jadi malas." Arisha menjelaskan setelah memasang selesai memasang sepatunya.

Dunia Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang