Sembilan

46 8 0
                                    

Dari hasil keputusan kemarin, lahirlah jadwal latihan baru yang baru saja Arisha tempel di mading khusus eskul paskibra yang terletak di dalam ruang rapat paskibra, berseberangan langsung dengan meja opal panjang.

Arisha di temani Teguh, humas diperkumpulannya--berjalan mundur beberapa langkah untuk memastikan kalau kertas pengumuman yang baru saja dia tempel tidak miring atau salah tempat.

Teguh menyeruput es tehnya sambil mangut-mangut. "Udah pas, sih, Sha." cowok itu sedikit menelengkan kepalanya dibareng tangannya diangkat dengan ibu jari dan telunjuk dipertemukan, membentuk sebuah kubus. "Gak bengkok. Lurus. Aman." tanpa diperintah senyumnya terulas selebar lima jari.

Arisha terdengar mendengus, "Gue gak teleng, Guh. Cuma masang kayak gini doang mah gak mungkin bengkok." lalu menatap Teguh dengan mata menyipit.

Teguh masih memegangi gelas plastik yang berisi es teh sisri, tinggal tersisa setengah ketika dia berjalan menjauh dari mading paskibra lalu duduk di bangku tempat rapat.

Dia menaruh gelasnya diatas meja, "Eh, ngomong-ngomong, kapan anak baru masuk ke kelas lo?" tanya Teguh.

Arisha nampak ikut menjauh dari hadapan mading paskibra setelah memastikan perekat yang dia berikan menempel sempurna. Kemudian langkah kakinya membawa Arisha menuju bangku, lalu duduk di sana. Berhadapan dengan Teguh, memandangnya malas.

"Emang, itu anak baru beneran masuk ke kelas gue?" dari logatnya Arisha terlihat tidak yakin dengan apa yang dibicarakan temannya akhir-akhir ini. Tentang anak baru yang konon katanya akan di tempatkan di kelas Arisha. "Belum tentu kali. Anaknya juga belum datang." ujarnya, lalu menyadarkan punggung pada sandaran bangku.

Teguh menepis tangannya diudara, "Hih, gue serius." kemudian tatapannya berubah mantap memandangi Arisha yang terlihat meringis akibat tatapan Teguh. "Kalau iya, coba deh ajakin dia gabung."

Selanjutnya putaran bola mata Arisha lakukan untuk membalas ucapan Teguh barusan. "Maksud lo paskibra?"

"Iya. Kita kurang orang kan?" Teguh mengangkat alisnya tinggi ketika tangannya maju kedepan dengan sangat antusias sampai dadanya menyentuh sisi meja opal didepannya.

"Nggak! Kata siapa?" bantah Arisha sambil mengalihkan pandangannya.

"Lo gak denger hasil rapat kemarin?"

Begitu cerewetnya Teguh sampai Arisha nobatkan sebagai pria tercewek tahun ini. Dia rasa bukan hanya dirinya, tapi semua orang yang mengenal Teguh termasuk cewek yang baru saja melewati pintu masuk ruang paskibra sekarang.

Mella menutup pintu ruang paskibra menggunakan bahunya. Melihat kedua tangan cewek itu sibuk memegangi beberapa tumpuk peralatan lomba, membuat Arisha anteng tidak merecoki ketika pintu tertutup dengan suara yang sangat nyaring.

Mella berjalan mendekat sambil memperlihatkan wajah sebalnya.

Tidak ada yang bersuara selama Mella berjalan mendekat kearah tempat mereka duduk memperhatikannya. Setelah cewek itu membanting seluruh benda dari tangannya barulah Teguh angkat bicara sambil mengelus dada.

"Yang halus naro barang-barang kayak gini, itu." tangannya terjulur mengelus sebuah baret berinisial 'Satya Mandala' juga nama Teguh Adipraja tercetus dibawahnya.

"Emang dasar ya kalian kaum adam gak pernah sedikitpun ada rasa empati sama gue. Kaum hawa yang harusnya kalian lindungi." setelah Mella duduk membanting bokongnya pada sandaran bangku, dia terus mengomel sebelum Arisha menyodorkan segelas es teh sisri kehadapannya.

"Minum dulu." Arisha juga terkekeh.

Mella memandang minuman yang baru saja disodorkan Arisha didepannya. Matanya menyipit melirik Teguh yang terlihat juga sedang memandanginya heran.

Dunia Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang