Sebelas

36 7 0
                                    

Arisha menarik jauh tangannya kearah yang sudah saling bertautan. Lalu mejinjitkan kaki, hingga tubuhnya terlihat lebih tinggi. Beberapa detik berikutnya, dia memiringkan tubuhnya kesamping kanan delapan hitungan, dan kesamping kiri delapan kali. Arisha sedang melakukan peregangan setelah mengganti seragamnya dengan kaos olahraga yang selalu dia simpan di dalam loker ruang paskibra setelah dicuci.

Hari ini benar apa kata Raka, tidak ada latihan. Arisha hanya ingin berlatih sendiri, mematangkan tiap gerakannya. Seorang diripun tak masalah. Terakhir berlatih Arisha banyak melakukan kesalahan, itu kerena dia kurang fokus dan terus memikirkan hubungannya dengan Delvin. Kali ini, walaupun seorang diri dia harus bisa fokus. Hubungannya dengan Delvin sudah berkahir tidak ada lagi yang harus dia khawatirkan.

Kakinya diangkat bergantian, menunjukan bahwa dirinya tengah berlari ditempat. Panjangannya lurus kedepan, terfokus pada batang pohon besar yang masih tumbuh kokoh di ujung sana. Itu adalah tujuannya. Sebelum berlatih Arisha harus melakukan pemanasan seperti biasa, lari dan push up nanti.

Dia menghitung dalam hati, satu sampai tiga. Kemudian secara otimatis kakinya melaju kencang, detak jantung dan pacuannya seirama. Dan tujuannya adalah pohon besar di ujung sana, sekitar delapan meter dari tempatnya berdiri.

Arisha mengatur napasnya perlahan. Dihirup dan dikeluarkan, siklus itu terjadi beberapa kali dalam hitungan dua detik sekali.

Peluh sudah membasahi kening Arisha sewaktu tangannya berhasil menyentuh batang pohon besar itu. Kemudian Arisha membalik tubuhnya untuk kembali pada titik dimana dia berdiri dan memulai larinya tadi.

Rambutnya yang di kuncir kuda berkelebat, seperti menyentuh sesuatu dan Arisha pikir itu adalah batang pohon yang baru saja di sentuh tadi. Tapi sepertinya bukan, dia merasa seseorang menyentuh lengannya, memegangnya kuat dan menahannya disana.

"Lagi latihan atau lagi dihukum? Kok sendirian." begitu terdengar suara, Arisha langsung benar-benar menoleh dan mengetahui siapa yang mencekal tangannya saat ini.

Dia yang mengganggu latihannya, perlu di beri pelajaran. Arisha akan mengangkat tangannya kemudian memberi sedikit bogeman di bagian perut cowok itu dalam satu hentakan.

Begitu niat Arisha sebelum akhirnya niatnya kandas sebelum terlaksana. Delvin melompat mundur satu langkah sebelum Arisha berhasil mendaratkan bogemannya. Rupanya dia sudah apa yang dilakukan seorang Arisha saat sedang merasa terintimidasi.

"Tuh, kan gue udah hafal gaya lo." Delvin langsung melepaskan cekalannya dari tangan Arisha. "Untung gue menghindar, ya kan." Delvin menaikan lalu menurunkan alisnya sekali.

Arisha memutar bola matanya. Memang harus di perjelas kata hafal itu yang artinya Delvin tau banget kebiasaan Arisha saat sedang seperti ini. Maksudnya Delvin mau mengenang masa lalu, gitu?

"Ngapain, disini?" Arisha menciptakan jarak diantara mereka. Dia mundur pula satu langkah kebelakang. "Ganggu, tau!" bentaknya.

Delvin pura-pura meringis. Tangannya dia pakai untuk menggaruk tengkuk karena ketahuan menganggu Arisha padahal dia sudah bilang akan menunggu.

"Nungguin, lo. Mau pulang bareng kan." jawab Delvin setelah menaruh tangannya disamping tubuh,tidak lagi menggaruk.

Giliran Arisha yang berdecak kemudian melipat tangannya didepan dada. "Gue jawab sibuk, kan?"

"Sibuk menyendiri. Latihan sendiri. Itu cara lo lupain gue?" katanya sembari berjalan menuju pohon besar, bersandar disana.

Dia ini kepedean atau gimana? "Lo terlahir dari bersinnya hope Avengers ya? Berharap ucapan lo gue benerin, gitu?"

Dunia Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang