Dua Puluh Satu

26 3 0
                                    

Bola melambung diudara beberapa saat setelah Mario menendangnya. Bola itu melewati kepala Yusuf, dan berhenti setelah menubruk dada Delvin.

Dari peluang tersebut, Delvin bermain sedikit dengan bola futsal yang kini sedang berada dibawah kendalinya, dia memamerkan beberapa skill yang dia kuasai. Bola itu memantul-mantul di atas bahu Delvin, juga beberapa kali mengenai dadanya. Dengan mudah Delvin menginjak bola yang sudah berada di atas lapangan menggunakan telapak kakinya.

"Maju, dong." tantang Delvin dengan wajah sengak, dia memandang remeh lawannya.

Tim Mario beranggota Ucup, Gandi, Galih, dan Jamil. Sedangkan tim lawan beranggota Delvin, Restu, Pian, Kamal dan Yusuf. Mereka berada dalam kelas yang berbeda.

Setelah eskul futsal vakum, beberapa pemain handal mulai berangsur menghilang. Menanggalkan Gandi dan Mario di kelas dua belas, Delvin dan Pian di kelas sebelas. Maka dari itu, Delvin menarik Restu untuk bergabung, beserta anak kelas sepuluh lainnya.

Mendengar ucapan Delvin, Mario siap ditempat. Bersama anggotanya, dia memasang kuda-kuda, terlampau siaga untuk menerjang segala serangan yang akan Delvin keluarkan.

Delvin menginjak bola menggunakan telapak kakinya, kemudian dia menendang hingga bola tersebut menggelinding melewati sela kaki Gandi yang terbuka, Gandi turut mengikuti arah laju bola. Sesekali dia beralih pandang kepada Mario, gawang dan bolanya bergantian. Lalu, setelah memastikan sesuatu sudah sesuai instingnya, Delvin mencokel bola menggunakan ujung kaki, hingga bola tersebut melambung diatas kepala Ucup yang sejak tadi mengawasi Delvin dari jarak dekat.

Delvin memutar tubuh setelah memastikan bola itu benar-benar melambung tinggi. Kemudian dia kembali memfokuskan pandangan pada bola yang kini memantul diatas lapangan. Ucup siap memandangi bolanya juga, dia ikut berputar tanpa alasan. Mengikuti arah gerak Delvin sedikit membuatnya pusing.

Bola berhasil Delvin amankan. Pian melirik dari samping kanan, meminta agar Delvin mengoper bola tersebut kepadanya. Walau hanya dengan anggukan kepala, Delvin mengerti. Dia menggunakan kaki bagian dalam untuk mengoper bola kepada Pian. Di depannya ada Mario yang sejak tadi berjaga, haus permainan sejak pertandingan dimulai.

Mario mengambil alih bola ketika Pian tidak berhasil menerima umpan dari Delvin. Pian mengacak rambutnya kebelakang, Delvin berkecak pinggang setelah berhenti berlari. Napas mereka sama-sama tersegal, hampir habis. Delvin mengusap keringatnya dengan pandangan tak lepas dari bola yang sedang di giring oleh Mario beserta kawannya.

Pian menungka tubuhnya menggunakan tangan yang menggenggam lutut, "Gila udah lama gak main, gue serasa mau mati kehabisan oksigen." keluh Pian.

"Mangkannya, sebelum main itu berdoa dulu. Kalau perlu siapin BPJS, biar nanti gak pusing pilih rumah sakit." ledek Delvin padahal diapun sama tercekatnya.

Pian mendengkus sembari berdiri kembali, "Gue udah punya kali!" teriaknya setelah Delvin berlari menjauh.

Delvin kembali bersemangat setelah melihat Kamal berjuang sendiri agar bola yang di giring Mario tidak masuk kedalam gawang yang sedang dijaga ketat oleh Restu. Cowok itu terlihat berjaga-jaga siap untuk menerima serangan dalam bentuk apapun.

Tak lama dari itu, Mario bermain dengan skill yang dia kuasai. Begitu lincah caranya mengapit bola menggunakan tulang kering yang di tekuk kebelakamg. Sedikit meloncat, bola berhasil melambung rendah dibelakangnya. Mario siap untuk menendang menuju gawang, sebelum Delvin memanjangkan kaki, menendang bola itu terlebih dulu menjauh dari gawangnya.

Kali ini, Pian berhasil menerima umpan dengan baik. Bola sudah dia dapat, kini tugasnya untuk membawa ketengah lapangan. Dibantu Yusuf, Pian melakukan dribling dengan baik. Sampai saatnya tugas Delvin dimulai.

Dunia Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang