M:13

203 12 1
                                    

Happy reading all.
Semoga suka dan jangan lupa vote.

Sejak kejadian beberapa hari yang lalu hubungan Ayna dan Arthan pun semakin membaik dan kembali lengket tak terpisahkan. Kecuali saat Arthan bekerja, mereka akan dengan otomatis terpisah. Ya dong, masa Ayna mau ngekor terus kaya anak kecil, kan ngga elit banget. Entar dikira istri penguntit hehe.

Tetapi meskipun begitu, bukan berarti sudah tidak ada rintangan dalam rumah tangga mereka. Rintangan jelas ada, tetapi mereka mencoba menyikapinya dengan bijak dan dengan kepala dingin.

Ayna juga mencoba terus bersabar menghadapi bunda-mer nya itu. Dia tahu, bunda-mer nya sebenarnya wanita yang sangat baik dan penyayang. Terbukti dari pertama mereka bertemu, wanita itu tak mempermasalahkan ia yang hanya berasal dari keluarga kelas bawah dan bahkan menerimanya dengan tangan terbuka.

Saat ini, mungkin bunda-mer nya itu hanya ingin segera memiliki cucu dari nya dan Arthan, mengingat suaminya adalah anak pertama dari keluarga nya. Maka dari itu bunda mer nya itu sedikit berubah, tetapi menurut ayna perubahan bunda-mernya itu hanya sedikit.

Siang ini Ayna sedang menemani Ikoh untuk menjenguk anak dari saudara nya yang baru saja melahirkan.
Ayna yang mengendarai mobil pun hanya fokus ke depan sambil sesekali menimpali ucapan ikoh.

Sesampai nya diparkiran rumah sakit Ayna dan bunda mer nya melangkah beriringan masuk kedalam rumah sakit. Mereka berdua melewati lorong-lorong rumah sakit untuk sampai diruang rawat anak dari saudara Ikoh dan keduanya pun tak lama akhirnya sampai dikamar yang mereka cari.

"Uluhh cantiknya cucu mu, Sit." Ujar Ikoh yang tengah menatap penuh gembira bayi mungil yang ada di gendongan wanita yang di panggil Sit itu. Ayna yang mendengar tersenyum, memang benar anak Zahwa memang cantik seperti ibunya. Oh ya Zahwa adalah putri dari tante Arthan yang bernama Siti, yang artinya adik sepupu suaminya.

Setelah berbincang-bincang, akhirnya acara menjenguk pun selesai. Ayna dan Ikoh langsung pamit pulang pada mereka. Sepanjang perjalan Ayna mencoba untuk fokus menyetir mobil, dia tak mau sesuatu terjadi jika dia mulai melamun atau memikirkan hal-hal yang membuat fokusnya terbagi.

"Zahwa aja udah punya anak, nah kamu kapan?" Celetuk Ikoh, membuat Ayna mengeratkan cengkeramannya pada setir mobil, untuk menguatkan hatinya. Dia tak sanggup menjawab celetukan Ikoh barusan. Ia hanya mampu diam, karena dia sendiri tidak tau kapan Tuhan akan memberikan nya amanah itu. Sejak tadi pun ia sudah mendengar semua ucapan bunda mertua nya itu yang terus mengenai ia yang belum hamil. Meskipun tidak secara langsung.

"Jangan buat bunda melakukan hal itu, Ayna." Peringat Ikoh. Menyadarkan Ayna dari lamunannya. Wanita itu pun hanya menghembuskan nafasnya pelan. Ia tahu hal itu yang dimaksud mertuanya itu.

"Ayna akan berusaha, Bun. Doakan saja agar apa yang Bunda dan Ayah inginkan segera bisa Ayna kabulkan.." Ujar Ayna lirih. Sejak tadi ia mencoba menahan sesak di dada saat ibu mertuanya itu selalu saja mengungkit momongan didepan Zahwa dan tante Siti.

"Kamu pikir Bunda selama ini tidak mendoakan kamu?" Ujar Ikot sengit. Ayna menggeleng, bukan itu maksudnya.

"Bukan gitu maksud, Ayna Bund." Ujar Ayna. Ikoh hanya mendengus mendengar nya.

Ayna pun menghela nafas pelan melihat Bunda mertuanya itu marah. Wanita mana yang tidak ingin segera memiliki momongan? Semua wanita yang sudah bersuami pasti ingin segera memiliki nya setelah mereka menikah. Namun apa daya jika Tuhan masih belum ingin memberikan nya. Kita sebagai makhluk hanya bisa berserah diri dan berdoa agar Tuhan segera memberikan keturunan.

Begitu pun dengan Ayna, wanita itu hanya bisa berdoa agar cepet diberikan momongan seperti pasangan yang lainnya. Dia hanya bisa berdoa agar doanya bisa terkabul dengan cepat dan dia bisa segera memberikan bunda dan ayah mertuanya, serta Arthan sebuah pewaris. Namun tetap saja, lagi-lagi sampai saat ini Tuhan belum mempercayainya, lalu ia bisa apa.

Mobil pun masuk ke pelataran kediaman keluarga besar Maulana. Setelah perjalanan mereka hanya diisi dengan keheningan. Ikoh menatap ayna dengan tajam.

"Ingat Ayna! Bunda tidak akan segan menjodohkan kembali Arthan jika kamu tidak sanggup memberi seorang pewaris untuk kami...Bunda tidak sulit untuk mencari pengganti mu untuk Arthan." Ujar Ikoh sebelum keluar dari mobil yang dikendarai Ayna.

Ayna hanya terdiam mendengarnya. Wanita itu hanya lemas dan tak terasa air matanya pun luruh, apa dia sanggup jika apa yang dikatakan bunda nya itu benar-benar terjadi. Apa Arthan akan menikah kembali? Memikirkan hal-hal tersebut membuat air mata Ayna semakin berlomba-lomba turun. Sungguh ia tidak akan pernah bisa membagi Arthan dengan wanita lain. Jika itu sampai terjadi, hancur sudah hidup Ayna. Ia tidak akan sanggup bersama Arthan lagi jika pria itu benar-benar mencari penggantinya. Ia akan memilih pergi meski itu akan membuatnya kembali hancur perkeping-keping. Tetapi dia tidak akan sanggup jika Arthan nya dibagi dengan wanita lain. Namun ia juga tahu, Arthan pasti sangat menginginkan seorang anak.

Ayna menghela nafas dan menghapus air matanya kasar. Kemudian melajukan mobilnya untuk sampai ke rumah. Jam sudah menunjukan pukul 04.00 sore dan dia harus segerah sampai rumah untuk memasakan makan malam untuk Arthan.

Sesampainya di rumah, Ayna langsung mengganti pakaian nya dengan pakaian rumahan dan mulai berkutat dengan peralatan dapur. Karena tepat pukul lima sore nanti Arthan suaminya pasti akan sampai rumah.

Selesai berkutat dengan peralatan dapur. Ia pun langsung menata hasil masakannya dimeja. Selang beberapa menit, ketukan pintu pun membuat Ayna segera bergegas membuka pintu. Ayna memasang senyum manis nya menyambut Arthan didepan pintu dan mengambil tangan pria itu untuk ia salimi. Arthan pun mengulurkan dengan senang hati. Ini lah yang Arthan sukai dari Ayna, ia selalu bisa membuat rasa penat dan lelah Arthan lenyap saat sampai rumah, Ayna nya mampu membuatnya semakin jatuh dalam pesonanyan. Arthan sangat bersyukur karena ayna lah yang bisa meluluhkan hatinya. Dan dia sangat bahagia.

"Kak Art mau makan atau mandi dulu?" Tanya ayna yang berjalan beriringan dengan arthan. Untung saja ia sudah mandi sebelum suaminya tiba.

"Mandi dulu aja deh yang, badannya udah lengket," Ujar Arthan. Ayna mengangguk lalu membiarkan arthan naik ke kamar lebih dulu, lalu tak lama ia pun menyusul pria itu. Setelah meletakan tas kantor arthan, ayna mulai menyiapkan pakaian untuk digunakan arthan.

"Kak Art, pakaiannya udah ayna siapin di kasur ya." Teriak ayna di depan pintu kamar mandi. Lalu segerah turun kebawah.

Arthan pun keluar dari kamar mandi. Bibirnya tertarik mengukir sebuah senyum saat indra penglihatannya melihat baju yang sudah di siapkan di atas kasur. Arthan selalu saja tersenyum jika melihat nya, padahal ayna sudah terbiasa melakukan hal itu.

Arthan pun langsung menggunakan baju yang disiapkan ayna. Celana panjang dan kaos abu abu. Setelah itu Arthan pun kemudian menyusul ayna yang sudah terlebih dahulu turun kebawah. Ia yakin wanita itu sedang menunggu nya sambil bermain ponsel.

Kebiasaan wanitanya itu memang tak hilang sejak dulu.

Terimakasih...
Maaf jika ada typo dan sebagaunya😆
Jangab lupa vote and comennya ya hehe.
Semoga hari kalian menyenangkan.

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang