End

808 24 2
                                    

Bismillah..
Maaf kalau banyak typo yang berserakan eaa

Happy reading all..

Arthan berlari seperti orang kesetanan di koridor rumah sakit, dia terus saja berlari sampai dia melihat didepan sebuah ruangan ada kedua orang tuanya dan seorang perempuan yang dia kenal adalah sahabat istrinya, Sheila.

"Bagaimana keadaan mereka," Ujar Arthan yang baru saja sampai, nafasnya tersenggal-senggal akibat sepanjang masuk rumah sakit tadi berlari. Arthan yang tadi saat dihubungi sedang meeting pun langsung menyuruh Ferdi untuk menggantikannya, sedangkan dia langsung bergegas ke rumah sakit untuk menemani Ayna yang akan berjuang membawa buah cinta mereka melihat dunia ini.

"Dia ada didalam, masuk lah. Dokter dan Ayna sudah menunggumu," Ujar ikoh yang melihat kedatangan Arthan. Arthan pun menatap pintu ruangan bersalin itu, dia menarik nafas panjang sebelum melangkah masuk menemui Ayna.

Setelah masuk kedalam Arthan untuk sejenak mematung melihat wanitanya yang terbaring menahan sakit diranjang persalinan. Setelah berhasil menguasai dirinya, Arthan pun langsung mendekat kearah Ayna.

"Aku sudah adi disini Ay, disamping mu" Ujar Arthan yang menggenggam tangan Ayna dan mengelus kepala wanita itu dengan lembut. Ayna yang melihat Arthan sudah datang pun tersenyum disela-sela menahan rasa sakitnya. Sunggu rasanya sangat amat sakit dibagian bawah sana, bahkan sekujur tubuhnya juga ikut merasakan sakit yang luar bisa.

"Kita berjuang bersama ya," Lanjut Arthan, lalu pria itu mencium kening Ayna lama. Ayna pun hanya mengangguk.

"Ay minta maaf ji___," Arthan menggeleng. Dia tidak mau mendengar apapun dari Ayna selain semangat wanita itu.

"Ini bukan saat nya minta maaf. Berjanjilah untuk membawanya melihat dunia ini, berjanjilah untuk tetap disini bersama ku dan buah cinta kita," Ujar Arthan dengan nada memohon. Ayna pun lagi-lagi hanya mengangguk. Kemudian suara dokter Siti mengintrupsi pembicaraan Art dan Ayna.

"Pembukaannya sudah sempurna, nersiap lah," Ujar dokter Siti yang tersenyum kearah Ayna. Arthan yang mendengar pun semakin menggenggam tangan Ayna erat. Entah kenapa dia saat ini justru sangat takut, namun ia juga berdoa semoga semuanya baik-baik saja.

"Kau boleh melakukan apa pun pada Kak Art, Ay. Salurkan semua rasa sakit mu, Kakak akan menerimanya," Ujar Arthan pada Ayna. Ayna tersenyum mendengarnya.

"Aku mencintaimu Kak. " Ujar Ayna yang sudah mengumpulkan tenaganya untuk membawa anak mereka melihat dunia ini.

"Aku jauh lebih mencintaimu Ay,"ujar Arthan.

"Selamat kan keduanya Tuhan," Ujar batin Arthan .

Saat melihat Ayna mulai berjuang demi buah cinta mereka, harapan dan impian mereka.

"Tarik nafasnya Bu, dan dorong," Ujar Suster memandu Ayna melahirkan. Ayna pun mengikuti intruksi suster itu.

"Aaaaaa," Teriak Ayna berulang kali, berusaha mengeluarkan bayinya. salah satu tangannya mencengram erat tangan Arthan dan yang lain mencengram sisi lain ranjang. Peluh terus saja membanjiri wajah ayu Ayna, meskipun suster sudah mengusapnya beberapa kali.

"Bagus Bu, lakukan lagi seperti tadi." Ujar dokter Siti yang bertugas membantu proses melahirkan. Ia sudah mulai melihat bagian kepala si bayi.

Nafas Ayna memburu, dia mengumpulkan kembali pasokan udara dan tenaganya. Ia harus bisa membawa bayinya melihat dunia ini.

"Aku mohon terus berjuang Ay,"ujar Arthan yang terus menggenggam tangan Ayna dan mencium kening wanita itu. Saat ini perasaannya semakin tak menentu.

"Ayna akan terus berjuang Kak. " Ujar Ayna lirih. Arthan mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang