M:12

220 12 0
                                    

Memiliki mu adalah kebahagiaan tiada tara setelah keluarga ku.
(Arthan Adimas)~
.
.
.

Arthan sejak beberapa menit yang lalu masih dalam posisi memeluk istrinya itu. Saat di rasa Ayna sudah lebih tenang, ia pun mengendurkan pelukannya dan menuntun wajah Ayna agar menatapnya.

Arthan masih bisa melihat jejak air mata Ayna yang masih membasahi pipi wanita itu.

"Dengarkan kakak, Ay. Kak Arthan akan menjelaskan semuanya.." Ujarnya yakin

"Itu lah yang aku tunggu," Ujar Ayna memberanikan diri menatap manik Arthan. Manik yang selama ini menatap nya penuh cinta. Sungguh ia tak mau kehilangan tatapan itu.

Arthan menghela nafas sebelum menceritakan semuanya. Pria itu pun mengusap lembut sisa air mata istrinya itu sejenak.

"Wanita yang tadi kamu lihat bersama Kak Art, dia bukan siapa-siapa Kak Art,"

Dan mengalir lah cerita dari Arthan. Sampai bunda yang mengenal kan Arthan pada Sindi yang merupakan anak dari sahabat bunda. Meskipun ia tak mau melakukan itu, tapi bunda terus saja memaksa ia untuk menemui sejenak wanita itu.

Arthan tidak menyembunyikan apa pun dari istrinya itu. Dia menceritakan semuanya tanpa terlewat kan sedikit pun.

Arthan tahu Ayna pasti sakit mendengarnya. Tetapi Arthan lebih baik menceritakan semuanya dari pada suatu hari nanti akan menjadi bumerang untuk keluarga kecilnya. Arthan tidak mau itu terjadi. Ia sangat mencintai istrinya.

Ayna yang mendengarkan semuanya hanya bisa menangis. Jadi bunda nya benar. Dia tidak main-main dengan ucapannya. Saat mengatakan akan mencarikan kembali calon untuk Arthan. Ia sungguh tak menyangka jika bunda bisa setega itu.

Saat itu jugalah Ayna benar-benar merasa dirinya tak berguna. Ayna tak berguna. Dia tidak mampu memberikan apa yang bunda-mer nya mau.

"Kamu harus percaya sama Ka Art, Ay. Kak Art cuma mencintai kamu," Ujar Arthan menyudahi penjelasannya.

Ayna mengangguk lalu menubruk dada bidang suaminya itu. Menumpahkan semua air matanya pada dada bidang Arthan. Dia tidak perduli jika jas dan kemeja arthan akan basah karena air matanya, yang dia ingin kan hanya memeluk Arthan. Pria yang amat ia cinta.

"Maafin Ayna, Kak Art.."
"Maafin Ay..na yang be..lum bisa hamil.." Ujar Ayna sesenggukan.

Arthan menggeleng. Dia tidak masalah jika Ayna belum memberinya keturunan. Di luar sana juga banyak pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun sampai berpuluh tahunan baru di beri keturunan. Jadi arthan tidak mempersalahkan itu semua. Usia pernikahannya juga belum genap dua tahun.

Dia yakin kapan pun itu waktu nya. Ayna akan memberinya keturunan.

"Kak Art ngga mempermasalah kan itu, Ayna. Jadi jangan meminta maaf." Ujar Arthan mengelus rambut Ayna dengan lembut. Sesekali mencium nya. Pria itu jelas sekali sangat mencintai istrinya.

Arthan pun menuntun Ayna untuk berdiri. Dan duduk di ranjang. Pria itu pun menghapus air mata Ayna yang masih membasahi pipi wanita itu.

"Maafin Kak Art ya, udah buat kamu nangis.." Ujar Arthan.

Ayna mengangguk. Itu semuanya juga salahnya. Kalau saja dia bisa memberikan cucu untuk bunda. Mungkin Arthan tidak akan dipaksa pergi dengan wanita lain.

Arthan mencium kening Ayna lama. Dia tahu Ayna pasti menyalahkan dirinya tentang kejadian hari ini dan Arthan tidak mau ayna seperti itu. Menyalahkan dirinya sendiri untuk apa yang bukan kesalahan nya.

"Kamu maafin Kak Art kan?" Ujar Arthan lagi, ia menatap dalam mata sembab istrinya itu. Ia sungguh tak ingin menyakiti Ayna, namun dia terus saja menyakiti tanpa sadar.

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang