M:16

223 12 0
                                    

Bismillah
Balik lagi guys,yuk baca lagi dan jangan lupa vote. Biar author dari ujung bumiayu tambah semangat menulis hehe..

Maafkan jika typo berserakan kaya sampah hehe..

Happy reading alls....

Arthan menyandarkan kepalanya pada kursi kebesaran nya, kepala pria itu sungguh sangat sakit memikirkan keinginan Ikoh- Bundanya. Ditambah dengan cara wanita paruh baya itu yang sedikit memaksa. Bahkan Ikoh sudah tidak main-main lagi untuk menjodohkan pria itu dengan anak-anak sahabatnya, terbukti dari kejadian siang tadi yang membuatnya tak habis pikir.

Kebentur dimana bundanya sampe sebegitu nekatnya menjodohkan kembali dirinya dengan anak sahabat bundanya, pikir Arthan. Konyol dan gila memang keputusan ibunya kali ini.

"Lo napa bos?" Arthan langsung menatap kearah sumber suara begitu mendengar ada yang bertanya padanya. Lalu pria itu mendengus saat melihat siapa yang masuk.

"Ngapa ngga ketuk pintu dulu sih, Fer!" Kesal Arthan pada seseorang yang baru saja masuk itu. Ferdi menyengir mendengar nya.

"Gue udah ketuk, lo nya aja yang ngga denger." Ujar Ferdi yang mendekat.

"Paling lo ketuk baru sekali." Ujar Arthan, Ferdi yang baru saja duduk di sofa ruangan Arthan pun kembali terkekeh.

"Tau aja lo."

"Kebiasaan lo, Fer." Ujar Arthan yang kemudian menghela nafas kasar dan kembali menyandarkan tubuhnya dengan kasar.

"Kenapa lo Art? Kaya banyak banget masalah," Ujar Ferdi yang melihat gelagat aneh sahabatnya itu.

"Ngga kenapa-napa." Ferdi mendengus tak suka, sifat tertutup sahabatnya itu masih saja melekat hingga saat ini.

"Eleh, gue udah paham gelagat lo ya Art, kalau lo lagi kaya gini itu artinya lo lagi ada masalah," Arthan menatap Ferdi yang melihat kearahnya. Kemudian menghela nafas kasar.

"Sok tau lo, Fer." Sahut Arthan.

"Alah, gue kenal lo udah lama ya..dan gue udah hapal muka-muka lo itu." Ujar Ferdi menunjuk muka kusut Arthan dengan dagunya.

"Ada masalah tentang perusahaan?" Tanya Ferdi penasaran dan cukup khawatir pada sahabat nya, Arthan menggeleng.

"Sekolah?" Lagi Ferdi menebak.

"Bukan juga."

"Terus apa? Ya kali gue harus nebak satu-satu!" Dengus Ferdi ikut kesal pada Arthan.

"Masalah bunda," Ujar Arthan, Ferdi langsung menatap Arthan, dia tau maksud perkataan Arthan.

"Trus lo giman?" Tanya Ferdi.

"Ngga tau, gue pusing mikirinnya. Lo tau sendiri, Fer. Kalau gue ngga bisa ngelakuin itu. Gue sayang dan cinta banget sama Ayna, kalau gue sampe lakuin itu, sama aja gue nyakitin dia." Ujar Arthan.

Pria itu benar-benar tidak ingin menyakiti istrinya itu.
Sedangkan Ferdi mengangguk, dia tau sahabatnya itu sangat mencintai istrinya. Bahkan Arthan sangat menjaga perasaan Ayna sejak dulu tapi dia juga kasihan dengan sahabatnya itu yang terus saja di desak. Siapa sih di dunia ini yang mau di desak? Apa lagi itu oleh orang tua nya sendiri.

"Lo udah ngasih tau Ayna masalah ini?" Tanya Ferdi. Arthan menggeleng, ia memang belum membicarakan nya sama sekali dengan Ayna. Entah ia bisa atau tidak membicarakan nya.

"Dia cuma tau gue di deket-deketin sama anak sahabat-sahabat Bunda, tapi kalau sampe dipaksa menikah kaya sekarang, belum..dan gue juga ngga mau dia sampai tau karena gue ngga mau di kecewa sama gue." Ujar Arthan.

Ferdi menghela nafas pelan.
"Tapi lo harus kasih tau dia juga, Art. Atau lo bakal buat dia lebih dari sakit hati nantinya." Ujar Ferdi.

"Gue ngga mau liat dia nangis Fer." Ujar Arthan.

"Terus lo mau kaya gimana? Lo ngga mungkin mau nutupin terus-terusan kan? Nantinya yang ada lo bukan cuma bakal buat dia nangis Art. Tapi juga bisa berpotensi lo kehilangan dia." Ujar Ferdi panjang lebar, dia tidak mau sahabatnya itu kembali ke mode dingin dan tak tersentuh seperti dulu. Jika Ayna benar-benar pergi karena masalah ini.

Arthan melotot mendengar perkataan Ferdi itu.

"Lo doain rumah tangga gue ancur!" Ujar Arthan menahan amarahnya.

"Gue ngga doain, tapi gue ngasih tau lo! Biar lo bisa mikir dikit, Art." Ujar Ferdi.

"Gue tau jujur itu ngga enak, tapi seenggaknya lo udah kasih tau dia dan terbuka sama Ayna," Lanjut Ferdi.

"Gue ngga mau lo balik ke mode lo yang dulu Art. "Ujar Ferdi saat Arthan hanya diam.

Arthan pun menyandarkan tubuhnya kembali, dia menutup matanya sejenak, menimbang-nimbang setiap ucapan yang dikatakan Ferdi.

"Argggg sialan, kalau aja keluarga perempuan itu ngga menerima permintaan Bunda, ini semua ngga bakal kejadian." Ujar Arthan.

Ferdi yang melihat hanya bisa memandang kasihan sahabatnya.

"Pikirkan yang gue bilang tadi Art, gue doain semoga lo cepet punya solusinya." Ferdi pun bangkit dari duduknya dan melenggang keluar dari ruangan Arthan.

"Semoga." Gumam Arthan, saat Ferdi sudah benar-benar keluar dari ruangannya.

Arthan pun mengambil jasnya dan segera memakainya, dia pun keluar dari ruangan setelah menyambar kunci mobil dan tas kantornya, setelah keluar dari lift Arthan langsung melangkahkan kakinya keluar kantor. Dia tak menghiraukan tatapan memuja para karyawan wanita yang melihatnya keluar itu.
Arthan pun langsung bergegas masuk ke mobilnya dan meninggalkan pelataran kantor AM Corp.

"Aku pulang." Ujar Arthan yang memasuki ruang tengah. Pria itu langsung masuk ke rumah begitu mobilnya sampai di pelataran rumah mereka dengan sempurna. Arthan pun meletakan tas dan jas yang sudah dilepas keatas sofa kemudian melangkah kan kakinya kearah dapur sambil menggulung lengan kemeja berwarna putihnya.

Sampai didepan pintu dapur Arthan menatap punggung wanitanya dengan pandangan sendu kemudian melanjutkan langkahnya dan memeluk tubuh Ayna dari belakang dengan sangat erat.

"Kak Art." Gumam Ayna yang merasakan pelukan Arthan yang sempat membuat nya terkejut, untung saja ia hanya sedang mencuci buah-buahan. Arthan pun hanya bergumam sebagai tanggapan.

"Kok udah pulang? Ini baru jam 3 kan." Ayna membalikan tubuhnya mengahadap Arthan. Pinggang wanita itu pun masih di lingkari lengan kekar Arthan.

"Tiba-tiba aku kangen kamu," Ujar Arthan yang menatap lekat manik Ayna. Arthan pun menyatukan kening mereka hingga jarak mereka yang semakin menipis.

"Kak Art capek ya?" Ujar Ayna yang mengusap lembut pipi Arthan. Arthan pun hanya mengangguk tanpa menjauhkan tubuhnya. Ia memang merasa sangat lelah akhir-akhir ini.

"Kak Art mandi dulu habis itu Ayna pijitin." Ujar Ayna dengan lembut pada Arthan yang masih nyaman dengan posisi nya itu.

"Aku mau kamu." Ujar Arthan dengan pandangan yang tak kalah lembutnya, entah kenapa dia sangat menginginkan Ayna saat ini. Padahal niatnya pulang adalah untuk mengatakan apa yang Ferdi katakan padanya.

Tapi saat melihat Ayna, entah kenapa juga rasanya dia sangat takut untuk mengatakannya. Lebih takut lagi jika Ayna akan kecewa kepada nya. Arthan tidak sanggup jika itu semua benar-benar terjadi.

Ayna yang mendengar permintaan Arthan pun mengerti maksud dari perkataan suaminya.

"Ya udah kita ke kamar." Ujar Ayna yang menggandeng lengan Arthan. Wanita itu meninggalkan sejenak buah-buahan yang masih belum ia masukkan.

Arthan pun mengangguk dengan senyuman nya dan kemudian menggendong ayna ala brydal stayl . "Aku sangat mencintaimu," Bisik Arthan tepat saat pria itu menurun kan Ayna di atas ranjang, dan mereka berdua pun menikmati apa artinya surga dunia yang sudah sering mereka lakukan.

Bersambung...
Nexs part ya guys,jangan lupa vote buat jadi penyemangat eaaa

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang