Chapter 17

5.7K 580 92
                                        

Krist mengirim pesan itu dengan hati berdebar.

Sedetik kemudian, panggilan telpon masuk ke ponsel Krist.

Krist yang gugup semakin gugup dan tidak sadar kalau langsung mengangkat telpon itu.

"Ha--halo?"

"HAH? SERIUS KAMU KETERIMA DI UNIVERSITAS DI CIANG MAI? AISH KRISTTT! KENAPA DARI KEMARIN KAMU PENUH KEJUTAN SEPERTI INI SIH?" suara bentakan dari ujung membuat Krist menjauhkan ponselnya. Rasanya kupingnya berdenging kesakitan.

Astaga. Biasanya kalem. Sekali ngegas, ngegas banget lah ini.

"Au, phi... Aku hanya ingin memberikan kepastian. Dari pada aku memberitahukan mu ingin ke sini, ingin ke situ tapi tidak... Keterima?" Krist menjawab dengan alasan nya. Ia kini masih duduk di meja kursinya.

"..." Hening sesaat.

"Phii???"

"Ehem. Oke. Jadi, serius keterima di universitas itu? Ujiannya ketika kamu datang dengan teman-temanmu waktu itu?"

"...Iya..."

"Hahh... Selamat, Krist. Phi benar-benar terkejut." dari seberang Krist mendengar nada lelah, "Tapi Phi juga bangga kamu bisa diterima di universitas itu. Itu cukup terkenal disini." nada lelah berubah dengan nada bangga.

Krist tanpa sadar tersenyum, "Aku membuat banyak orang bangga hari ini!" sombong nya. Ia tidaklah munafik kalau dia memang merasa bahwa semua usahanya, semua lelahnya karena kekurangan tidur, kurang makan, dan pikirannya sering ruwet kini semua terbayar.

"... jadi, Tinggal bersama phi?"

"Uhmm..." wajah Krist memerah, "... Apa tidak merepotkan p'?"

"Tidak! Jelas tidak, Kristt."

"..." Krist diam.

Krist sih suka ya dengan P singto. Ya kalian tau, 'kan. Tapi Krist juga gak tau P Singto suka nggak dengan dirinya.

Ya plis deh, Krist. Kurang jelas apa P Sing demen sama kamu :(

"Kriisst?" Panggil Singto karena keheningan, "Kenapa diam, hm?"

"Tidak enak saja, Phii..  kita bahas saja nantii... Yany terpenting aku sudah memberitahu mu kalau aku diterima di Chiang Mai,"Krist akhirnya membalas.

Rasanya deg-degan. Berharap. Tapi takut jatuh.

"Baiklah... Nanti kita bahas, ya. Phi masih ada pekerjaan, nanti akan Phi hubungi lagi," Singto berujar dari seberang. Entah mengapa Krist menganggukkan kepalanya walau dirinya tau Singto tidak melihat.

"Yaa..." Krist mematikan sambungan telponnya.

Pikiran lagi.

Gimana mau nge-iyain. Mereka bukan pacar. Kenal juga dari chatting. Mau ngomong ke orang tua-nya bagaimana juga?

'Pa, Mae, aku mau tinggal bersama teman onlineku.'

Hahhh...

Yang ada ijin Krist kuliah di Ciang Mai ditarik dan harus mendaftar di universitas Bangkok.

Sudahlah.

Nanti saja, dipikirkan.

Krist tidak mau berpikir untuk sekarang. Dan sebaiknya Krist segera keluar kamar dan membantu orang tua dan adiknya.

.

"Newwie, ke ruanganku sekarang." Perintah Singto.

Tak lama kemudian, Newwie masuk ke dalan ruang kerja Singto tanpa mengetuk.

Chatting with CEO!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang