Buka
Tutup
Buka
Tutup
Krist sedari tadi membuka-tutup matanya. Hatinya bergemuruh.
Perutnya mulas.
Ingin menangis namun juga tidak ingin.
Tangannya pun mulai berkeringat.
Kalian penasaran?
Baiklah, akan aku jelaskan.
Krist hari ini akan mendapat hasil ujian masuknya kemarin.
Iya. Penentu apakah Krist akan terbang ke Ciang Mai atau tidak.
Jelas dong, dia deg-degan.
Dirinya merasa mampu mengerjakan. Namun, tiada yang tau apakah ia akan diterima tidak.
Cklek
"Krist?" Ibu Krist masuk ke dalam kamar Krist tanpa mengetuk.
Krist ingin marah awalnya. Tapi tidak mampu karena tenggorokan nya kering karena gugup berlebihan.
"Mae buatkan teh lemon. Minum gih. Masih jam berapa pengumuman nya?" Ibu Krist membawa secangkir teh lemon hangat untuk menenangkan rasa kekhawatiran Krist.
Krist mengambil cangkir itu, "Tinggal 30 menit lagi, Ma. Bukan beberapa jam lagi..." Krist menjawab gusar.
Ibu Krist tersenyum,"Jangan pesimis dong. Ayo semangat. Anak Mae pasti bisa masuk ke universitas itu. Mae yakin,"
Krist tersenyum sejenak. Mendengar dukungan moril dari ibunya membuatnya merasa tenang, "Ya, Mae,"
"Sudah... Tenangkan dirimu..." Ibu Krist terus membuat anak lelakinya itu merasa tenang.
Krist mengangguk dan akhirnya memilih meminum teh lemon nya, "Ini membuatku lebih tenang, Mae. Terimakasih,"
Ibu Krist mengangguk dan berkata akan keluar bersama ayahnya untuk berbelanja. Ibunya juga berpesan, bila pengumumannya sudah keluar, segera beritahu mereka.
Ketika pintu tertutup lagi. Krist menghela napas.
Rasa gugupnya jelas tidak akan hilang begitu saja.
Ting
Krist melirik ponsel yang terletak di samping laptop.
SingTuan
Lagi ngapain?
Krist rasanya bertambah beban. Tidak ingin mengecewakan Singto juga. Baper tinggi sudah menggrogoti perasaannya.
Ingin lebih dekat. Tidak ingin jauh.
Astaga.
Kriesttps
Nanti. Kuberitahu.
SingTuan
Habis. Chatku dari tadi pagi dibales singkat mulu.
Phii kan khawatir, Krist.
Stop deh phii bikin Krist baper.
Kriesttps
Ya.
SingTuan
Tuh kan. Jawabannya.
🙄
Krist tersenyum. Setidaknya selain teh lemon dari ibunya, chat dengan Singto juga membuatnya sedikit tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chatting with CEO!?
أدب الهواةSebelumnya Krist yang hanya pemuda yang bahkan baru saja naik kelas 12 SMA tidak pernah menyangka bahwa dia bisa berkenalan dengan seorang CEO yang sangat terkenal di negaranya---iya, dia berkenalan dengan Singto Prachaya Ruongraj, sebuah keluarga y...