Chapter 12

6.2K 613 53
                                        

Hari ini cukuplah hari yang melelahkan untuk Krist. Setelah hari kemarin bertemu dengan P'SingTuan, Kini Krist harus kembali menggeluti kesehariannya. Terhitung telah seminggu dari hari pertemuan mereka. Sekarang ini, Krist tengah terduduk manis di tempat duduknya sekolah dan mencoba mencerna guru yang sedang menjelaskan di depan. Bukan menjelaskan juga, lebih tepatnya sedang mengedukasi dan memberi motivasi. Tetapi, kenapa bagi Krist malah segala ucapan yang keluar dari bibir gurunya itu malah memberatkannya?!

Bagaimana tidak memberatkannya?  Sedari tadi wali guru kelas Krist tengah menyampaikan, 'Akan kemana sih, kalian kalau sudah lulus kuliah?'.

Sebenarnya ini bukanlah masalah yang hanya Krist hadapi. Namun masalah semua teman-temannya di kelas. Tidak juga sih, murid yang sudah memiliki tujuan pasti sudah mempersiapkan apa saja yang ingin mereka lakukan untuk mencapai tujuan.

Bahkan, teman se-geng Krist pun.

Masalahnya adalah; Krist juga belum memiliki tujuan yang ia inginkan.

Ia tertarik untuk pergi ke Ciang Mai seperti tawaran Singto. Tapi, entahlah. Rasanya masih terlalu mengawang dan membingungkan.

Toota yang dari tadi gembar-gembor tentang ke-sugar daddy-an Singto pun tidak mampu membuka lebar-lebar mulutnya lagi ketika topik mengenai kuliah diucapkan. Off, Gunsmile dan Knott menundukkan kepala mereka seolah kepala mereka mendadak terasa berat dijatuhi beban berton-ton.

Menyampingkan masalah kuliah, Krist--dan mungkin teman-teman se-geng-nya berpikir juga tentang perpisahan. Iya. Lulus kuliah, artinya berpisah juga kan?

Yah. Beginilah hidup. Bertemu dan berpisah--tak mampu keduanya dipisahkan.

Krist lagi-lagi menghela napasnya. Membayangkan akan segera lulus SMA dan berpisah dari teman-temannya, apakah semuanya akan usai dan terlupakan begitu saja?

Tidak Krist tampik kalau ia bahkan sudah lupa dengan sahabat SMP-nya karena hilangnya kontak mereka.

Tidak terjadi secara tiba-tiba.

Awalnya cukup intens dalam berkomunikasi dan bertemu, lalu mulai jarang bertemu dan hanya berkomunikasi melewati aplikasi chat dan lama-lama hilang sudah kontak.

Krist tak mampu lagi menahan helaan napasnya yang berat.

"Guys, kita bakal terus bareng-bareng, kan ya?" Toota bertanya. Krist dan geng-nya kini tengah berjalan pulang. Awan telah berubah warna menjadi jingga. Dan, ponsel Krist tidak berhenti bergetar karena Singto terus-menerus mengiriminya pesan.

Krist sama sekali tidak berniat membalasnya mengingat moodnya turun drastis seperti ini.

"... Uhm," Off yang biasanya ceplas-ceplos tidak mampu membalas.

"Hah... Rasanya tiga tahun cepat sekali berlalu, ya," Toota bersuara lirih namun sarat akan kesedihan.

"Sudahlah. Kalaupun kita berpisah-pisah nanti, tetap saja kita teman!" Gunsmile mencoba menaikkan mood teman-temannya. Krist mengangguk setuju dengan Gunsmile.

"Ya!! Tetap berkomunikasi dan luangkan waktu untuk bertemu!" Toota berseru. Cukup seruan-nya itu mampu membuat suasana sedikit lebih baik.

Ah.

.

.

.

"Lalu? Kenapa chatku sama sekali tidak kau balas, Krist," Suara serak dari sebrang mampu membuat Krist yang sedari tadi menumpukkan kepalanya di lengannya terangkat.

Krist tengah belajar untuk menghadapi try out berikutnya. Begitupun dengan menyiapkan ujian sekolah yang pasti banyak sekali materinya. Namun, karena terlalu banyak hal yang ia pikirkan, kepalanya jadi pening.

Chatting with CEO!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang