Chapter 8

5.9K 656 101
                                    

Suasana semakin mencekam ketika Krist hanya terdiam untuk sesaat kala mendapat kenyataan bahwa selama ini dirinya sudah akrab, tidak, tapi sudah sangat akrab dengan salah satu pengusaha sukses di dunia!

Tunggu Toota dan Off mendengar ini. Krist yakin bahwa mereka akan menjerit iri--tunggu, apa yang harus diirikan?

Kekayaan SingTuan,kan?

Singto tersenyum kecil melihat Krist yang masih dengan lamunannya itu, "Tidak ingin memesan makanan atau minuman, Krist?"

Krist sontak saja tersadar dari lamunannya,"Ah, ya." Krist lantas mengambil daftar menu yang memang terletak di tengah meja.

"Aku yang traktir. Pesan saja apa yang kau mau." ujar Singto dengan masih tersenyum, yang tak sadar telah membuat Krist sesak napas tak mampu berkata apa-apa.

Tenang, Krist. Dia CEO. Dia kaya. Jelas dia ingin mentraktir mu.

Tapi, siyalan, kenapa senyuman Singto bisa setampan itu!

Keheningan melanda mereka sampai makanan pesanan mereka dihidangkan di meja mereka.

"...Bagaimana urusanmu di Bangkok hari ini?" tanya Krist yang sudah tidak tahan dengan keheningan itu.

Singto tengah mengambil sendok dan garpunya, "Lancar seperti biasanya." balasnya,"bagaimana denganmu? Hari ini lancar?" Singto sangat tau bahwa ini adalah saat-saat dimana anak akhir tahun sekolah seperti Krist tengah tertekan.

"Ya... Seperti biasanya juga." balas Krist seadanya. Ia tengah menikmati pesanannya dengan khidmat. Mengingat ini adalah makanan gratis juga.

Krist memang sering datang ke restoran ini juga bersama teman-temannya. Tetapi, sekarangkan berbeda. Ia datang bersama teman onlinenya yang ternyata seorang milyarder.

Tolong. Krist rasanya ingin bunuh diri karena malu.

"Ingin lanjut kuliah dimana?"

Krist terdiam untuk sejenak,"Tidak tau, masih kupikirkan," balas Krist.

Suasana sungguh canggung mereka rasakan--tidak, mungkin hanya Krist yang merasakan. Karena, SingTuan nampak biasa saja.

"Ke Ciang Mai saja, nanti tinggal denganku," ujar Singto.

"Hah?" Krist sontak saja terkejut. Tidak mengerti dengan Singto,"Maksudnya?"

Singto tersenyum khas, "..."

Krist kembali diam.

"Yah, aku hanya menawari saja. Kalau kau mau ke Ciang Mai, aku menawarkan rumahku," jelas Singto yang semakin membuat Krist berpikir keras.

Orang kaya itu aneh, bung. Bisa seenaknya mengundang dan menendang orang ke rumah mereka.

"Sehabis ini mau kemana?" Singto mengalihkan pembicaraan. Singto mengerti Krist tidak nyaman dengan pembahasan mereka.

Krist menghela napas dan mencoba berpikir.

"Jalan-jalan? Tapi kau mungkin sudah pernah ke tempat-tempat terkenal di Bangkok sih, ya?"

Singto menggelengkan kepalanya,"Aku jarang ke Bangkok. Sering, tapi aku memiliki pekerjaan yang menumpuk. Jadi tidak pernah jalan-jalan dengan santai. Terakhir mungkin dengan ayah dan adikku, oh tunggu, itu sudah lebih dari 5 tahun yang lalu."

"Kau pasti orang yang sangat sibuk, ya," Krist bergumam namun masih dapat didengar oleh Singto.

Singto meringis dan menganggukkan kepala,"Sangat sibuk, sampai-sampai kadang ingin keluar saja."

"Hoi, perusahaan keluarga P' itu sudah sangat terkenal. Jangan keluar seenaknya," ujar Krist yang kembali mencoba mengingat seberapa kaya Singto itu.

Chatting with CEO!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang