Doyoung dan Fanya.

6.1K 946 101
                                    

Doyoung menghela nafasnya berat begitu ia sudah mendarat di kasurnya. Harinya terasa singkat dengan menghabiskan waktu di Sea World dan McD bersama Kayra. Tanpa ponsel. Tanpa Sandra. Cowok itu sengaja mengaktifkan mode pesawat setelah mengabari Sandra bahwa ia pergi ke Sea World bersama Kayra dan mengirimkan foto Kayra yang ia ambil diam-diam saat gadis itu tengah menyetirinya.

Setelah menonaktifkan mode pesawat di ponselnya, Doyoung meninggalkan benda pipih itu di kasurnya sementara ia pergi mencuci muka. Cowok itu tahu, pasti ada ratusan notifkasi masuk yang akan membuat ponselnya hang apabila ia langsung membuka notifkasinya.

Sandra.
my friend told me that you almost kiss her

Doyoung tidak kaget begitu membaca pesan terakhir Sandra dari notifikasi di layar ponselnya. Cowok itu tahu ada salah satu teman Sandra disana saat Doyoung mengancam Kayra yang berbicara kasar ketika hendak meninggalkan Sea World. Doyoung mengabaikan pesan-pesan di ponselnya dan turun ke ruang makan.

Suasana kost menjelang malam begini sepi. Tidak satu pun tetangga kost-nya yang sudah pulang. Ibu kost dan anak gadisnya juga tidak terlihat di ruang televisi. Doyoung bergerak cuek di dapur, memasak sebungkus indomie goreng sambil bersenandung kecil.

"Loh? Kak Doyoung?" Fanya, anak ibu kost itu menghampirinya.

"Kenapa?" Tanya Doyoung cuek sambil tetap mengguntingi bumbu indomie.

"Nggak. Tumben aja udah balik." Jawab Fanya sambil mengangkat bahunya. Doyoung melirik sekilas penampilan anak SMA itu.

Kemeja hijau polos, ransel di pundak, celana bahan selutut, dan kaus kaki. Doyoung merasa tidak ada yang salah, tetapi entah rasanya ada yang berbeda dengan anak sulung ibu kost-nya ini.

Oh. Doyoung meletakkan gunting dan menatap perempuan kelas dua belas itu sepenuhnya. Habis nangis.

"Kenapa lo? Berantem?" Tanya Doyoung langsung sambil meniriskan mie-nya. Fanya gelagapan ketika ditodong pertanyaan seperti itu oleh Doyoung, yang membuat cowok itu yakin kalau cewek di hadapannya ini sedak tidak baik-baik saja.

"Hah? Ng-nggak. Aku habis bimbel!" Jawab Fanya gugup.

"Cowok lo?"

"Kak-"

"Cerita, atau gue aduin ibu?" Ancam Doyoung tanpa melihat wajah Fanya, tetapi mampu membuat gadis itu meremang takut.

"Jaemin," Fanya berujar pelan sembari mengikuti Doyoung ke meja makan. "Dia masih nggak bisa milih antara aku sama Lala. Tapi kelihatan sih, lima puluh lima persen dia buat Lala."

"..."

"Padahal tinggal bilang, kalau dia lebih sayang sama Lala yang udah bareng sama dia dari kecil. Aku nggak harus gini." Fanya menelungkupkan tangannya di meja makan dan menenggelamkan wajahnya di sana. Sementara Doyoung masih sibuk mengaduk mie-nya dan menyuapkan suapan pertama ke mulutnya sendiri.

Hening. Ah, nggak. Terdengar isakan yang berasal dari Fanya.

"Kalau Jaemin bilang dia lebih sayang sahabatnya, lo nggak kenapa-kenapa?" Tanya Doyoung setelah mie gorengnya tertelan sempurna.

"It's okay. Setidaknya aku tahu, aku bukan prioritas dia. Jadi aku nggak perlu marah-marah minta dia jauhin Lala. Karena aku yang malu sendiri!" Fanya mengelap air matanya.

"Apa semua cewek kayak lo?"

"Hah?"

"Menurut lo, Jaemin brengsek?" Doyoung malah bertanya pertanyaan lain.

"Nggak, kalau dia bisa milih diantara kita. Siapapun itu, mau dia pilih Lala sekalipun, aku nggak anggep Jaemin brengsek. Entah bucin atau apa, tapi menurutku Jaemin nggak brengsek kalau dia bisa milih," jawab Fanya. "Maaf, aku jadi nangis lagi."

Yes, Doyoung [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang