□ Mati Listrik (2)

5.8K 800 43
                                    

"Hah, kecemplung dimana lo? HAHAHAHAHAHA!"

Kan bener. Gue belum salam aja si Mark udah ngakak ngeliat kondisi gue. Bang Yuta sama kak Taeyong langsung nengok dan ikutan ngakak. Mas Johnny yang kayaknya lagi sibuk nugas langsung keluar dari kamarnya dan ngakak juga.

"Doye~" Gue ngadu ke Doyoung yang baru masuk.

"Hm, ngadu." Cibir Bang Yuta. Gue menjulurkan lidah gue meledek dia.

"Ketawa lo semua?" Doyoung melempar tatapannya pada keempat teman kost-nya itu. Yang ditatap malah buang muka, seolah tidak terjadi apa-apa. Kecuali Mas Johnny.

"Are you okay?" Tanyanya. Gue mengangguk setengah hati. "How could this happened to you? I mean-"

"Kita lagi jalan, Bang. Gue udah teriakin dia tapi dia nggak minggir. Malah diem aja. Kecipratan mobil dah tuh." Doyoung menceritakan kronologinya.

"Mana gue tahu." Gue memajukan bibir gue pertanda gue sedang bete.

"Gih, mandi. Nanti panuan," Doyoung mendorong gue pelan menuju kamarnya. Gue melotot tajam. "Maksud gue, nanti kita perginya kemalaman, sayang."

"Ya lo keluar dong?" Usir gue ketika gue sudah berada di depan kamar mandi yang ada di dalam kamar cowok itu.

"Sabar elah! Gue mau ambilin lo anduk dan baju nih. Lo mau telanjang? Gue sih mau-mau aj- AW! Iya ampun!" Doyoung ini kadang otaknya kotor banget. Gue gigit aja kupingnya. "Sana masuk."

-127-

Selesai mandi, pakai baju, dan keringin rambut, gue keluar kamar dan gabung sama anak-anak lain di ruang tengah. Gue sedikit kaget waktu di ruang tengah semakin ramai. Ada Haechan sama Lucas yang lagi sibuk duduk melingkar sama Mark, Kak Taeyong dan Bang Yuta yang masih setia nonton TV, Doyoung yang lagi sibuk merhatiin Winwin push rank, dan Mas Johnny, Jaehyun, dan Jungwoo yang terlihat lagi mendiskusikan sesuatu. Dan Mas Taeil sampe sekarang belum pulang juga. Mungkin kejebak hujan?

Tunggu. Itu Jaehyun yang pernah diomongin sama si Mark? Terus, itu Jungwoo? Kok gue jadi salah tingkah gini. Bentar-bentar. Sok cantik banget gue.

"Udah?" Doyoung meninggalkan Winwin yang masih sibuk dengan ponselnya sendiri lalu menghampiri gue. "Yuk, mau sekarang?"

"Ini lagi pada kumpul di sini, kalo lo cabut nggak apa-apa?" Gue melirik ke arah teman-teman Doyoung. Doyoung cuma mengibaskan tangannya cuek.

"Mereka aja asik sendiri tuh," tunjuknya dengan dagu. "Yuk, ah. Keburu malem nanti-"

DUAR!

Doyoung langsung meluk gue erat begitu mendengar suara petir dan kilatan cahayanya tertangkap inderanya sendiri. Wajahnya ia benamkan di bahu gue. Perbedaan tinggi kita menyebabkan Doyoung harus agak menunduk. Gue tahu ini nggak nyaman banget buat dia. Tapi begitu gue bergeser sedikit,

"Nggak mau, Kay! Jangan pindah! Plis di sini aja dulu. Petirnya bisa dateng kapan aja!" Omelnya dengan wajah yang masih berada di bahu gue dan tangannya yang memeluk gue.

Iya saudara-saudara. Kim Doyoung takut petir.

Gue mengelus pelan punggung Doyoung, memberikan tanda bahwa semua akan baik-baik aja. Doyoung masih nggak bergerak dari tempatnya. Bahkan pelukannya di pinggang gue semakin erat seiring dengan suara gemuruh di luar sana yang bersahutan.

"Doye, it's okay," bisik gue di telinganya. Cowok itu malah menggeleng kuat-kuat. Gue memutar mata malas. Doyoung emang setakut itu sama petir, gemuruh, kilat, dan teman-temannya. "Lo kalo takut tadi kenapa bisa jalan kaki ke kost gue?!"

Yes, Doyoung [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang