Final

5.3K 727 119
                                    

Doyoung sudah berulang kali menghela nafasnya. Kericuhan yang terjadi di depan matanya malah semakin membuat kepalanya mau pecah. Cowok itu bersandar dan menatap kesembilan cowok lain yang ada di ruangan itu dengan pasrah. Oh, iya. Mereka sedang berada di rumah Jungwoo, yang seperti biasa dijadikan markas oleh para cowok itu.

"Lo yakin sama pilihan lo?" Haechan yang sedang malas ribut mendekati Doyoung yang masih menatap keributan yang entah kapan berhentinya. Haechan sendiri sudah menyerah, suasana hatinya sedang tidak baik untuk berusaha memenangkan keributan ini.

"Hm. Gue yakin. Lo tahu alesan gue selama ini."

"Gue nggak tahu," Doyoung merutuki kalimatnya barusan ketika mendengar jawaban Haechan. Cowok itu tidak pernah menceritakan tentang perasaannya untuk Kayra pada siapapun.

"Oh iya, gue nggak pernah cerita ke siapa-siapa." Selanjutnya Haechan mengikuti Doyoung, bersandar sambil menatap kedelapan cowok tadi yang masih ribut.

"Untung Mas Taeil nggak ikut," ujar Haechan. Doyoung terkekeh karena setuju dan membayangkan Taeil pasti akan ikut bersandar bersamanya dan Haechan jika ia ikut sekarang. "Jadi kangen waktu Mas Taeil masih kuliah."

"Iya bener." Doyoung mengangguk setuju. Sewaktu mereka masih menjadi mahasiswa baru, Taeil sudah sibuk menyusun skripsi dan berkas-berkas yang berkaitan dengan masalah pekerjaannya. Iya. Taeil bahkan sudah di-keep oleh salah satu perusahaan besar swasta selepas praktik kerja lapangan.

"Heh, sini lo." Lucas melambaikan tangannya, mengisyaratkan Doyoung dan Haechan untuk mendekat. Mau tidak mau, mereka bangkit dari posisi nyaman mereka menuju zona peperangan.

"Gini, lo tinggal pilih konsep dari kita bersembilan yang udah dibagi jadi tiga timㅡoh, Haechan, lo ikut tim gue sama Winwin." Mark menyodorkan kertas selembar yang telah dicoret-coret oleh perwakilan dari tim.

Doyoung menatap kertas itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Cowok itu menipiskan bibirnya, dan menatap kesembilan temannya dengan alis yang terangkat satu.

"Teman-temanku yang terhormat," Doyoung berdeham. "Gue cuma mau nyatain perasaan gue ke Kayra. Gue belum mau ngelamar dia."

"Acie berarti nanti bakal ngelamar?" Yuta bereaksi heboh.

"Bukan itu poinnya, Atuy!" Jungwoo menepuk paha cowok itu kesal.

"Ya tapi lo ajak jadian juga, kan?" Tanya Johnny. "Yakali masa cuma nyatain doang tapi nggak ngajak jadian buat apㅡ"

"Oh, harus ngajak jadian juga?"

"Goblok." Umpat Johnny ketika mendengar ucapan Doyoung yang tadi memotong kalimatnya.

"Ih, kasar." Lucas bergidik manja.

"Najis." Haechan menoyor bahu cowok itu.

"Doy, anjir lo kayak baru pertama kali nembak cewek aja sih?" Protes Taeyong. "Kayak ginian aja masih bingung?"

"Guys, ini Kayra. Beda," Doyoung menggaruk tengkuknya. "Kayak, apa iya gue harus pacaran sama sahabat sendiri?"

"If you guys love each other, wHY NOT?" Jaehyun berdecak sebal. "Gue udah merelakan perasaan gue loh. Jungwoo juga, dia apalagi tuh sering dijodoh-jodohin kan sama kalian?"

"Maap, Woo. Hehehehe." Ujar Yuta, si oknum yang sering menjodoh-jodohkan Jungwoo dengan Kayra sambil mengacak rambut Jungwoo yang langsung ditepis oleh si pemilik. "Dih, galak."

"Iya. Lo nggak inget soal Mark?" Ucapan Winwin membuat kesembilan pria itu terdiam, termasuk Mark itu sendiri. Tetapi beberapa detik kemudian Mark tersenyum lebar.

Yes, Doyoung [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang