Maaf Katanya.

6.1K 910 78
                                    

Gue bener-bener butuh ke kost-nya Kak Tiwai alias Kak Taeyong sekarang. Gue laper, dan kebetulan begitu gue telepon dia, dia baru selesai masak buat penghuni kost lain. Termasuk Doyoung.

"Tapi Doyoung belum pulang. Nggak tahu kemana. Ambil aja nih jatah dia." Begitu kata Kak Taeyong yang langsung membuat gue meluncur pakai motor ibu kost gue yang gue pinjem.

"'Sup, my fellas!" Sapa gue ketika masuk ke rumah kost Kak Taeyong.

Doyoung, Kak Taeyong, Bang Yuta, Mas Johnny, sama Mark kost disini. Oh, sama Mas Taeil juga, sepupu gue. Tapi doi jarang keliatan soalnya doi udah kerja. Kata Doyoung, dia berangkat pas kita belum bangun dan pulang pas kita mau tidur.

Ibu kost udah hapal banget sama gue, soalnya waktu Doyoung cari kost-an kan, bareng gue. Jadi dua keluarga gitu cari kost-an gue sama si Doyoung. Dapet lah yang nggak begitu jauh tapi harus ditempuh dengan kendaraan bermotor. Gue jadi inget waktu Tante Jeya bilang ke ibu kost Doyoung.

"Bu, anak ini si Kayra tolong diizinin aja ya bolak balik. Soalnya nggak bisa jauh dari si Doyoung banget. Nggak aneh-aneh kok. Emang dari kecil kebiasaan bareng. Kalau saya perlu tambah bayar-"

"Oh, nggak usah, Bu. Nggak apa-apa kalau emang udah tahu ibunya. Kecuali kalau cewek antah berantah, saya nggak kasih ijin. Lagian, Kayra ini tadi kata ibu sepupunya Taeil, kan?"

Terbaik memang. Semesta seolah mendukung gue sama Doyoung. Ah, tapi nyatanya Doyoung tetap pacarin cewek lain. Sedangkan gue, cowok yang deketin gue nggak bertahan lama. Gue ini, kalau kata lagu Terlatih Patah Hati sih, ditinggal tanpa alasan sudah biasa.

Oke, balik lagi ke ruang makan kost-an cogan, semua full team, minus Doyoung dan Mas Taeil sih. Ini udah jam delapan sih, jadi udah pada pulang dari kegiatan masing-masing. Kalau si Doyoung sih kayaknya lagi ngebucin, dan Mas Taeil memang jarang pulang jam segini.

"Nih," Kak Taeyong naruh piring berisi nasi goreng dengan nugget seafood di depan gue.

"Makasih banyak, Kak Tiwai ganteng!" Ucap gue sebelum menyuapkan suapan pertama ke mulut gue sendiri.

Parah. Kak Taeyong ini cowok idaman banget. Ganteng, lumayan pinter lah, jago dance, manis banget kelakuannya, dan pinter masak. Gue kalau bisa naksir cowok lain udah gue kejar. Sayangnya, dulu pernah coba, tapi jatuhnya hanya sekedar kagum karena Kak Taeyong nyaris mendekati sempurna. Apalagi ketika dia bilang,

"Nggak, Kay. Gue jauh dari kata sempurna." Gila dia ngomong gitu padahal dia beneran mendekati sempurna. Gue kagum banget sama Kak Taeyong. Rasanya pengen jadi Kak Taeyong versi ceweknya.

"Oh, ada Kay?" Ibu kostㅡyang biasa kita panggil Bu Darㅡmuncul dari rumau utama. "Wah, Taeyong masak-masak nih?"

"Ehehe, iya, Bu. Biasa, kasih makan anak-anak jalanan," Kak Taeyong cengar-cengir. Beda sama kita yang lagi natap dia garang karena dibilang anak jalanan.

"Kalau bahan makanan kamu nggak cukup, pakai aja punya ibu." Kak Taeyong mengangguk patuh dengan ucapan Bu Dar.

"Siap, Bu. Tapi maaf hari ini saya nggak bikinin buat keluarga ibu juga." sesal Kak Taeyong. Bibirnya menukik lucu ke bawah. Gila. Kak Taeyong nih apa sih?

"Eh, nggak apa-apa, Nak. Toh, ibu juga ada yang masakin. Ini ibu mau ngecek aja tumben ada suara cewek. Ternyata Kay." gue langsung senyum ke Bu Dar.

"Hehe, aku bikin berisik ya, Bu?" Gue bertanya dengan senyum canggung.

"Nggak. Tapi itu Fanya ribet banget minta gabung ngobrol pas denger ada suara kamu," Bu Dar tertawa. "Doyoung belum pulang ya?"

"Belum, Bu," jawab gue. "Fanya disuruh ke sini aja. Kita nggak keberatan kok."

Yes, Doyoung [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang