Because of Love

665 86 49
                                    

haaaiiii kalongers! Komentar dua chapter lalu bikin aku senang tapi sedikit gimana ya jelasinnya?

Jadi aku seneng kalian bisa nangkap dan memerhatikan karakter tokoh di sini. Cuma kembali lagi seperti yang pernah kusampaikan di cerita The Way. Biar kuperjelas di sini dan tolong dibaca (buat yang mau)

FF itu tokohnya diambil dari sosok  publik figur. Tapi tetap saja ceritanya fiksi. Kalongers harus ingat ini ya. Jadi kalian tidak bisa menyamakan karakter di FF sama di aslinya atau yang sudah banyak ada. 

Kalau baca cerita A, ya udah fokusnya ke cerita A beserta aneka karakter di cerita itu. Sama halnya baca cerita B pun begitu. Jangan campur adukkan sama karakter asli atau yang sudah kebanyakan ada di cerita luar sana! 

Lepaskan karakter nyata atau yang biasa kalian dapati di cerita luar di pikiran kalian karena kalau tidak maka terkesan aneh. Padahal tidak aneh. Sugesti yang dimasukkan di pikiran pembaca lah yang membuat itu aneh.

Ingat, ini FIKSI! *author ngegas dikit. untuk membuka pikiran pembaca.*

thanks perhatiannya!

"Kenapa kau melakukan itu, Tae? Kupikir aku paling mengenalmu, tapi salah besar. Ada banyak rahasia disembunyikan."

Tiffany berpikir mungkin saja Jessica sengaja mengatakan hal tidak-tidak mengingat CEO itu sahabat Seohyun. Namun, anggapan di benak sirna sudah saat mendengar sendiri secara langsung dari mulut Taeyeon. Bahkan telinga menangkap jelas bagaimana orang paling dicintai tersebut mengotori pikiran Yoona.

-flashback-

Tiffany datang diam-diam karena mau beri kejutan ulang tahun yang agak terlambat karena bertepatan masih di LA. Sayang di sayang, saat memarkirkan mobil dia justru melihat mobil Taeyeon. Langsung saja dipakai masker dan kacamata untuk berjaga-jaga.

Sesampai di kasir hendak memesan, ternyata benar bahwa Taeyeon ada di dalam. Dia hafal tas biru dongker di sisi meja. Terlihat pula Yoona baru mendudukkan badan di sebrang.

"Mungkinkah mereka berbaikkan? Tapi wajah Yoona tampak tegang." batinnya curiga. Usai memesan dia mengambil meja tepat di sebelah meja Taeyeon hingga mereka duduk saling membelakangi. Kondisi sepi dan di sudut ruang membuat Tiffany bisa mendengar obrolan mereka hampir jelas secara keseluruhan.

-flashback end-

"Bisa saja aku benar. Seohyun memanfaatkan situasi untuk membalas dendam dan mempermalukanku serta..."

"CUKUP!" hardik Tiffany berjalan balik meja dan menyambar kasar lengan Taeyeon. "Semua ucapanmu salah. Seohyun sangat mencintai Yoona juga sebaliknya. Landasan apa membuatmu berpikir sekotor itu? Kalau memang Seo Joo Hyun balas dendam, wajar. Kau keterlaluan! Tapi sedikitpun tidak tersibak di otakku bahwa Yoona hanya dijadikan budak seks. Omong kosong!"

"Sekarang pun kau berpihak pada Seohyun."

"Anggap saja begitu." Tandas Tiffany tak mau kalah. "Dia lebih menghargaiku daripada kau, Tae. Saat aku pergi, kau ke mana? Berciuman dengan wanita lain dan Seohyun menangkap basah kalian? Kalau dia tak ada, heh, entah apa yang terjadi."

Paru-paru berdenyut sesak. Sakit, marah, dan kecewa bersekutu merajam organ di balik tulang. Tiffany tahu pertemuan ini akan sangat menyakiti. Dia bisa saja pergi berhura-hura, clubbing, atau sibuk bekerja seakan tidak ada yang terjadi. Namun, cinta dan peduli mendorongnya kemari karena mau menyadarkan Taeyeon.

"Kalau begitu pergilah!" sentak Taeyeon mengibas buku, pena, dan map dari meja hingga jatuh berserakan di lantai dan kaki Tiffany. "Aku benci Seohyun, aku benci Yoona, bahkan aku benci diri sendiri. Kenapa eomma harus pergi meninggalkanku? Kenapa orang lain bisa mendapatkan kasih sayang dari eomma dan aku tidak?"

(Not) Cruel ExchangeWhere stories live. Discover now