Heeeiiiiiii kalongers di mana pun kalian berada. Sehat-sehat semua ya. Amin.
Kalongers macam-macam ya karakternya. Ada yang sadis ngalahin kekejaman author, ada yang baper tingkat akut, ada-ada aja pokoknya.
"Unnie terus menyakitiku bahkan sejak lahir. Kematian sangat pantas untukmu, Unnie. Pergilah!"
"Kau menindasku berkali-kali tanpa rasa kasihan, Kim Taeyeon."
"Di hatimu hanya ada kau dan penderitaanmu. Keegoisanmu bahkan tega mengkhianati cintaku, Taetae."
"Ada banyak hati yang kau sakiti, Nak. Terimalah kematianmu sekarang."
"Tidak. Aku menyadari semua kejahatan yang perlu kuperbuat dan ingin memperbaiki semua. Berilah satu kesempatan!"
"Pergilah dari hidup kami, Unnie!"
"Tidak!"
"Orang tuamu ada di atas. Ikutlah mereka pergi, Kim Taeyeon!"
"Tidak!"
"Tae,"
"TIDAK!" jerit Taeyeon tersadar dari pingsan.
Sepasang bola mata membulat senada napas terengah-engah. Di tepi ranjang berdiri Yoona dan Tiffany menatap khawatir. Dia berusaha bangkit ingin memeluk tapi tiba-tiba terhenti dan mengerang.
"Akkhh, appo." eluhnya memegang kepala.
Tiffany memapah Taeyeon kembali berebah dan berucap, "Taetae, tenanglah! Kau cidera habis terpental menghantam aspal. Kepalamu luka tapi tidak parah."
"Ru-rumah sakit?" Ucap Taeyeon melihat ranjang Seohyun tepat semeter di sisinya. "Fany, Yoona, apa... aku... masih hidup? "
"Unnie bicara apa? Tentu masih hidup. Bodoh! Aku sudah peringatkan agar mandi dan makan dulu. Unnie malah langsung pergi. Tidak mau dengar dan sekarang begini."
"Yoongie," panggil Seohyun menenangkan Yoona karena mulai terisak nangis melihat keadaan sang kakak sekarang. "Taeyeon baru sadar. Jangan marah-marah ya! Kemari, Sayang!" pintanya mengulurkan tangan dan berusaha bangkit dari ranjang.
"Dia benar-benar ceroboh dan tidak mengerti kondisi. Tidak mau dengar ucapanku."
Seohyun memeluk Yoona seraya menepuk-nepuk punggung. "Sudah ne. Kita tidak tahu kapan keadaan buruk terjadi. Kadang sudah berhati-hati, tapi musibah pun tidak bisa berkompromi."
"Yoona ah, maafkan Unnie."
"Sekarang baru minta maaf. Maaf, maaf, dan maaf. Apa gunanya minta maaf?" bentak Yoona menoleh tapi Seohyun membenamkan lagi wajahnya ke pundak.
Tiffany menarik napas melihat sikap dua kakak-beradik. Tidak akur, ribut. Sudah akur pun ribut.
"Yoongie, jangan marahi unnie mu! Semua terjadi karena situasi. Ahjumma dan Lee ahjussi melihat sendiri." tutur Seo ahjumma membawa sebaskom air hangat dan sapu tangan ke meja sisi ranjang Taeyeon.
"Biar aku saja, Ahjumma." tawar Tiffany ingin meraih baskom.
"Tak apa, Nak. Kau kan baru pulang kerja. Duduklah!"
Seo ahjumma memeras sapu tangan sebelum kemudian mengusapkan ke wajah Taeyeon. Sesekali wanita di ranjang itu mendesis merasa perih terlebih ketika jemari ibunda Seohyun menyentuh area pelipis. Namun, di sisi lain dia tak mau usapan berhenti. Bola mata Taeyeon memandang kabur wajah Seo ahjumma yang terus mengusap wajahnya dan meninggalkan kehangatan serta ketentraman hati.
"Tangan seorang ibu tidak pernah berbohong. Lembut dan penuh kasih sayang. Aku seperti melihat eomma hidup lagi."
"Seohyun dan Yoona sudah cerita semua. Kau adalah kakak Yoona dan remaja nakal dulu. Sampai sekarang masih nakal ya?" lontar Seo ahjumma berhasil membuat Taeyeon tersentak. Tapi raut keibuan tersebut sama sekali tak mencerminkan sakit hati, malah sebaliknya. Tetap tenang dan dilimpahi cinta kasih.
YOU ARE READING
(Not) Cruel Exchange
Fanfiction-Apa tidak cukup memastikan bahwa seluruh hidupku menerima apapun adanya dirimu?- Seohyun -Cinta ini berlabuh di raga dan hati yang tepat- Yoona