12. Lee Seokmin (Believe in you)

232 11 1
                                    


"(Y/n)-aah!!!" Suara dokyeom memenuhi ruang kelas yang udah sepi ini, entah kenapa membuatku merasa terganggu.

"Hmm?" Dia mulai acak-acak rambutku.

"Let's go home chagiya" dia senyum, masih manis kok aku masih suka sama senyumnya.

"Kajja" jawabku tersenyum dia memakaikan aku jaketnya.

"Sudah tau sekarang mulai dingin, tetep aja gabawa jaket. Pabbo ya" dokyeom mencubit pipiku.

"Yaa! appo dokyeom ssi" jawabku mengerucutkn bibirku.

"Aigoo kiyowo sekali yeoja chinggu ku ini" jawabnya mengelus pipiku, yang hanya ku balas dengan senyuman.

Setelah itu dokyeom mengantarkan aku pulang dengan motor scoopy coklatnya. Sepanjang jalan dia hanya menyanyi dan ya suaranya memang seindah itu sampai dia menang di perlombaan bernyanyi di kotaku.

Aku menyuruhnya masuk, eomma ku merindukannya. Dokyeom dan eomma ku sangat dekat, kadang aku bingung anaknya aku atau dokyeom.

Bulan depan doekyeom akan pergi ke ibu kota, sebuah agensi membantunya untuk debut solo. Jadi dia harus menyiapkan segala hal setelah ujian akhir selesai. Sedangkan aku tetap disini dan sibuk dengan persiapan kuliahku. Ya, kami akan LDR.

Sekarang dokyeom sudah dikamarku, sedang bermain dengan finn boneka yang dia kasih, katanya anakku sama dia. Hm iyain aja. Aku cuma bisa liatin dia, akhir-akhir ini dia sibuk banget, kadang 2 minggu sekali baru dia bisa kesini, padahal dulu waktu masih kelas 11 hampir setiap hari dia kesini.

"Kamu kenapa?" selanya saat aku ngelamun. Akupun cuma jawab senyum sambil gelengin kepala. Dokyeom ikut senyum terus duduk didepanku, dia elus pelan rambutku. Aku berusaha nahan tangisanku.

"Sebentar aja kok (y/n), apapun yang terjadi tolong tunggu aku pulang ya?" Kali ini matanya berkaca-kaca. Runtuh sudah pertahananku aku memeluknya menyembunyikan mukaku di dadanya, akhirnya aku bisa menangis didepannya setelah beberapa hari aku menangis sendiri karena takut dokyeom tidak ada disampingku.

"Apapun yang terjadi, tunggu aku, jangan tinggalin aku. Kamu semangatku, temenin aku berjuang untuk masa depan aku, masa depan kita" dokyeom memelukku lebih erat, mencium keningku. Aku hanya bisa mengangguk dan memeluknya semakin erat.

*****
Aku sudah berada di stasiun, dengan koper silver dengan inisial "DK" di depannya, aku cuma bisa nunduk sambil minan tutup botol yang jatuh di bawahku. Dokyeom pergi hari ini, disini banyak teman-teman dan keluarganya yang nganterin termasuk eomma appa ku, dia cuma pindah ke ibu kota kok, bukan keluar negeri.

"Kok ga nemenin dokyeom?" Eomma yang sedari tadi ngobrol sama eommanya dokyeom sekarang malah disampingku.

"Hehe gaapa" jawabku nyengir kuda.

"Eomma tau kamu sedih, tapi dia juga harus relain hari-hari tanpa kamu demi cita-citanya, demi kalian. Dokyeom bilang mau ngelamar kamu." Auto batuk-batuk.

"Eomma, pengumuman lulus sma aja belom udh main lamar aja."

"Ga gitu, tandanya dia serius sama kamu. Jadi kamu harus semangatin dia, bukan malah bikin dia sedih karena kamu kaya gini." Aku reflek liat dokyeom yang juga lagi liatin aku, dia pertamanya keliatan sedih, tapi setelah itu dia senyum dengan manisnya.

Yatuhan, jaga dia, beri dia kemudahan, aku sayang dia.

*****
Sudah 1 tahun, dan dokyeom masih belom debut juga. Musim panas kemarin dia pulang selama satu minggu. Dia menemuiku, tapi sekarang benar-benar berbeda. Gak ada lagi tangan dia yang elus rambutku, gak ada lagi senyum yang hangat hanya untukku, gaada lagi bunga setiap bulannya, bahkan dia mengabariku kadang hanya seminggu sekali, itupun telfon yang tak lebih dari 30 menit.

imagine with Seventeen by ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang