[ 2 ] Akhir Kita Lewat Dua Kata

66 5 1
                                    

Sahabat, bisa saja adalah orang yang paling hebat dalam menikammu sampai hidupmu terasa sekarat.

~Ressalina Muhtar

~ [ 🌃 ] ~

Disebuah bukit tempat wisata sepasang remaja tengah duduk mesra di reruntuhan batang pohon tua, sesekali berpelukan meluapkan cinta.

Sementara tak jauh dari sana, dibalik pohon mangga yang buahnya manis, Auri tengah mengawasi dengan seluruh hati yang terkikis, mencoba menguatkan hati dalam tangis, membenamkan semua rasa kecewa dalam pelukan Ressa.

"Sudah Ris, kalo lo terlihat habis nangis didepan mereka, lo malah terlihat lemah" Ressa mencoba menguatkan Auri walaupun dirinya juga tengah menahan amarah pada si ketua OSIS sok polos itu.

Auri menyeka airmatanya mengelap wajahnya dengan beberapa lembar tisu. Ressa benar dirinya harus terlihat tegar didepan mereka.
Ressa menarik tangan Auri, aura menyeramkan sangat kental, Auri dapat merasakan itu. Semenyeramkan ini kah tetangganya.

Pelukan mereka semakin mesra, si pria mengelus-elus pipi si wanita, melihat tak ada penolakan, Rio mulai berani memajukan wajahnya, semakin mendekat hingga hembusan napas mereka beradu. Dan

Bugh...

Tanpa dosa Ressa menoyor kepala Rio dari belakang, menyebabkan rencana ciuman berubah menjadi tubrukan.

Pasangan itu meringis mengelus keningnya mungkin sakit, bodo ah Ressa tidak peduli yang jelas Auris pasti lebih sakit.

Dan saat mereka menoleh.

Plaakk...

"Brengsek!!" ucap Auri bergetar, tangannya sampai panas sehabis menampar pria itu.

Kaget, Gania kaget karena bagaimana bisa Auri berada disini, tak lama ia merasakan sesuatu yang menghantam pipinya.

Plaak.. Plaak...

Ressa menyusul dengan dua tamparan, tanpa ragu kedua tamparan itu dibagi rata bagi kedua pasangan itu. Tak ada lagi rasa hormat bagi sang ketua dan si wanita.

"Ternyata bener, sahabat bisa jadi orang yang paling hebat dalam menyakiti sampai hidup terasa sekarat" Emosinya semakin meluap melihat Rio malah tersenyum.

Pundak Auri naik turun amarahnya tak dapat dikendalikan.
"Hebat kalian... " ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena sesak.
Auri menarik napas dalam-dalam.

Tidak percaya, sahabat yang selalu membimbingnya dalam susahnya soal matematika, justru menikam dari belakang dengan belati tak kasat mata.

"Apa? Lo mau minta putus? Yaudah, gue emang belum pernah cinta sama lo" Rio merangkul pinggang Gania, sementara Gania hanya menunduk malu.

"Sekarang kan gue udah jadi Ketos, jadi gak perlu nebeng tenar lagi ke lo, ris" Rio menambahkan dengan senyum liciknya.

Rio dikenal akan kasih sayangnya pada Auri sampai membuat kaum hawa iri, justru paling hebat dalam hal menyakiti. Sang ketua OSIS yang paling dibanggakan justru lebih rendah dari kotoran.

"Lagian tujuan gue udah beres, lo gak mau malu kan kalo ditanya siapa yang mutusin? Yaudah gue minta lo putusin gue"

Kata-kata yang sangat menusuk bagi Auri, semoga air matanya betah berada di dalam.
Auri kembali menarik napas dalam-dalam. Oghey..

"Kita Putus" walau hanya dua kata namun dengan susah payah ia mengatakannya.

Auri membalikan badannya dan segera pergi meninggalkan mereka. Ressa masih tetap disana dengan tatapan membunuh.

"Saya harap anda tahu apa arti nama Santana dimata masyarakat" Nada dingin yang membuat Gania merinding namun entah efeknya sama bagi Satrio.

~ [ 🌃 ] ~

Sabtu sore, mendung memberi pesan tentang kemungkinan datangnya hujan, tetesan pertama dan tanah akhirnya bertemu melepas rindu setelah sekian lama menunggu waktu, disusul oleh tetesan lain yang cipratannya membawa aroma khas, manusia saling berebut menghirup aromanya dengan rakus, orang-orang mulai bergegas menaiki kendaraannya, ada yang menyiapkan payung dengan langkah cepat, ada juga yang memilih berteduh dibeberapa tempat.

"Teh, kita berteduh di minimarket yang tadi siang yuk" ajak Auri setelah membuka kaca helmnya.

Ressa memarkirkan motornya dan segera berlari untuk berteduh.

"Kyaaa, konci motor belum dicabut" Ressa ingin kembali menembus hujan untuk mengambil kunci motor.

"Deras Teh, disini aja kita liatin terus motornya, pasti..." Ucapan Auri terhenti melihat Ressa sudah berlari menuju motornya.

Ressa langsung melesat menembus hujan untuk mengambil kunci motor dan segera berlari kembali.

"Awas Teh!!" teriak Auri

"Awas apaan Ris?" tanya Ressa dengan bingung saat sampai.

"Basah."

Ressa hanya cemberut kemudian mengibaskan rambutnya agar Auri terkena Cipratan.

Anak-anak berlari-lari, sesekali melompat-lompat agar temannya terkena cipratan yang sengaja dibuat, ada yang jatuh namun kembali berdiri dan tertawa, para teman sudah menunggu ditaman, menari-nari dengan musik yang mereka ciptakan dari suara kaki diatas genangan, mereka terlihat bahagia tidak peduli saat pulang kerumah jatuh sakit atau bahkan diomeli.

Auri tersenyum melihat aktivitas anak-anak itu, rasanya ingin kembali menjadi anak kecil. Ressa ikut tersenyum senang akhirnya bisa kembali melihat Auri tersenyum dan tadi sempat kembali menjailinya.

Saat kecil, penyesalan yang di rasakannya adalah ketika sudah mandi namun hujan datang setelahnya, susah rasanya meminta ijin bermain hujan bila keadaan diri sudah bersih. Berbeda dengan penyesalan yang di rasakannya sekarang, adalah ketika sudah menjalin hubungan namun pengianatan datang setelahnya, susah rasanya menghilangkan sesak bila keadaan hati sudah perih.

Tidak mungkin Auri melupakan hari ini.
Jatuh cinta dan naik rasa, saat hati sudah terjerat, rasa cintanya yang kian hari menjadi kian hebat, Rio menghancurkannya begitu cepat, ya, seketika hancur hanya karena kalimat singkat yang disemat dengan pengucapan jelas tanpa berat.

Kemudian ia disini, berteduh dari alam yang bahkan tidak mendukungnya untuk lekas pulang dan mengalirkan segala perih lewat mata, memaksanya bertahan membendung cairan bening didepan umum ia tidak mau memberi kesan pertama menyedihkan didepan orang-orang yang sedang berteduh disini, awan pun sama saja ia menyembunyikan senja dari cakrawala, sehingga tak bisa hadir untuk menenangkannya seperti biasa.

Aku salah telah memberikan hatiku sepenuhnya, salah memberikanmu kebebasan melakukan apapun padanya , awalnya menggenggamnya, mengelusnya, aku sampai nyaman dibuatnya, tak kusangka namun akhirnya dengan tega kau meremasnya, menghancurkannya, aku sampai tak percaya dibuatnya.

Jatuh cinta secinta-cintanya malah menghasilkan sakit hati sesakit-sakitnya.

Suara Ressa menyadarkannya.

"Caww yu.. mumpung udah reda" ajak Ressa sambil kembali memakai helmnya.

~[🌃]~

^_^
I hope you like this chapter.
Thanks for reading,
please don't forget to
vote and comment.

See you on the next chapter.
~ ~ ~ ~

Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Oleh sebab itu kritik & saran sangat diperlukan untuk cerita ini yang masih banyak kekurangan.

~ E R V I N O ~

Manusia Setengah LiterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang