10

157 10 0
                                    

Hening di dalam mobil. Aku yang bingung harus berbuat apa hanya bisa memandang lurus kedepan dan disebelahku Taehyung dengan rahangnya mengeras sambil sesekali memukul setir. Aku tahu Dia sedang mode marah. Aku yang terlanjur sakit hati atas perlakuan Nyonya Kim tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin menangis tapi tak bisa. Terlalu sakit. Sudah terbiasa kutelan sendiri.

Setengah jam perjalanan aku membuka suara demi mencairkan suasana.

"Tae? Sayang?"

Taehyung tidak menjawab. Hanya melirik sekilas sebagai tanda jawaban. Aku mengelus lengan kekarnya guna menurunkan emosinya.

"Sayang apa tidak terlalu berlebihan melawan orangtua seperti tadi?"

Tetap tidak menjawab.

Lama saling mengunci mulut.







"Turun!!!"

"Kubilang turun Jungkook! Atau aku yang akan menghabisimu disini?"

Aku sungguh bingung. Tapi aku tau Taehyung butuh waktu untuk sendiri. Dalam mode marah seperti itu Kami memang memilih berpisah sebentar guna meredakan emosi masing-masing, sampai akhirnya saling membutuhkan lagi satu sama lain.

Aku turun dari mobilnya. Tak ada kata sepatah pun yang Dia ucapkan dan setelah itu melesat pergi entah kemana. Pikiranku kalut tidak bisa berfikir jernih. Yang diotakku hanya ada Jimin tempat pelarianku saat ini.

"Ya, kookie? Aku ditempat biasa. Cepat kemari. Suho sedang Open Table." Serunya.

Pesta yang tepat untuk pelarianku sementara. Persetan dengan Taehyung yang meninggalkanku dipinggir jalan seperti ini. Masih bagus Aku tidak di culik.

.

Dentuman musik keras memasuki gendang telingaku. Beruntung kondisiku masih kencang sisa Meth tadi sore. Kucari Jimin kesekeliling Bar dan kutemui mereka bersama Suho dan temannya yang aku pun belum pernah kenal sebelumnya.

"Jim?"

"Loh Kookie sendiri? mana Taemu?"

Tidak kubalas. Langsung kuraih gelas yang dipegang Jimin dengan sekali tenggak. Jimin tau aku sedang ada masalah jika seperti ini dan tanpa Taehyung.

"Kookie, kenalkan ini Yugyeom sepupuku yang baru datang dari London." Suho membuka percakapan denganku. Lelaki itu pun mengulurkan tangannya.

"Jeon Jungkook, salam kenal."

"Yugyeom." Tersenyum sumringah kepadaku tapi apa perduliku. Kuabaikannya. Aku sedang dalam mode malas beradaptasi dengan orang lain.

Tequila botol ke-tiga yang dipesan oleh Suho, dan hanya empat orang yang meminumnya. Bisa kalian bayangkan siapa yang akan tumbang duluan. Aku? Hanya setengah mabuk dan kurasa itu masih kurang untuk menghilangkan stressku hari ini. Aku memutuskan untuk pulang duluan bersama Jimin karena yang kulihat Jimin yang mulai meracau. Aku cek ponselku tidak ada notifikasi sama sekali dari seseorang yang aku tunggu. Lalu kuputuskan untuk meneleponnya.

Tak ada jawaban sampai Dial ke-5.

Kuputuskan untuk pulang dan hanya Marijuana yang menemaniku hingga matahari terbit.

.


Kookie

Taehyung sayang 
Kamu dimana?
Hubungi aku apabila Kau tidak sibuk.




Tidak ada jawaban. Puluhan pesan Aku kirim dan Telepon tidak pernah ada sahutan hingga hari kelima. Aku pasrah apabila Taehyung meninggalkanku. Tapi aku tidak tahu mengapa jadi begini. Jika difikir ulang kembali aku yang sakit hati disini. Tapi mengapa aku yang dibuang begitu saja?

.

"Kau tidak tidur, ya?" Tanya Jimin yang sedang meminum air putih didapur. Aku hanya menikmati obatku dengan Marijuana.

"Jim, apa benar Jihoon akan menikah dengan Taehyung?"

Jimin menyemburkan air dari mulutnya. Mode kaget tapi gelagapan.

"Jadi Kau sudah mengetahuinya semua?"

"Kau-----Kau tahu? Mengapa kau menutupinya dariku Hyung?. Tega benar kalian!"

"Maafkan aku Kookie. Aku bingung, sungguh Jihoon adikku dan kau juga kesayanganku. Aku memilih diam tidak mau ikut campur."

"Tapi kenapa aku baru tahu sekarang Hyung?. Jika tahu akan seperti ini aku tidak akan berhubungan sejauh ini dengan Taehyung. Mati-matian aku menutupi segala kekuranganku didepan keluarga Kim. Tapi tetap Aku yang akhirnya akan dibuang."

"Maaf Kookie, maafkan hyungmu yang kurang ajar ini. Yang aku tahu mereka akan bertunangan bulan depan."

"APAAAAAAAAAA?"

Hancur sudah pertahananku yang sedari tadi malam kutahan. Aku merosot didinding dapur menangis sambil memeluk kakiku.

"Kookie hyung mohon jangan seperti ini."

Aku tak bisa menjawab apa-apa. Terasa sesak didada. Kuputuskan kembali menenggak beberapa pil penenang itu. Hancur lagi hatiku. Aku hanya berharap tertidur dan bangun dengan keadaan Amnesia agar aku bisa melupakan semuanya. Tetapi yang kutahu ketika aku terbangun ingatan itu kembali mengisi otakku.

Aku yang tidak bisa makan. Hanya narkoba dan alkohol yang ada difikirannku agar bisa menghilangkan rasa sakitku. Seperti itu setiap harinya hingga bulan selanjutnya aku merasakan mual setiap aku bangun tidur. Aku tak menggubris. Tetapi semakin lama kesehatanku menurun. Jimin yang tahu itu segera membawaku ke dokter.

.

"Hamil?"

Itu yang kudengar saat Jimin berbicara dengan Dokter.

"Tapi apa bisa dok seorang namja hamil?"

"Bisa saja, buktinya dia memiliki rahim dan kondisi anaknya sehat. Sudah memasuki minggu ke-empat usia kandungannya. Jaga anak dan istrinya baik-baik pak. Saya pamit."

".........." Jimin tercengang.

.

Sampai diapartemenku ada sebuah amplop cokelat dibawah pintu. Kubuka, dan yang kulihat disana ada nama bertinta emas yaitu Park Jihoon dan Kim Taehyung. Ya, mereka bertunangan dalam waktu 6 hari kedepan. Semakin hancur hidupku. Dengan hubunganku yang tidak semulus orang lain, lalu ditinggalkan begitu saja dalam kondisi hamil. Dan sekarang lelakiku akan bertunangan dengan sepupuku sendiri.

Jimin, hanya Jimin yang mengerti aku disini. Dia selalu melihat aku menyendiri, mengkonsumsi Marijuana agar selalu relax, dan menangis dalam diam.

Jimin menghampiriku,

"Kookie, lihat aku. Aku tahu Kau sangat Hancur. Tapi jika Kau seperti ini terus tidak sayang kepada diri dan anak yang ada didalam perutmu, Aku juga hancur melihatnya. Kookie bagaimana pun nantinya Aku bersedia bertanggung jawab atas bayi yang ada diperutmu. Aku siap menjadi Bapak dari anak itu walaupun itu anak dari sahabatku sendiri."

"Hyung tak usah seperti itu, Aku bisa menjalankannya semua sendiri."

"Tidak Kookie, kita masih bisa memulainya dari awal. Walaupun yang aku tahu cintamu hanya untuk Taehyung."

Aku tidak menjawab. Jimin melewatiku sambil berkata,

"Minum susu hamilmu, aku sudah buatkan dan setelah itu tidur. Jaga kondisi badan dan mentalmu karena besok kita akan datang keacara mereka."

"Tapi Hyung?"

"Tidak ada penolakan Kookie!!!"










TBC

Jatuh Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang