Taehyung POV
Aku kalap.
Sungguh.
Aku kalap saat menyuruhnya turun tanpa sepatah kata pun dan meninggalkannya sendiri dipinggir jalan. Aku benci keadaan ini. Aku benci diriku yang selalu lari dari masalah.
Pesan dan teleponnya selalu kuabaikan. Bukan maksud hati menghindarinya. Tapi Aku hanya butuh waktu untuk berfikir. Berfikir? Apa bisa? dan pada akhirnya Aku kembali ke barang itu sebagai pelarian. Setiap hari aku menggunakannya sampai melupakan Jungkookku.
Dua tiga hari sampai hari ini aku mengabaikannya karena Aku asik dengan duniaku. Padahal jika difikir kembali permasalahan ini sangat rumit jika aku terus lari seperti ini tidak akan ada jalan keluar. Yang ada hubungan Aku dengannya yang berakhir. Awalnya kufikir dengan aku memakai benda itu lagi Aku akan bisa menyelesaikannya tapi ternyata tidak, Aku malah cuek akan semuanya. Dan bodohnya Aku menerima perjodohan ini dengan ancaman dari Ibuku yang tahu tabiatku seorang Pecandu bahkan Dia mengancam akan mengambil semua stok dan asetku jika aku menolak Jihoon untuk menjadi istriku. Ah tidak apa kufikir, yang cerai saja bisa pisah apalagi ini baru tunangan. Kufikir masih bisa kawin lari dengan Jungkookku. Fikirku enteng yang penting stok aku selalu ada.
Aku egois.
Mengutamakan benda haram itu dibanding Jungkookku.
Terkadang didalam kondisi sadarku Aku merasa sangat bersalah. Aku pun sama hancurnya dengan Jungkookku mungkin. Aku hancur saat terpaksa menghindarinya. Aku hancur saat terpaksa mengabaikannya. Bahkan Aku tak bisa tahu kondisinya seperti apa sekarang. Aku menghindarinya bukan berarti Aku bahagia dengan perjodohan ini. Aku hanya bahagia saat barangku ada ketika aku memerlukannya.
Pernah sesekali Aku menanyakan kabar Jungkookku lewat Jimin karena Aku terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan. Tidak ada jawaban. Kufikir Jimin sudah benci kepadaku atas perlakuanku kepada adik kesayangannya. Aku menerima penolakan itu.
Hingga tak terasa tiba hari pertunanganku dengan Park Jihoon adik dari Jimin. Aku tahu Jimin pasti datang karena ini hari adiknya. Aku hanya bisa berharap Aku bisa melihat Jungkookku kuat hari ini.
Taehyung POV End.
.
"Kookie sudah siap?"
"Hyung, boleh aku minta sedikit Meth untuk hari ini aja. Aku butuh doping agar bisa kuat menerima kenyataan hari ini." Jungkook terkekeh.
"Sedikit saja yah tapi, kasihan bayimu."
"Baik Hyung, terima kasih banyak."
Kurasakan Euphoria kembali. sedikit tenang dan tidak terpuruk untuk sementara. Aku percaya Aku pasti kuat hari ini.
.
Nuansa putih didalam hotel berbintang lima. Kolega kolega cantik dan gagah berdiri didalamnya. Aku memasuki Ballroom tersebut dengan santainya karna efek Meth yang tadi kupakai bersama Jimin.
Disana kulihat keluarga mempelai dan sepasang kekasih yang akan bertunangan malam ini.
"Dia masih seperti dulu, hanya sedikit kurus dan telihat pucat kurang tidur mungkin. Aku juga bahagia Tae jika ini pilihanmu." Bathinku.
Disana kekasihku, lebih tepatnya mantan kekasihku Kim Taehyung dan adik sepupuku Park Jihoon yang akan bertunangan.
Jimin menarik tanganku mengampiri orang tuanya. Aku tahu ada sepasang mata elang fokus memandangku tapi aku tak bergeming dan mencoba tetap fokus pada Nyonya Park.
"Park Jimin anakku, Eomma merindukanmu, nak."
"Eomma, Jimin juga."
Mereka berpelukan melepas rindu.
"Oh, lihat siapa yang Kau bawa malam ini, sicantik kesayangan Eomma."
Aku tersenyum dan Nyonya Park memelukku.
"Jadi kapan kalian menyusul Jihoon?" Nyonya Park bertanya lantang. Membuat sang pemilik mata elang terfokus kepada pembicaraan seorang Anak dan Ibu.
"Secepatnya Eomma, doakan Aku agar bisa segera menikahi kesayangan Eomma." Jimin menjawab santai.
Membuat lelaki bermata elang itu melotot tak percaya. Asal kalian tau disana juga ada Nyonya Kim dengan penuh kebenciannya memandangku.
Aku dan Taehyung terlihat sangat asing disana, bagaikan orang yang tidak pernah saling kenal.
.
Jimin memberi tanda selamat kepada Jihoon yang sedang merengek rindu atas kepulangan Hyung satu-satunya ke mansion keluarga Park.
Aku hanya memeluk Jihoon dan memberi selamat kecil. Belum sempat aku memberi selamat kepada Taehyung Aku terhuyung lemas karena lupa meminum susu hamil buatan Jimin tadi pagi, padahal Aku sudah menggunakan Meth, tapi ternyata tidak berpengaruh banyak untuk kondisiku yang sedang hamil.
Aku gelap.
Tidak ingat apapun.
Yang kurasakan tangan Jimin langsung mendekap tubuhku kemudian menggopohku menuju kemobil, dan tak lupa sebelum pamit Jimin berbisik kepada Taehyung,
"Jungkookmu sedang mengandung anakmu, Tae."
Dan setelahnya pergi meninggalkan Taehyung yang tak bergeming masih mencerna omongan Jimin tadi."Jungkook hamil?"
"Anakku?" Bathin Taehyung.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati
Randomperjalanan hidup sepasang pecandu yang selalu menjaga hati hingga akhir hayat. 18+ BxB Mpreg