8

154 12 0
                                    

Bukan Jimin namanya yang bisa hidup sehari tanpa narkoba. Minimal Dia harus teler barang sehari saja.

Narkoboy.

"Kookie, apa aku boleh minta sebutir xanax-mu? Demi tuhan stokku habis. Aku kehabisan uang untung membelinya. Bos sudah tidak bisa memberikan hutang lagi padaku."

"Memang hyung mau beli apa?"

"Meth, seperti biasa?" Sambil terkekeh.

"Maukah hyung membelikannya untukku? Aku sedang ingin. Tapi Taehyung sedang sibuk dengan skripsi ada tugas berjumpa dengan dosen pembimbingnya hari ini."

"As you wish Kookie sayang."

Lalu Jimin berlalu sambil mencubit pipi Jungkook gemas.

.

Pembimbing Taehyung dosen tua? Kalian salah besar. Pembimbing Taehyung dosen termuda dikampusnya. Kim Irene. Dosen termuda dan tercantik dikampusnya. Kurang beruntung apalagi seorang Taehyung? Tapi apa taehyung tertarik?

Tidak sama sekali.

Hanya saja sang dosen yang terpesona pada ketampanan anak didiknya yang satu ini. Selalu menyediakan waktu luang untuk pemuda Kim. Bahkan seperti sekarang bimbingan hari ini diadakan disebuah cafe bernuansa romantis. Sayangnya Jungkook terlampau percaya jadi tidak menaruh curiga apapun pada sang kekasih.

.

Selesai beritual ria dengan pemuda kelurangan kalsium, Jungkook pamit keluar. Dia hanya bilang ingin mencari angin sore didekat sungai Han.

Sebelum sampai ke sungai Han. Jungkook mampir sebentar untuk membeli minuman karena dirasanya selalu haus dan ingin merokok saja. Tak disangka saat menunggu minuman datang Jungkook mengedarkan pandangannya dan didapatinya sang kekasih bersama wanita fokus pada sebuah laptop.

Intens.

Selesai Jungkook memesan minuman dengan santai menghampiri mereka.

Tabiat pecandu, cuek dan santai.

"Tae?"

Yang dipanggil gelagapan mengenal suara halus itu.

"Sedang bimbingan?. Serius sekali harus sampai seperti itu?."

Yang Jungkook lihat Irene yang menaruh kepalanya dibahu Taehyung tapi tidak digubris olehnya.

"Silahkan dilanjut. Aku akan ketepian sungai Han untuk mencari angin." Jungkook membalikan badannya.

"Sayang, tunggu." Tangan Taehyung ditarik sang dosen. "Biarkan saja nanti Dia akan tahu sendiri aku siapa." Irene datar, siapa yang tahu kalau dihatinya dia merasa menang.

.

Tak ada pesan atau telepon dari Taehyung untuk menjelaskan. Padahal Jungkook menunggu tapi tetap tidak perduli.

Pukul 11 malam Jungkook baru sampai diapartementnya. Yang dia tahu apartementnya kosong karena tadi dia tahu Jimin pun keluar rumah.

Masih gelap tetapi ada sepasang sepatu yang dia kenal dirak dekat pintu masuk. Ketika lampu menyala dilihatnya pemudanya tidur disofa ruang tengah dengan kondisi laptop menyala.

Kekasihnya kelelahan setelah berkencan dengan dosen pembimbing? Ah Jungkook tidak perduli. Terlampau cuek.

"Tae, bangun sayang. Apa Kau sudah makan?"

Suhu badannya memanas.

"Sayang kau sakit? Kedokter yah? Sebentar ku ambilkan kompres."

Tangan itu ditarik terlebih dahulu sebelum Jungkook melesat kedapur. Berakhir seperti ini. Jungkook yang jatuh ke pelukan sang kekasih.

"Biar seperti ini sayang. Sebentar saja. Aku tidak tahu apa nanti aku bisa seperti ini saat aku sakit."

"Tae kau bicara apa?"

"Maafkan Aku tadi siang sayang, dia dosen pembimbingku yang belum sempat kuceritakan padamu. Karena akhir-akhir ini kita sama-sama sibuk."

"Tak apa Tae, Aku percaya padamu. Maafkan Aku yg kurang peka akan kesehatanmu akhir-akhir ini karena sibuk bekerja dan Euphoria bersama Jimin."

"No problem cantikku. Asal kau bahagia aku juga bahagia."

.

"Aku tak pernah berfikiran buruk tentang apapun dari kata-kata yang Taehyung ucapkan. Tapi kenapa firasatku berkata lain?" Bathin Jungkook.

.

Taehyung dan Jimin lulus dengan nilai memuaskan. Jimin diterima bekerja diperusahaan ternama dan Taehyung resmi menjadi penerus CEO Kim Corp.

Aku?

Aku masih seperti kemarin-kemarin dan sebelumnya yang selalu setia kepada lelakiku dan barangku.

Semenjak menjadi CEO ternama kekasihku semakin sibuk. Kufikir hanya sibuk dengan pekerjaannya. Ternyata sibuk dengan dunianya juga. Berpenghasilan besar setiap bulan malah semakin membuat Taehyung tidak bisa menahan Sugesti. Bahkan Dia menjadi donatur barang haram tersebut.

Aku bahagia? Jelas. Stok Methaphetamine sudah dijatahkan spesial untukku. Apalagi seorang Park Jimin hanya tinggal meminta dengan memasang muka melas kepada Taehyung. Siapa yang tidak tega? Tapi apa kalian pernah ingat janji Taehyung dulu kepadaku? Benda itu?

Kalian salah besar percaya dengan janji seorang Pecandu.

Tidak sama sekali Ia tinggalkan malah semakin buas, selalu ngefly setiap harinya dan didepan mataku. Aku hanya menggeleng setiap kali dia seperti itu dan lepasnya selalu meminta jatah biologis kepadaku.

Taehyung itu profesional untuk urusan kantor dan usaha sampingannya. Sejauh ini tidak pernah terendus pergerakannya hingga memasuki tahun keempat. Tanpa disadari hubunganku dengannya sudah hampir memasuki tahun keenam.

.

"Sayang maaf Anniversary kita hanya seperti ini setiap tahunnya."

"Tak apa sayang, maafkan juga Aku yang pulang terlambat hari ini."

"Tae, apa kita akan terus seperti ini? Apa bisa pecandu sepertiku memiliki keturunan untukmu? Apa kita------"

"Ssstttttt, stop Aku tak ingin mendengar ketakutanmu itu. Lebih baik kau coba ini yah. Ini barang bagus. Ini hari kita Aku hanya mau kebahagiaan."

Sebuah pil berbentuk segitiga dia masukan kemulutku. Dan berakhir Aku dan Taehyung yang ber-euphoria didalam kamar.

Bebas

Dentuman musik Trance pecah didalam kamar apartement, botol minuman dan rokok berserakan serta hormon yang sama-sama meningkat.

Bahagia

Seperti itu sepanjang malam. Bahkan malam itu Taehyung menyuntikan Morphine pertamanya untukku.






TBC

Jatuh Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang