3

241 20 0
                                    

Pendekatan Aku dan Taehyung berjalan sudah hampir 2 bulan. Sudah saling mengenal kepribadian satu sama lain. Dengan jadwal yang tidak melulu sama tapi bisa diatur sedemikian mungkin demi bisa berjumpa dengan calon kekasih hati.

Semua sudah hampir kita lalui tiap akhir pekan bahkan tak jarang dia sudah mulai sering tidur diapartementku bersama sepupuku Jimin, Park Jimin.

Pemuda Park ini yang selalu ada ditiap detik kehidupanku. Selalu bersama terkecuali saat Aku dan Taehyung berkencan.

Hari-hariku sudah sangat biasa dengan kehadiran pemuda Park. Bahkan untuk urusan Narkoba yang tidak akan pernah kehabisan stok untuknya. Dan beruntung sekali mereka sangat cocok untuk urusan narkoba bagaikan jodoh yang sudah diatur. Sebelum aku mengenal taehyung bahkan Jimin lah yang lebih lama mengenal Taehyung lebih dulu dan bahkan mereka satu kelas dikampusnya. 

"Kookie, mau?" Jimin menawariku sesuatu agar bisa terlihat segar setelah bekerja.

"Terima kasih, Hyung. Demi tuhan aku lelah sekali sudah dua hari belum tidur. Berkas dikantorku juga masih menumpuk untuk besok. Hari ini aku mau tidur puas." Jawabku jujur.

"Tak apa sayang, kau istirahat yah. Besok kuantar ke kantor pagi seperti biasa. Aku kelas kosong." Taehyung menyahuti jawabanku halus.

Deg.

Aku kaget.

Dengan mata melotot aku merasa jantungku berdebar setelah mendengar panggilan "sayang" dari seseorang yang sudah mulai membuka kembali hatiku.

Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya?

.

Pagi hari aku bangun sangat pagi karena aku tidur sangat awal. Kulihat dua namja sedang asing bermain Playstation diruang tengah apartemenku.

"Pagi Kookie!" Dua manja menyapaku dengan cengiran Absurdnya.

"Mandi, lalu sarapan sayang. Sarapanmu sudah aku siapkan dimeja makan. Jangan lupa diminum susunya." Taehyung bersuara tanpa melihat mataku. Matanya fokus pada televisi dan permainan sepak bolanya bersama pemuda Park.

"Sayang, sayang your head!" Jimin sarkas

"Terima kasih, Tae." Kujawab singkat sambil berjalan cepat kearah kamar mandi menutupi rona dipipiku.

.

Begitu lah mereka setiap harinya. Dengan kandungan Methaphetamine dan THC bahkan Morphin dalam tubuhnya. Selalu baik dan rajin ketika stok barang ada. Tetapi jangan tanya ketika sebaliknya.

Seperti sekarang, Aku yang menunggu jemputan disetiap Jumat sore. Karena kutahu jadwal Taehyung kosong hari ini. Seperti dua bulan sebelumnya Dia selalu sampai sebelum Aku keluar kantor. Tapi nyatanya sekarang nihil dan jam sudah hampir pukul 19.00 KST.

Kookie
Tae?
Dimana?

Calling Taehyung..

dial

dial

Terus seperti itu hingga waktu menujukan pukul 9 malam. Dan akhirnya aku pulang dengan menggunakan taxi.

.

Setengah jam perjalanan dari kantor menuju apartementku menggunakan taxi. Aku memasuki apartement dan kudapati pemuda Park dan Tae, ya Kim Taehyung pemuda yg mulai kusayangi tergeletak dengan kain masih menjuntai dilengannya masih dalam mimpi indahnya.

Aku tak bergeming. Ini pemandangan biasa yang sering kulihat ketika Jimin seperti itu tapi tidak dengan Kim Taehyung. Ini hal pertama bagiku.

Sedih

Apa akan seperti ini lagi kelanjutannya? Itu hal yang selalu kutakuti. Dan aku memilih memasuki kamarku tak lupa sebelumnya menelan beberapa pil penenang guna menghilangkan traumaku dan kembali tidur.

.

Disepertiga malam aku terjaga, kudapati sebuah tangan melingkar dipinggangku, deru nafas yang sangat kentara ditelingaku. Aku kaget. Aku tahu postur tubuh ini. Aku berusaha tenang tapi bahasa tubuhku tidak bisa. Perlahan aku membalikan badan. Kudapati seseorang memandangku sendu.

"Kookie, maafkan aku." Kudengar suara Taehyung tersendat.

Terpancar sorot pandang menyesal dan tak ada kebohongan sedikitpun.

"Tak apa, Tae." Kubalas sambil tersenyum simpul.

Taehyung mengangkat sebelah tangannya, mengusap pipiku lembut. Ini kali pertama kali kurasakan kehangatan lembut sentuhan lelaki lagi. Sebelum dulu semuanya berakhir.


Flashback

"Kookie, Mingyu overdosis!"

Jimin menelpon, aku masih dalam posisi jam pelajaran sekolah. Saat itu sedang ujian kelulusan.

Jujur aku bingung. Pertama aku harus menyelesaikan tugasku sebagai pelajar tapi dilain sisi Aku tidak ingin kehilangan sosok yang sangat kucintai.

.

Dengan berlari Aku menuju ruang ICU, kudapati Jimin menggeleng lemah kearahku.

Hatiku mencelos. Yang kulihat hanya sosok kaku terbungkus kain putih.

.

Ya, Mingyu sosok yang sangat kucintai pergi selamanya karena overdosis Heroin saat aku ujian sekolah. Itu yang menjadi alasanku berani berpindah ke Seoul agar aku bisa melupakan kisah cintaku yang hampir berjalan 3 tahun dengan kakak tingkat mahasiswa terpaut umur yang jauh diatasku.

Flashback End





TBC

Jatuh Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang