18;

328 54 3
                                    

Yuta menyeruput es teh dihadapannya, sambil mengetukkan jarinya, sedang kaki kanannya bergetar, bergerak konstan.

Nayoung reflek menepuk punggung tangan Yuta, menunjuk orang-orang yang berada di bangku yang sama, "jangan gerak-gerak, mejanya geter"

Yuta seketika terhenti, sekaligus tangannya ciut dibawa ke bawah meja.

"Kenapa?" tanya Nayoung, ini bukan seperti Yuta yang biasanya terlalu hiperaktif. Gugup bukan gaya seorang Nakamoto Yuta.

"Itu, sebenernya minggu depan aku ada turnamen basket" cicit Yuta.

Nayoung langsung membelalakkan matanya, "bagus dong! Semangat ya!"

Yuta masih diam, menarik napas kemudian. "Terus acara kamu yang mau ada peduli desa gimana?"

Nayoung berkerut berusaha berfikir, apa korelasi antara proker peduli desa yang ia ikuti dengan Yuta.

"Ya, gak gimana-gimana. Emang kenapa?"

"Aku gak jadi ikutan, emang gaapa?" tanya Yuta.

Nayoung baru ingat, laki-laki di depannya ini minggu lalu menawarkan diri buat jadi volunteer peduli desa. Alasannya waktu itu gabut, sekarang malah sibuk turnamen.

"Ohh, soal itu. Santai aja, ntar biar aku yang jelasin ke anak-anak" ujar Nayoung.

"Bukan itu maksudku. Emang kamu kesana mau naik apa? Kamu kan gak bisa bawa motor?"

Nayoung mengendikkan bahu, "paling nebeng Jonghyun, kan dia doang yang ada mobil di antara anak-anak panitia"

Yuta menghembuskan nafasnya kesal.

praefectus;yuta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang