quattuor

17.2K 1.2K 771
                                    


Betaria.
Kaf, ini ada orang aneh gitu lo ke sini deh, ga jauh dari kampus kok. Bakso yang sering dipake nongkrong sama temen lo Nicolas. Adara aneh, Kaf. Buruan ya lo ke sini? Bisa kan?
05.09 PM

Kafka.
Ya lo urus lah. Gue bayar lo buat apa kalo gitu aja lo gak becus?
05.10

Betaria.
Terus gimana? Lo nggak ke sini?
05.10 PM

Kafka.
Ya menurut lo?
05.10 PM.

"Si anjir!"

Umpatan Betaria tidak membuat Adara tersadar. Perempuan itu masih terbelenggu pada cowok berkacamata hitam. Tapi yang menarik Adara karena di tangan cowok itu kini menggengam sebuket bunga.... mawar.

Adara mendadak mual. Didorongnya bakso yang kini tidak menggugah selera di hadapannya sambil menarik tisu untuk menutup mulut. Kepalanya pening. Perutnya bergejolak ingin mengeluarkan cairan.

"Adara?" Betaria memegang badan temennya itu agar menghadapnya. "Lo nggak papa?"

"Pu— pulang aja ya?"

Betaria melihat orang tadi lagi. Jika tadi hanya berdiri kaku kali ini dengan sebuket bunga mawar hitam. Sialan. Ini kenapa siiiii, anju.

Semua orang yang makan di sana juga melihat orang membawa bunga itu sekilas. Merasa orang itu tidak aneh. Kecuali berdiri kaku. Sambil bawa bunga. Tapi mereka bodoh amat. Sebenernya Betaria juga nggak peduli. Tapi ini kondisinya Adara—temennya—panik ngeliat orang itu, jadi mau-gak-mau ia penasaran juga.

"Adara? Hey, lo liat gue deh?"

"Pulang.... ayo pulang." Adara menunduk.

Betaria sadar, badan Adara bergetar ketakutan. Tangannya mengeluarkan keringat dingin.

Aduh, plis jangan kumat kayak semalem.

Info yang dicari kemarin aja belum kelar, eh, nambah lagi. Astaga.

Dibayarnya bakso itu dan Betaria segera mengajak Adara memasuki mobil dengan menggengam tangan temannya. Menjadi perisai. Menutupi keanehan perempuan itu. Sesekali Betaria melotot galak pada seseorang yang melihat mereka penasaran.

"Adara? Lo mau minum?" tanya Betaria saat sampai di dalam mobil. "Air putih ya?"

"Pulang aja... butuh pulang."

"Yaudah, oke." Betaria menarik sabuk pengaman untuk Adara sebelum menggenakan untuk dirinya sendiri.

Audi itu keluar dari tempat parkir, Betaria sedikit mengumpat karena macet.

"Adara lo beneran nggak papa nih?"

Adara menggengam jemarinya. Mencoba meluapkan kerisauannya meskipun gagal. "Liat orang bawa bunga hitem?"

"Iya."

"Nggak tau, Bet. Aneh."

Betaria ingin nangis aja. Demi Tuhan ini kerjaan gajinya gede tapi beban yang ditanggung gede juga. Ya gak papa si. Worth it lah. Tapi ini bebannya abu-abu. Nggak keliatan mata, njir. Sedikit merusak mental Betaria. Astaga. Pengen resign aja. Tapi masih butuh duit.

Changed | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang