self harm
"Lo apa kabar, Anhara?"
Adara duduk di salah satu restoran yang lumayan ramai sore ini. Wajahnya tenang, beda dengan Adevaa yang siap menjambak atau mencakar cewek di depannya ini.
"Budek ya?"
Adara senyum. "Oh? Baik, kok."
"Ck!" Adevaa maju hingga perutnya menyentuh meja. Terlihat mendominasi. Sedangkan Marina di sebelah Adevaa memicing membaca situasi. "Lo beda ya?"
"Maksudnya?"
"Ya beda! Keliatan lebih kalem."
"Oh, iya..."
"Lo masih nyebelin banget si!" Adevaa kesel.
Adara menatap Adevaa tenang, lalu beralih menatap Marina, dan kembali melihat Betaria yang duduk mainin hape.
"Betaria!" panggil Adevaa. Betaria yang bertanya-tanya situasi sambil pura-pura mainin ponsel akhirnya mendongak. "Nih anak daritadi liatin. Lo kenal?" tanya Adevaa.
"Ha?" Betaria memasang wajah innocent. "Oh, iya, temen sekelas gue. Adara."
"Oh... Adara?" sela Adevaa. "Panggilan dari Kafka, ya?"
Betaria mencoba biasa saja meskipun rada kaget juga dengan lingkup yang sempit ini. Sialan.... kini ia tau kenapa Kafka mempekerjakannya. Karena dengan begini, mau nggak mau, Betaria harus melindungi Adara. Daripada mendukung Adevaa.
Aduh, males banget.
Semoga Adara biasa aja atau makin bagus dengan pura-pura nggak kenal.
"Gue nggak nyangka lo masih idup. Gue kira lo udah lewat." Nada bicaranya tenang, seolah membahas kematian seseorang itu hal yang wajar.
"Dan nada bicara lo alus banget sekarang. Biar mirip seseorang ya?"
"Seseorang? Siapa maksudnya?" bingung Adara.
"Lo pura-pura nggak tau semua apa gimana?"
"Tau Kafka masih nyuekin elo?" Adevaa ketawa. "Jelas dong, secara dari dulu dia sukanya sama gue."
Adara mengangguk-angguk mengiyakan, dan semua itu bikin Adevaa murka. "Jangan angguk-angguk aja lo!"
"Jadi kamu Adevaa?"
"Gue ceweknya Kafka. Mau apa?"
Adara tersenyum. "Oh, ternyata itu kamu. Yang direbutin Kak Kafka sama Marshall ya?"
"Lo kenal Marshall dari mana?" kaget Adevaa.
"Nggak susah." Adara senyum.
"Oh... calon lo yang baru? Wow, nggak nyangka Marshall tertarik juga sama cewek kayak elo."
"Kayak gini maksudnya gimana ya?"
Adara mengikuti arus, memancing untuk ia mencari tau apa yang terjadi dulu. Tentu saja itu menyakitkan dirinya sendiri jika ia dihantam sebuah fakta yang tidak mau ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed | ✓
Romansa"who will fix me now?" Kita yang saling menggenggam erat pada lingkup gelap tidak berujung. Ingin menarik, memiliki. Tapi eratnya menyakiti semua, di saat kita tahu kita bukan siapa-siapa. Ingin bersatu yang akhirnya melebur pada kalimat ingin meng...