quīndecim

10.6K 1.1K 1.6K
                                    


"Sebenernya aku sama kamu itu apa si, Kak?"

Pukul 03.00 pagi, cowok dengan kaus hitam membalut tubuh tegapnya berakhir kalah dan lagi-lagi terdampar di tempat manusia melarikan diri dari realita. Menikmati tiap hentakan musik memekikkan telinga. Menikmati alkohol di tiap tegukan.

Dan salah satunya Kafka.

Di kursi bar, cowok itu menunduk, mencoba menghilangkan bayangan Adara yang mempertanyakan semua itu. Kalimat itu tenang, tapi sanggup membuat Kafka tertawa remeh karena tidak terduga, jiwanya tertikam detik itu juga.

"Aku sama kamu ini apa si, Kak?"

Brengsek!

Kafka tidak mau melankolis, hingga membuatnya terlihat semenyedihkan itu. Tapi Demi Tuhan, pertanyaan itu benar-benar membuat Kafka kelimpungan sendiri.

Sialan.

Waktu menyadari lari ke tempat ini sia-sia, dan yang dibutuhkan adalah angin malam, serta suara debuman ombak dan wall climbing, Kafka langsung berdiri.

Tapi dari semua ini, Kafka sadar, cowok itu hanya perlu mengikuti alur keinginannya. Dan dari semua perubahan ini, Kafka memerlukan suatu perbaikan.

Dan perbaikan itu dengan memperbaiki dirinya dengan Adara. Hari ini.

 "Udah lah, Adevaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Udah lah, Adevaa. Lo mau cari apa lagi?"

Adevaa terdampar di tepi jalan. Di dalam mobil. Dengan Marina di sampingnya. Mereka menghisap rokok kuat disusul Adevaa bercerita.

"Dia nipu gue."

"...."

"Dia bohongin gue."

"Nipu gimana lagi si?"

"Dia oke-in pesan gue dinner kemarin sore. Tapi ujung-ujungnya dia ajakin makan di rumahnya Nicolas. Mana rame-rame."

Marina tahu. Itu yang bego Adevaa.

Marina tahu tipe seperti Kafka. Tuh cowok cuek. Mau Adevaa nempel separah apapun, Kafka paling cuman melirik dan pergi gitu aja. Bukannya nggak menghargai, tapi Kafka selalu memberi batasan pada siapapun.

Dan Adevaa tipe perempuan yang akan menabrak dinding batas itu.

"Dia suruh gue beli Pizza anjir! Mana dimakan bareng-bareng. Gue kira apa. Yaudah gue turutin. Taunya dimakan ama temennya. Meskipun gue udah ditransfer jutaan."

Bukannya Kafka kurang ajar? Memberi harapan tinggi dan dijatuhkan sia-sia?

Sialan, Kafka!

Tapi Adevaa suka.

"Terus ngapa lo nggak nunggu lagi aja di restoran sampe kek orang goblok?"

Adevaa pernah mengirim pesan. Mengajak dinner. Cowok itu tidak membalas. Dan saking polosnya, Adevaa nekat berangkat. Menunggu cowok itu di restoran yang sudah direservasi, berjam-jam. Berharap Kafka datang. Dan seperti dapat ditebak, cowok itu tetep tidak datang....

Changed | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang