quīnquāgintā septem

7.1K 819 1.1K
                                    


Dua bulan.

Sudah dua bulan semua berjalan dengan semestinya. Adara dengan kehidupan barunya semenjak malam menyesakkan jiwa. Kini ia rajin pergi ke Psychiatrist, disela itu ia menjalani sebagai mahasiswi di semester baru, juga mencoba adaptasi dengan semua lingkungan yang berubah setelah Aned dan Kafka pergi.

Kafka tetap tidak muncul sampai dua bulan.

Adara diharuskan belajar, tanpa Aned dan Kafka.

Dari telfon, Nonna Angger mengatakan, Aned dipulangkan ke Paris dengan Adara tidak dipamiti semenjak pertemuan mereka terakhir di rumah sakit.

Ketika Adara mengusir Aned karena ia takut anak kecil itu berbahaya jika bersamanya. Ia masih ingat gimana wajah Aned saat itu, merah karena tangis tersendat yang penuh dengan sesak.

Jangan bertanya gimana sakitnya Adara. Tapi itu kan, kemauannya.

Padahal kita belum potong rambut sama-sama ya, Ned...

Dan semua perubahan itu membuat Adara mirip mayat hidup sekarang. Seperti tidak ada tempat pulang tidak ada tempat untuk berlindung.

Di kehidupan sekarang, Adara harus gimana? Menyerah? Atau bertahan dengan luka yang makin mendorong pada kegelapan?

"Adara? Udah diminum belom obatnya?"

"Eh?" Adara mendongak dari lamunannya saat memasukkan binder dan ballpoint dalam tas. Ia melihat Tante Sera di depan pintu kamar. "Sudah Tante..."

"Nanti, Tante mau pergi nonton sama temennya Tante, ikut yuk?"

"Um, sehabis aku pulang kampus ya? Aku ada jam siang."

Sera duduk di samping Adara. "Oke, sip. Tante jemput di kampus kamu." Sera nyengir hingga gigi rapinya terlihat. Adara ikutan senyum.

Sudah dua bulan juga ia menginap di rumah Sera. Rumah Tante Sera ramai oleh lalu-lalang pekerja, tapi kadang keramaian itu melenyapkan Adara pada sepi yang ia sendiri tidak tahu. Sedangkan Athena anak itu sering pergi keluar negri.

"Adara? Ngelamun?"

"Eh? Gimana Tan?"

"Tante jemput kamu."

"Aku aja langsung susulin Tante."

"Nggak papa, santuy aja. Nanti Tante jemput di kampus. Oke?"

Adara tersenyum. "Oke. Ntar aku bubar jam empat atau paling lama jam setengah lima."

"Oke." Sera berdiri, tapi sebelum itu, ia menyerahkan sesuatu pada Adara dengan senyumannya. "Tante ada sesuatu buat kamu. Buka ya."

"Dari Tante?"

Sera menggeleng pelan. "Bukan." Disusul senyum.

"Terus dari siapa?"

"Buka aja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changed | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang