septuāgintā

8.3K 803 1.6K
                                    


"Adevaa, lo lama-lama halunya kelewatan."

Adevaa menatap Marina dengan mata mengerjap lamban. Semua omongan sahabatnya hanya masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.

"Ayolah... jangan rendahin diri lo sendiri."

"Gue nggak suka sama semua, Marina. Hidup gue nggak sebahagia Anhara itu!"

"Soal kebahagian orang lain, lo ngerti apa si?" Marina membungkam Adevaa. "Lo terlalu iri. Lo juga nggak masuk akal."

"Lo nggak tau apa-apa."

"Begitupun diri lo sendiri. Lo nggak tau apa-apa. Lo cuman nilai diri lo dari satu sisi, dan semua itu salah. Soal Anhara, Kafka sama Marshall."

"Lo nggak tau apa-apa, Marina." Tingkat kekesalan Adevaa memuncak.

Satu yang membuat Adevaa tau Anhara. Cewek itu dulunya bukan siapa-siapa. She's nobody. Yang tau hanya anak SMP, itu pun karna tingkah melanggar peraturan sekolah: ketauan merokok di kamar mandi, sering cabut kelas dan tingkah nakal lainnya.

Tapi karna isu kedekatan Anhara dengan cowok seperti Kafka, menjadikan nama cewek itu langsung melejit di kalangan yayasan, terutama SMA. Membuat nama Adara dibicarakan di mana-mana.

Gimana Adevaa tidak iri dan kesal?

"Kafka nelfon lo kan? Kenapa nggak lo iyain buat ketemuan?"

"Gue deg-degan."

"Lo abis ngelakuin kesalahan ya?"

"Nggak tau ah, males bahas itu."

"Kalo gitu, lo kenal Marshall udah berapa lama si?"

"Lupa."

"Lo pernah ciuman kan sama Marshall? Bisa jelasin kenapa lo mau aja di saat lo lagi deket Kafka?"

"Maksudnya?"

"Lo bilang dulu deket Kafka, makanya dia marah ngeliat lo sama Marshall?"

"Oh, iya... gue nggak tau, semua ngalir gitu aja."

"Astaga... gue nggak ngerti pola pikir lo."

"..."

"Soal Marshall, soal Kafka. Gue udah berapa kali bilang ke elo, kalo dua cowok itu cuman manfaatin lo," lanjut Marina.

"Mereka suka gue."

Oh God... Marina mengusap wajah nggak habis pikir. "Emang lo ada bukti?"

"Bukti?"

"Yang nujukin mereka suka lo?"

Adevaa gantian terdiam. "Nggak ada," ragunya tapi ia langsung ngegas. "Tapi gue yakin mereka naksir gue kok!"

"Mereka cuman manfaatin elo, Adevaa..."

"Manfatin buat apa? dari dulu lo bilang gitu. Gue nggak paham!"

"Ya Marshall sama Kafka cuman manfaatin elo."

"Terus buat apa dia manfaatin gue?"

"Biar lo nggak macem-macem ke Anhara."

"Maksudnya?"

"Kalo ini posisi dulu, lo ngeliat Kafka sama Anhara beneran, pasti udah benci tu cewek setengah mati. Tapi lo liat, Kafka mainnya bagus, jadi baru kali ini lo berani ke Anhara."

"Gue nggak paham."

"Marshall make elo buat dendam yang gue sendiri nggak tau. Sedangkan Kafka make elo biar lo ngerasa di awan dan nggak nyentuh Anhara sama sekali. Tuh cewek segalanya, Adevaa. Itu alasan dua cowok deketin elo."

Changed | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang