tiga (satu atap)

605 21 10
                                    

Happy reading
Enjoy

Solene sangat haus dan lapar sepertinya tekadnya untuk mogok makan selama seminggu mulai goyah.

Dia ingin ke dapur untuk mengambil minuman tapi dia sudah terlajur bertekad kalau dia tidak akan makan dan minum sampai orang tuanya membatalkan perjodohan itu.

Solene mondar-mandir di depan pintu kamarnya, berharap ada yang pelayan yang megetuk pintu kamarnya dan menawarkan makanan atau miuman untuknya. Acara ngambeknya batal tapi dia masih gengsi untuk ke dapur kalau Oshine melihatnya ke dapur pasti anak itu akan mengejeknya habis-habisan.

"Aelah ... butuh makan juga nih ceritanya?"

Terbayang sudah wajah Oshine saat mengejeknya, "Gak ... aku harus tahan lapar, sampai-sampai-sampai" Solene berpikir sejenak lalu dia jatuh terduduk di lantai kamarnya sambil meremas perutnya yang perih "Aku tidak sanggup lagi ..." Rengeknya.

"Tapi aku memang sudah gak sanggup lagi." Desah Solene perutnya pun berbunyi merdu, "Ooh ... demi Tuhan perut diamlah jangan buat aku malu" gerutu Solene pada perutnya sendiri.

Tok .... tok ... tok ...

pintu kamarnya di ketuk dengan, keras, tidak seperti biasanya sudah pasti itu bukan pelayan mereka.

Solene tidak langsung membuka pintu kerena dia tidak ingin katahuan bahwa dia sangat lapar.

A few minute later

Hening. Tidak ada ketukan lagi padahal Solene berharap orang itu terus mengetuk pintunya.

Cepat-cepat sebelum terlambat dia membuka pintu kamarnya dan dengan memasang wajah sinis dia berdiri di depan pintu.

"Solene, akhirnya kIta bertemu juga" seru gadis yang membawa mapan berisi makanan tersebut "aku bingung ini kamar mu atau bukan hehehe"

"Gina, kok kamu bisa ada di sini?" tanya Solene heran

"Ya bisa dong Solene"

"Tapi bukanya kamu sudah menikah dengan orang Jepang itu, kamu lagi liburan ya?" Solene masih bingung dengan kedatangan sahabat SMAnya itu

"Ssst" desis Gina "tangan gue capek bawa makanan mu masak aku gak di persilahkan masuk"

Solene mengambil mapan itu dan membiarkan Ginamasuk ke dalam karmarnya.

"Kami sudah cerai" kata Gina setelah masuk tapi dia mengatakan itu dengan wajah berseri-seri bahagia membuat Solene makin heran

"Cerai??!!! Kok kamu kelihatan senang"

"Ya ia dong.... aku kembali jadi anak muda lagi, kanepa gak senang"

"Aku serius bangke!!!" ujar Solene kesel

"Yah.... aku serius juga.... kami gak cocok, cerai dan aku kembali ke Indonesia memulai hari baru"

"Sesimple itukan??" tanya Solene dengan tatapan jijik dan Gina malah megangugukan kepala dan tersenyum "Miris" desis Solene sambil geleng-geleng kepala

"Tapi gak semiris hidup mu Solene," ujar Gina sambil menyisir rambutnya di depan kaca dan mengikat rambutnya ikalnya dengan jedai

"Miris kenapa" tanya tami sambil melahap makananya di atas tempat tidur

"Di jodohkan" Gina tersenyum lebar "dasar Siti Nurbaya Zaman Now"

"Jangan ingatkan kau dengan hal itu, setan" desis Solene kesal.

Gina terkejut melihat cara makan Solene yang lahap seperti singa kelaparan

"Sejak hidup bertahun tahun di Negri orang, cara makan mu jadi berubah Solene"

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang