Hay readers selamat datang di chapter 10 selamat membaca dan nikmati waktu santai mu bersama Shone dan Solene😊
Solene duduk di samping Nikco dengan posisi berhadapan dengan Shone. Dia sangat risih dengan tatapan Shone yang mengawasinya dari atas sampai ujung kaki, kalau saja keluarga besar sedang tidak berkumpul di ruangan itu, mungkin Solene akan menghampiri laki-laki itu dan mencolok kedua matanya.
Endru dan Ferdin bercakap-cakap panjang lebar dan membuat Solene menjadi sangat bosan karena dia tidak mengerti entah apa yang di bicarakan kedua keluarga yang penuh drama itu dari tadi, sebenarnya dia dengar yang di bicarakan ayahnya dari tadi, tentunya seputar tentang rencana pernikahan mereka tapi dia sama sekali tidak ‘mendengarkan’ karena dia sangat tidak peduli dan semua omongan mereka lewat begitu saja bagai Roket lepas landas dari Bumi.
“Baik Shone dan Solene” Ferdin berhenti sejenak melihat anaknya yang cantik manis dan jelita itu menunduk dari tadi.
“Solene kamu dengar Papa?” panggil Ferdin, dan jelas saja Solene tidak mengangkat kepalanya untuk melihat Ayahnya.
Nicko menyiku lengan adiknya “Hey kamu di panggil Papa.” bisik Nicko geram.
“Hah?!” Solene kaget dan melihat Ayahnya yang menggertakan gigi menahan amarah padanya.
“Kamu dengar Papa?” Tanya Ferdin menekan suaranya dan berusaha menelan emsoinya.
“Dengar Pa” jawab Solene perlahan.
Setelah mengontrol emosinya kembali, Ferdin mengulang kembali perkataanya.
“Baik, Shone dan Solene, tentunya kalian tau perjodohan ini bukan kami selaku orang tua yang mau memaksakkan kalian untuk menikah. Tapi sebenarnya ini adalah amanah dari kakek kalian jadi, mau tidak mau yang namanya amanah harus di jalankan. Jadi sebelumnya kami sudah bicarakan rencana pernikahan ini, akan kami kembalikan kepada kalian berdua, karena bagaimana pun kalian belum saling mengenal. Kalian bisa memutuskan kapan kalian siap untuk menikah.” Tutur Ferdin
“Tapi Mama harap jangan terlalau lama.” Timpal Ita.
“Bagaimana Shone, Solene.” Tanya Endru berharap pendapat mereka tentang apa yang di katakan oleh Ferdin.Solene diam saja dia tidak tertarik untuk mengucapkan sepatah kata pun. Shone melihat ke arahnya tapi Solene membuang muka seolah tidak sudi memandang wajah Shone.
“Baik Pa, Oom. Aku dan Solene akan berunding dulu kapan kami siap utuk menikah sebelumnya beri kami waktu selama satu minggu” Kata shone
Mendengar itu Solene membelalakan mata satu minggu!! Pekik Solene dalam hati“Benar kalian cuma butuh waktu seminggu?” tanya Lena ragu mengingat anak sangat membangkang.
“Ia Tan.” sahut Shone yakin
Selang beberapa jam kemudian setelah dua keluarga tersebut berbincang-bincang banyak hal akhirnya keluarga Endru Rahardi pamit untuk pulang. Setelah mengatar mereka keluar Ferdin menghampiri Solene yang masih duduk di ruang tamu.
“Udah selesai acaranya? Aku mau tidur.” Kata Solene dingin dan bergegas pergi.
“Solene!!” Panggil Ferdin tegas “Duduk!” perintahnya
Ya Tuhan ada apa lagi ini? Desis Solene dala hati. Dengan terpaksa Solene pun kembali duduk.
“Solene, kamu tega mempermalukan Papa malam ini di depan keluarga Endru.” Kata Ferdin marah
“Mempermalukan apa?” tanya Solene acuh sambil memainkan kukunya.
“Mama mu, sudah mengingatkan mu untuk bersiap untuk makan malam bersama keluarga Endru Rahardi tapi apa? Kamu turun dengan santainya dengan berpakaian tragis seperti tadi. Apa sebenarnya yang ada di pikiran mu. Kenapa kamu tidak sedikit pun menghargai Papa. Perlakuan mu tadi sangat membuat Papa malu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap
Romancecinta tidak datang terlalu cepat dan tidak datang terlambat. cinta datang tepat pada waktunya dan untuk jatuh cinta pada mu tidak perlu terburu-buru shone dan solene tidak dapat menghindar dari perjodohan itu, tapi ada satu hal yang di tawarkan shon...