Hai
hai
terimakasih sudah menyempatkan diri untuk singgah
Happy readingenjoy
Beberapa menit kemudian, Solene turun dari kamarnya menuju ruang makan. Dia dengan santainya melewati ruang makan yang sakral itu menuju dapur dan mengabaikan mata yang melotot melihatnya.
Pelayan yang ada di situ hanya dapat menundukan kepala tidak sanggup penampilan Solene yang awut-awutan baru bangun.
Rambut solene terlihat berantakan seperti singa yang baru keluar dari liangnya, matanya redup seperti seter yang kehabisan beterai dan bukan hanya itu dia memakai celana jins pendek model koyak sana-koyak sini seperti baru di serembat bajai dan tanktop hitam yang dia kenakkan di depan calon suami dan calon metuanya so what?! Jelas Solene mengajak perang!!
Solene membuka kulkas dan mengambil minuman dingin di sana. Dia membuka tutup botol itu dan meneguk isinya sambil berjalan melewati ruang makan itu lagi.
Lena sudah tidak tahan lagi, matanya memerah seperti nyala api dan wajahnya menegang kaku kalau saja dia punya penyakit hipertensi, mungkin saja dia sudah mati seketika melihat perlakuan anaknya perempuannya yang sudah di ambang batas kesabarannya.
Nicko melihat amarah ibunya sudah memuncak sampai di ubun-ubun. Dia meremas tangan ibunya yang sudah di kepal dia bawah meja berusaha meredakan amarah ibunya.
“Solene.” Penggil Lena dengan suara tercekat.
Solene melirik ibunya, dan dengan santinya dia melepaskan mulutnya dari ujung botol itu dan menutupnya kembali.“Ya Ma ada apa?” Tanyanya santai seperti di pantai.
Lena tidak menjawab apa-apa dia suaranya tiba-tiba hilang entah kemana
“Oh ... Oom dan Tante sudah datang?” tanya Solene dengan senyum ceria yang di buat-buat “Wahh ... saya lupa kalau malam ini keluarga Oom dan Tante akan dinner malam ini di rumah kami.” Solene membungkukkan badan memberi salam kepada keluaga Rahardi dan berkata “selamat malam dan nikmati hidangannya.”Bagi Shone, Solene membungkukkan badan bukan memberi penghormatan, tapi jelas Solene sedang menghina keluarganya, sejenak dia menggertakkan gigi menahan emosi melihat sikap gadis itu.
Sungguh keterlaluan geram shone dalam hati.Semua masih terdiam meresapi apa yang sedang terjadi, mata Solene bertemu dengan seorang leleki asing yang sedang menatapnya sinis. Solene meyipitkan matanya saat melihat laki-laki itu, sepertinya dia pernah melihat lelaki itu tapi dia tidak ingat entah dimana.
“jadi kamu yang namanya Shone?” tanya Shone yang masih menatapnya sinis. Solene bisa melihat nafsu yang ada di mata laki-laki itu, nafsu yang ingin mencabik-cabiknya dalam seketika.
Tapi masa bodo, Solene tak peduli misinya malam ini adalah agar perjodohan ini di batalkan itu saja.
“Ooh ... ternyata kamu lebih tampan dari yang aku kira, calon suami pilihan kakek ku memang luar biasa, seolah kakek tau selera gadis zaman sekarang.” kata Solene sambil mengancungkan jempolnya pada Shone.
“Solene! Diam kamu!” Sergah Lena marah dia sudah tidak tahan lagi.
Lena melihat Bi Imah dan berkata “Bawa dia!!” Perintah Lena sambil menunjuk Solene yang masih berdiri santai tanpa gentar sedikit pun melihat tatapan Ayanya yang bernafsu membunuhnya.Bi Imah dan pelayan lainnya memegang tangan Solene dan menyeretnya kembali ke kamar “Lepaskan aku!” teriak Solene tapi mereka tidak menghiraukannya sedikit pun
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap
Romancecinta tidak datang terlalu cepat dan tidak datang terlambat. cinta datang tepat pada waktunya dan untuk jatuh cinta pada mu tidak perlu terburu-buru shone dan solene tidak dapat menghindar dari perjodohan itu, tapi ada satu hal yang di tawarkan shon...