dua puluh lima

694 26 9
                                    

Selamat membaca.

Shone sesekali melihat jam tangannya, dia benar-benar tidak fokus dengan meeting yang sedang berlangsung, dia berharap meeting ini dapat cepat selesai dan dapat pergi untuk memenuhi udangan Solene pada opening restoran barunya.

Namun semakin Shone menunggu semakin waktu terasa sangat lambat berputar.

Biasanya kalau ada meeting seperti ini Shone selalu antusias tapi tidak malam ini, dia memilih untuk termangu menatap jam tangannya kadang dia memijat pelipisnya karena takut terlambat tidak sempat datang di acara itu.

Dia memang tidak berjanji untuk datang pada Solene tapi entah kenapa dia ingin membuat gadis itu senang dengan kedatangannya. Tunggu apa Solene akan senang kalau aku tiba-tiba muncul? Entahlah, yang penting aku ingin datang. Itu saja, bisik Shone dalam hati.

Beberapa beberapa jam kemudian meeting yang sangat membosankan itu berakhir, Shone langsung berdiri dari tempat duduknya dan menuju garasi khusus mobilnya.

Setelah berusaha melewati jalanan yang sangat macet kini Shone sudah berada di depan restoran Solene tapi dia tidak turun dan masuk ke dalam, dia hanya duduk di mobilnya sambil memandang dari luar kaca mobil kemeriahan opening restoran itu.

Shone melihat pita di depan pintu restoran itu telah di potong kini Solene sedang sibuk melayani tamunya bersama dengan Gina, satu hal yang Shone lihat pada gadis itu malam ini, dia terlihat sagat bahagia, terlihat dari senyumnya yang lebar dan lesung pipinya yang selalu terlihat saat dia tersenyum.

Entah sudah berapa lama Shone berada di sana duduk termenung seperti orang bodoh, akhirnya Shone pun memutar balik mobilnya dan meninggalkan tempat itu.

"Wajahmu kenapa terlihat uring-uringan begitu?" tanya Harris sambil menuangkan bir ke dalam gelas Shone. Sekarang Shone sudah berada di bar Harris dengan botol minuman di hadapannya.

Shone mengambil gelas itu dan menghabiskan isinnya dalam satu tegukkan.

"Malam ini Solene opening restoran barunya." Sahut Shone.

"Trus kenapa kamu di sini? seharunya kamu di sana."  ujar Harris sambil menghembuskan asap rokoknya pada seorang gadis yang lewat di depannya dan mengedipkan mata pada gadis itu.

Shone tersenyum melihat tingkah temannya itu, "Apa kamu akan terus seperti itu? Menghabiskan waktumu dengan banyak gadis dan meninggalkan mereka setelah kamu mendapatkan yang kamu mau?"

Harris tertawa kecil, "Yah, begini lebih enak. Memiliki status yang jelas pada satu wanita itu sangat membosankan Shone, kamu pasti lebih tau bagaimana rasanya setelah menikah."

Shone mengambil rokok dari kotak yang ada di meja kecil itu, sebenarnya itu bukan miliknya tapi milik Harris dia menyelipkan di bibirnya.

"Mancisnya bro,"

Harris melempar mancis dari sakunya pada Shone, setelah Shone menyalakan ujung rokok itu dia menghisap dengan nikmat dan mengehembuskannya perlahan.

"Aku baru melihatmu merokok lagi, kamu kenapa? ada masalah? wajahmu terlihat sangat kusut."

"Tidak ada." Jawab Shone singkat.

"Oh ya, kamu tadi bicara tentang Solene yang sedang membuka restoran barunya, apa dia penyebab kegalauanmu?" tanya Harris makin penasaran.

"Entahlah Ris, kadang aku kecewa pada diriku sendiri karena sampai sampai sekarang aku belum bisa masuk seutuhnya kedalam hidupnya."

Saat Shone mulai membuka diri untuk curhat dan menceritakan apa yang sedang ada di kepalanya, tiba-tiba seorang gadis memeluk Harris dari belakang.

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang