Hay apa kabar ... Pasti nungguin cerita ini ya. Yang baru mampir selamat datang. Aku butuh banget pendapat kalian tentang cerita ini. Tinggalkan vote dan kemennya ya dan simpan cerita ini di reading list kalian supaya dapat notifikasi klo aku up date. Semoga kelanjutan cerita ini kalian suka dan Happy reading ...
Enjoy
Setelah kekacauan yang di timbulkan Solene di taman tadi sore, Solene mengurung diri lagi di dalam kamarnya, seperti Beruang kutub yang sedang berhibernasi.
Solene berbaring di tempat tidurnya dengan posisi membentangkan kedua tangannya di kasur yang empuk itu sambil memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Dia masih memikirkan kejadian tadi sore, sewaktu Ayahnya menamparnya dengan keras. sejak dia mengelus pipi bekas tamparan Ayahnya tadi sore, tidak sakit lagi tapi masih membekas di dalam hatinya.
“Ini adalah kali pertama Papa menamparku.” Gumamnya lirih.
“Ya ... ini memang salahku juga, tidak seharus aku lempar Oshine dengan pot bunga itu.” Mata Solene berkaca-kaca, “Bodohnya aku.” Ujarnya lirih.
“Huff ...” Solene menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan ke dua tangannya.
“Sebenarnya, apa yang salah dengan ku akhir-akhir ini?” ujarnya lirih.
Tok ... Tok ... Tok ...
Pintu kamarnya di ketuk perlahan tapi Solene mengabaikannya, dia tidak berniat untuk bejalan membuka pintu kakinya masih terasa lemas.
Tok ... Tok ... Tok ...
Terdengar ketukan pintu itu lagi membuat Solene benar- benat jengkel, lalu dia mengambil bantal berbentu love itu dan menghimpit telinganya agar dia tidak mendengar ketukan pintu itu lagi.
“Solene ini kak Nicko, bukain pintunya Dek, Koko mau bicara sebentar.”
Terdengar suara Nicko dari luar memanggil Solene tapi gadis itu makin menghimpit telinganya dengan bantal itu ‘Solene sama sekali tidak ingin di ganggu’
“Huff ...” Nicko menghela nafas berat. Dia melihat buku jarinya tangannya yang memerah karena terus mengetuk pintu itu tapi Solene tidak mau membuka pintu untuknya.
“Sampai jari ku berdarah pun Solene tidak akan membuka pintunya” ujarnya lesu
Nicko berkacak pinggang dan berpikir sejenak bagaimana caranya agar Adeknya tercinta itu mau membuka pintu untuknya.
Dan benar saja, tidak sia-sia dia memiliki otak yang cerdas
“Hmm ... aku tau!” kata Nicko bersemangat.
“ Chocolate Cake kesukaan Solene pasti dapat membuka pintu ini.” Gumamnya sambil tersenyum lebar.
Nicko langsung ke dapur dan menyiapkan semua bahan adonan yang dia perlukan untuk membuat Chocolate Cake di atas meja dan mualai mulai mengadon semua bahan itu untuk memasak Chocolate Cake.
Bi Imah kepala asisten rumah tangga keluarga Halim mendengar suara gaduh di dapur.
“Siapa yang memasak malam-malam begini?” gumam Bi Imah
Maka cepat-cepat dia lari menuju dapur untuk mengecek. setelah sampai di sana dia terkejut melihat Nicko sedang memasak sesuatu.
“Tuan muda sedang apa?” tanya Bi Imah heran
Nicko melihat wanita paruh baya itu sambil tersenyum hangat “Sedang membuat Cake kesukaan Solene Bi.” Jawabnya
“Ooh ... Tuan muda kenapa tidak bilang, biar saya masak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap
Romancecinta tidak datang terlalu cepat dan tidak datang terlambat. cinta datang tepat pada waktunya dan untuk jatuh cinta pada mu tidak perlu terburu-buru shone dan solene tidak dapat menghindar dari perjodohan itu, tapi ada satu hal yang di tawarkan shon...