14. Ruang Rindu

6.2K 925 25
                                    

Setelah pentas, kamu dan temen temen pada ke kelas buat ngehapus make up. Syukur tadi acaranya berjalan lancar. Walaupun ada yang bikin kamu gak konsen.

Siapa lagi kalau bukan Haruto dan Haruna.

Mereka serasi banget, kamu jadi minder kalau dijodohin sama Haruto. Dia ganteng ples pinter, lah kamu berlawanan semua yang ada didalam diri Haruto.

Jadi, ini alasan Haruto nggak ngabarin kamu lagi? Emang bener kalau Haruna pacar Haruto?

Hati kamu cemas. Kamu menatap ponselmu kosong, chat yang dulu, hanya diread oleh yedam. Entah Haruto membacanya atau tidak.

"Lesu amat neng." Ucap Lami sembari duduk disebelahmu.

Kamu tampak getir, "Ngga, gue gapapa." Ucapmu lirih sembari tersenyum.

Lami menghela nafas.

"Gini deh, kalau Haruto kembali ke lo berarti dia cowok baik, kalau nggak ya dia cowok brengsek. "

"Kalau dia nggak balik? Jadi gue bener bener dijodohin sama orang brengsek?"

"Err, ngga gitu Y/n."

"Gue muak. Habis pagelaran ini selesai, gue mau batalin semuanya! Apapun! Gue gapeduli." Sarkasmu,

Kamu berjalan keluar kelas untuk duduk di bangku itu. Tapi suara derapan kaki membuatmu menoleh.

Haruto.

Kamu menatap matanya, seakan akan tak bisa lepas. Kamu masuk ke dalam manik caramel milik Haruto sangat dalam, seperti enggan melepas kontak mata itu.

Haruto juga melihatmu, benar benar melihatmu. Tapi ia bungkam dan segera melewatimu begitu saja.

Hatimu mulai panas dan air matamu mulai tak bisa dibendung lagi. Kamu menangis.

"Kenapa? Kenapa pas gue mencoba buka hati. Lo malah seolah-olah nggak ngenalin gue? B-bahkan lo cuma ngeread line dari gue" Lirihmu sembari menunduk. Kamu menghapus air matamu, kamu meremas baju yang kamu kenakan.

"Kalau lo emang punya pacar ngomong aja kenapa sih. Biar hati gue tau, harus menetap atau pergi." Monologmu lagi dan lagi.

"Y/n, ngantin aja gimana?"

"Atau makan eksrim?"

"Geprek kuy, gue traktir deh. Tapi kapan kapan."

"Yeu sae unta."

Kamu yang tak bisa membendung air matamu, kini bahumu bergetar. Hatimu getir melihat Haruto sedang membawakan acara bersama Haruna.

Mereka benar benar terlihat seperti seorang kekasih.

"Firasat gue bener, kalau perjodohan ini nggak bakal terjadi secara lancar. Karena gue sudah menduga, Haruto dan gue berbeda."

Lagi lagi, air matamu keluar begitu saja saat melihat ia dengan perempuan itu sedang tertawa bersama.

SKIP

Kamu balik langsung pas acaranya selesai, nggak mau nongkrong dulu karena suasana hati yang lagi buruk.

Syukurnya papa jemput kamu lebih awal, biar nggak bisa liat Haruto sama Haruna lagi berduaan.

Kamu udah mandi dan udah ganti baju, papa sama mama malah pergi jemput kakak kandung kamu,

Masih inget kan kamu punya kakak, namanya Yoora. Doi ngerjain skripsi dan minta jemput, lumayan bisa ngumpul sama keluarga. Kan besok libur.

Kamu tengkurep sambil mainin hp. Dengerin lagu yang persis sama keadaan hatimu dan tiba tiba kamu menangis lagi.

Benar kata dilan, rindu itu berat.

"Dear, Muhammad Haruto Amanullah. Kalau lo emang cuman ngebahagiain orang tua, lo bisa milih jalan alternatif lain. Nggak menyetujui perjodohan ini."

Ceklek,

"Mama?"

Hening,

"Mah? Pah??"

Hening,

"Mbak Yoor? Mah?"

Hening,

"GALUCU WOY!"

Hening,

"MAMA? PAPA? ASTAGHFIRULLAH AING TAKUT."

Kamu buru buru memakai headset biar ngilangin ketakutan. Tapi, lagunya masih ngena bikin kamu nangis lagi.

Dan seketika kamar tidurmu kebuka.

"Astaghfirullah!!" Kamu menjerit dan melemparkan bantal yang kena tepat di wajah seseorang dihadapanmu.

Orang itu menutup mata karena saking terkejutnya.

Kamu yang melihatnya tambah terkejut.

Muhammad Haruto Amanullah.

"Ha--haruto..?"

"Iya, aku di sini. Hai Y/n. Apa kabar?"

Karena rindu yang tak bisa dibendung lagi, kamu menangis dihadapannya membuat Haruto terkejut.

"Y/n? Kok nangis?" Buru buru Haruto mendekat dan kamu menghalanginya.

Ia berdiri dihadapanmu dengan posisi kamu juga menghadapnya.

"Kenapa lo baru dateng?"

"Y/n--"

"Kenapa lo baru dateng setelah gue hancur karena lo!"

"A-aku minta maaf. Aku terlalu sibuk jadi ..."

"..."

Haruto menghela nafas, "Maaf."

Tangannya menggenggam tanganmu lalu mengelus pelan.

Kamu biarkan itu.

"Jadi, kamu nangis gini karena aku?"

"Maaf, gue gamau munafik lagi. Haruto, gue rindu sama lo."

"Aku juga, aku rindu sama Alvarela Y/n Khoirunnissa. Kamu, calon istri sah ku."

Future Husband ; Haruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang