16. Kedatangan Yoora

6.4K 903 96
                                    

Haruto membuka matanya pelan, ia merasa tangannya digenggam oleh seseorang. Haruto melirik ke kanan mendapatkan kamu yang sedang tertidur dengan posisi duduk.

Aw, Haruto meringis. Ia membayangkan pasti pegal sekali tidur dengan posisi seperti itu.

Tangan Haruto yang lain menyisir rambut ke arah belakang, lalu duduk perlan agar nggak membangunkan kamu.

Suasana hening dan hari mulai gelap, suara detik jam kamar membuat Haruto terlarut menatapmu. Ia sangat fokus melihatmu.

"Ini alasan bunda ngejodohin aku?" Lirih Haruto sembari tersenyum getir.

Ia benar benar tak salah menjawab 'iya' pada tempo hari itu. Malah, Haruto sangat bersyukur mendapatkan kamu. Padahal dulu ia ogah ogahan seatap denganmu.

"Kata mereka, cantik itu fisik. Tapi menurut aku, cantik itu kamu." Haruto terkekeh lalu bangun dari posisinya dan segera menggendongmu lalu membaringkan tubuhmu.

"Assalamualaikum, kami pulang!"

Haruto terkejut lalu menoleh ke arah pintu. Ia segera berjalan keluar dan menemui Yoora.

"Anjir! Penyusup!" Jerit Yoora sambil nunjuk nunjuk Haruto. Haruto yang kaget malah angkat kedua tangannya.

Haruto bingung dong? Soalnya dia kan baru pertama kali liat Yoora. Sebaliknya Yoora, dia nggak pernah liat Haruto.

Soalnya pas perjodohan itu, Yoora lagi di kos kosannya. Ngerjain skripshit katanya.

"Hush, penyusup apaan. Dia Haruto, yang pernah mama papa kasih tau." Ucap mama sembari menaruh barang belanjaan.

Yoora nyengir, "Ohhh, ini toh calon adek gue. Ganteng juga." Kekeh Yoora sambil ngulurin tangan.

"Gue Yoora Khoirunnissa, lo bisa panggil mbak Yoora. Kalau lo? Ahh, lo yang jadi bahan perbincangan keluarga gue? Haruto kan?"

Haruto tersenyum kikuk, "Iya kak, saya Haruto. Muhammad Haruto Amanullah."

"Kelas berapa lo? Sini duduk dulu, banyak yang gue bicarakan sama lo." Ucap Yoora memberi death gleernya. Haruto meringis.

"Udah kenal adek gue?"

Haruto mengangguk,

"Hmm, yakin?"

Lagi lagi Haruto mengangguk.

"Luar dalam?"

Lagi lagi lagi Haruto mengangguk.

"Oke, daleman yang dia pake sekarang apa?"

Haruto tampak terkejut saat Yoora memberikan pertanyaan yang menurutnya agak sedikit vulgar.

Yoora terkekeh, "Haha, sorry. Just kidding Haruto, gue cuman mau bilang kalau hati dia itu sensitif kek gigi--

Maksudnya, lo harus siap 24/7 jagain dia, apalagi jagain hatinya yang rumit. Lo cuman jalan bareng sama temen cewek, dia bakal bisa nangis. Hati hati dengan hati."

Yoora tersenyum membuat Haruto merasa nggak enak, "I-iya kak."

Soalnya kan Haruto pernah bikin kamu sedih secara nggak langsung.

"Udah mudeng? Jadi?"

"Jadi? Jadi apa?"

"Jadi kalau gue liat adek gue nangis, konsekuensinya apa? Lo milih jauhin dia selama dia mau sama lo lagi atau ..."

"Atau?"

"Atau lo pulangin perasaan yang ada di hatinya."

Duh, ancaman Yoora ngeri banget sih. Haruto sampe takut.

"I-iya kak, aku bakal nerima konsekuensinya. Apa aja."

"Bagus deh, Y/n mana? Eh bentar, lo udah dari tadi disini?"

"Iya kak, aku juga ketiduran disini."

"Just you and her?"

"I-iya.."

"Wtf kalian udah tidur bareng?"

"M-maksud aku tidur beda ranjang gitu, aduh gimana ya--"

"Hahaha, Haruto lo kok orangnya seriusan banget sih. Santai lah, gue udah tau yang lo maksud." Yoora dengan santainya melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Now, where is she?"

"She sleep a well."

"Ow, dugaanku benar. Jadi kamu dan dia tidur bareng kan?"

Perkataan Yoora benar benar membuat Haruto shy shy shy.

"Eum, maksud gue tidur bareng di ranjang yang berbeda." Koreksi Yoora, Haruto segera tersenyum.

"Haruto, lo bener bener udah yakin sama perasaan lo?"

"Maksudnya kak?"

"Gue ga begitu paham. Tapi perjodohan itu beda perasaan. I mean, lo belum terlalu suka sama Y/n mungkin?"

"No, you wrong. I love Y/n so much, i don't care about her ex or something. But my heart saying yes."

Future Husband ; Haruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang