[1]. Korea→

4.9K 378 37
                                    

W O N D E R T O W N
©youshouldcutthat


Ding-

"Jen, tolong angkat telfon nya,"

Gumaman serta sumpah serapah entah keㅡberapaㅡkalinya sudah terlayang dari bibir manis berpoles gincu merah muda. Gadis itu, Roseanne, sedang mencoba menghubungi salah temannya, yang sayang seribu sayang, sejak panggilan ke 4 belum juga ter-respon.

Pakaian mode ternama yang di rancang oleh tangan-tangan berbakat desainer butik prancis yang melekat pada tubuh semampainya bahkan sudah kusut, akibat remasan jemari yang ia lakukan pada kain bercorak tersebut.

Tutt-tutt-tutt,

"Jennie, kau benar-benar bedebah," bibirnya menipis begitu pula tungkai kakinya yang otomatis bergerak menendang kursi jok di depannya.

Terdiam sejenak guna menghela napas, lalu ia kembali meraih benda berbentuk persegi panjang yang sebelumnya ia letakan di sebelahnya, sayangnya jemari yang sedang berselancar di layar smartphone harus terpeleset ulah rem mobil yang mendadak terpijak.

"Aduh kepalaku!" semburnya kesal, menatap lamat lamat si pembuat onar, ia mendelik pada supir taksi yang terlihat ketakutan.

"Maafkan saya, nona," ucap pria paruh baya yang berprofersi sebagai supir taksi itu setengah mati, bahkan dilihat dari jauh pun, kedua tangan nya sedang bergetar hebat.

Kendati demikian, Rose hanya kesal, tak sampai hati memarahi pria berumur tersebut, bagaimana pun juga itu bukan sebuah kesengajaan, sehingga hanyalah anggukan pasrah yang ia berikan kepada supir taksi tersebut.

20 menit berlalu, destinasi terlukis di depan mata, bibirnya mengulas senyum bahagia, 15 tahun memendam rindu tak berarti apa-apa setelah melihat bangunan korea bergaya kuno tersebut.

Berjalan cepat menuju pintu masuk yang hanya dibuat dengan 2 tembok pembatas, matanya menyipit mengatahui tak ada yang berubah dari tempat itu.

"Masih sama ya?" ucapnya yang sedang meraba dinding berwarna kecoklatan disampingnya.

"Kalau kau teliti, tentu tidak,"

"Doyoung!"

"Hai lagi," jawab Doyoung sembari melepas celemek biru tua yang melekat di tubuhnya.

Dengan gesit pula tangannya meraih satu botol air mineral dari dalam boks alumunium yang berada di dekat kontainer dapur.

"Duduk?" tanya Doyoung yang sudah berdiri di depan Rose, salah satu tanganya pun turut menggoyangkan botol air mineral yang tadi ia ambil.

"Jauh-jauh dari Australia, dan kemari hanya disambut dengan sebotol mineral?" tanya Rose tak habis pikir, bukankah harus ada welcome drink, whisky atau semacamnya?

Gelengan tak percaya justru diberikan Doyoung untuk menyambut pertanyaan yang diajukan Rose.

Masih untung ia beri minuman.

"Aku dapat memberikanmu kaset Naruto, kalau kau mau," ucap Doyoung meneruskan.

Tentu yang bersangkutan hanya melotot tak percaya, "kupikir limabelas tahun waktu yang lama untuk merubah karaktermu, Kim,"

Lama tak berjumpa, niat hati untuk mencicipi makanan lezat ala korea, yang ia dapatkan justru koleksi emosi jiwanya yang bertambah.

Hening kembali menyelimuti suasana, Rose sedikit mengetukan jemarinya pada meja yang kini menjadi pembatas antara dirinya dan juga teman masa kecilnya tersebut.

"Bagaimana kabar nya? " ujar Rose secara tiba-tiba.

"Tanpa basa-basi sedikitpun, sepertinya kau minat sekali bertanya tentang dia,"

"Jawabanku tetap sama seperti dahulu, ia tak berubah," lanjut Doyoung dengan kekehan kecil.

Rose senang sekali, terdengar dari suara ketukan wedges ringan yang tak beraturan serta menciptakan bunyi decitan kecil.

"Doyoung, sebenarnya aku―"

"Begini Rose, Aku sudah berkali kali mendapatkan ungkapan cinta, jadi simpan saja keinginanmu untuk menyatakan padaku," potong Doyoung yang kini sedang menyeringai jahil.

Mendengus tak suka, kaki mulus yang sedari tadi anggun menjadi ganas terbukti dengan wajah Doyoung yang tiba-tiba terlihat masam.

"Kau menginjak kakiku?" tanya Doyoung memastikan.

"Kalau aku menggigitnya, bukankah menjijikan?" sahut Rose garang.

"Otoritas," gumam Doyoung sepelan mungkin, ia bahkan sedikit menutup bibirnya dengan telapak tangan kanan untuk meredam suaranya.

Lupakan gumaman Doyoung, karena sayangnya indra pendengaran Rose masih berfungsi dengan baik.

Rasanya Rose perlu membekap mulut Doyoung yang lebih menyebalkan dibanding tergigit saat seriawan.

"Hm, daripada itu, apa kau membawa ponsel?"

Tentu. Doyoung mengangguk polos, "aku bawa, kau ingin meminjam?" tanya nya selagi mencoba mengambil handphone kesayanganya di saku celana jeans yang ia kenakan.

"Ya, aku beberapa kali mencoba menghubungi temanku, tapi tak bisa, sepertinya layananku habis," ujar Rose mengingat kembali kejadian di taksi beberapa jam yang lalu.

Harusnya ia dan Jennie bertemu di bandara, sayangnya tuntutan jadwal pekerjaan temanya tersebut, membuatnya harus berangkat terlebih dahulu.

"Terimakasih Doyoung! Ponsel ini Kubawa, ya?" ucapnya sembari berjalan keluar dari restaurant tersebut dengan tawa riang.

Doyoung?

Biasa saja.

"Dari dulu," gumamnya dengan senyum pahit.

TBC








Bonus rose'stagram.

Bonus rose'stagram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roses_are_rosiee

20.050, and others
1.000 comment

✄ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Chapter 1, left the group

Makasi ya, udah baca chapter 1, cerita apaan gini, jangan lupa Vote+comment ♡→

-Del.

WONDERTOWN ; Rosé x Jaehyun [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang