[12]. Nowadays¿

902 106 2
                                    

W O N D E R T O W N
@youshouldcutthat

—Terbangun di pagi hari dengan perasaan bahagia, dapat dikatakan sebagai pembuka hari paling ideal untuk mengawali kegiatan.

Menuangkan sereal stroberi dan susu rasa vanili kedalam mangkuk berukuran sedang.

Menyalakan televisi sembari bersenandung riang, dan melahap perlahan makanan ditemani acara kebugaran.

—beep—

Jam digital diatas nakas berbunyi nyaring, pergantian jam turut terpampang di layar, 10.56 rupanya.

9 jam, total yang Rose habiskan untuk menggelung diri dalam selimut bulu tebal miliknya. Gadis itu mengintip sedikit celah pada selimut yang membungkus tubuhnya secara keseluruhan.

Nampaknya matahari sudah tidak sungkan memamerkan teriknya.

Ngomong-ngomong mengenai terik, sepertinya cuaca Gangnam pagi ini cukup dapat dipercaya untuk menghilangkan ngilu serta penat di kepala.

Hangover.

Gadis itu terlalu banyak menuangkan minuman berkadar alkohol pada cawan kecil yang kini bahkan ia tidak tahu dimana keberadaan benda tersebut. Karena seingatnya, ia membanting cawan kayu berdiameter 7 centi itu entah kemana, tepat pada shot ke-15 yang ia lakukan.

Wanita mana yang memutuskan untuk mabuk pada jam 6 sore?

Setelah Rose pikir ulang, sepertinya ia merasa akan sangat pantas untuk dinobatkan sebagai wanita paling bodoh di kehidupannya.

Bosan memikirkan kejadian malm itu, ia memulai peregangan kecil setelah bangkit dari single bed yang rasanya sudah menempel sempurna pada punggungnya.

Hubungan dengan kasur semakin mesra saja.

Berjalan keluar kamar, dan melakukan rutinitas seperti biasanya ; menghangatkan air dalam pemanas guna membuat secangkir teh tawar.

Alarm apartment berbunyi, sepertinya Jennie. "Rose, maaf aku baru membeli roti gandum dan beberapa jeruk di pasar,"

Ya, itu jelas suara Jennie yang mengoceh di areal ruang tamu.

Rose melongok dari arah pantry dapur yang di sekat oleh tembok. Jennie berdehem pelan, membuat Rose mau tak mau bertanya. "Ada apa Jennie?" Ucap Rose nyaris berbisik di sebelahnya.

Jennie meremat pelan ujung kemeja oversized yang ia kenakan, "Rose, Aku harus secepatnya kembali ke Australia,"

Rose menoleh cepat, ia bahkan hampir tersedak oleh bulir jeruk yang sedang ia nikmati, mudah sekali Jennie mengatakan hal tersebut, memang benar sih, secara keseluruhan Jennie memang berhak untuk kembali ke kampung halaman nya kapanpun yang ia mau.

"Tapi kenapa—"

Jennie tersenyum, berteman dan tumbuh dewasa bersama Rose adalah sesuatu yang dapat dikatakan lucu, bagaimanapun juga, gadis itu sebenarnya adalah sosok yang rapuh dan plinplan, suatu keputusan bisa saja berubah jalur bila sudah berkaitan dengan perasaan.

Rose itu bukan Jennie sekali, itu yang Jennie tafsirkan.

"Aku harus kembali bekerja, paman dan bibiku juga pasti sudah rindu dengan keponakannya yang sudah berbulan-bulan tinggal di benua yang berbeda," ucap Jennie sembari berjalan kearah dapur untuk mematikan kettle.

WONDERTOWN ; Rosé x Jaehyun [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang