Nine

66 13 9
                                    

"Udah lama nunggu Rin?" Tanya Luthfi sambil menyerahkan helm kepada Airin.

"Lumayanlah, tapi gapapa walau nunggu itu gak enak."

"Lo ngode gue ya?"

"Woyy bersihin upil aja masih pake tangan, udah mau aja dikode cewek." Balas Airin kemudian duduk di jok belakang motor Luthfi.

"Lah emang lo bersihin upil gak pake tangan?" Tanya Luthfi.

"Gak lah! Gue bersihin upil pake iman dan takwa, weisss." Ujar Airin sambil bertepuk tangan sebagai bentuk kekaguman atas kehebatan dirinya sendiri.

"Gak waras emang." Ucap Luthfi menggeleng-gelengkan kepala kemudian mulai melajukan motornya bergabung dengan deru kendaraan lain.

Dalam perjalanan, keduanya sama sekali tak berniat untuk membuka obrolan. Mau bagaimana lagi, orang suara mereka saja kalah oleh bisingnya kendaraan yang sangat mendominasi jalan raya ibu kota.

Beberapa saat kemudian, motor Luthfi telah sampai di halaman sekolah yang dipenuhi oleh bis untuk mengantarkan keberangkatan mereka dalam acara camping di luar sekolah. Tanpa menunggu waktu lama Airin langsung saja turun dan melepas helmnya kemudian ia berikan helm itu pada Luthfi.

"Makasih ya Fi." Ucap Airin sambil tersenyum tulus.

"Gak usah sok manis nyet." Balas Luthfi sambil menjitak kepala Airin.

"Lah gue emang manis kels."

"Hm manis."

"Beneran ya gue manis?"

"Gak lo! tapi janji-janji lo yang manis."

"Ih ciyee yang kemakan janji manis gue, ututu cowok kok baperan." Kata Airin tak lupa dengan senyuman jailnya.

"Serah Rin. Udah sana lo masuk ke bis, pesen gue pas di perjalanan lo harus tidur. Soalnya lumayan jauh tempatnya. Satu lagi, usahain pilih temen duduk cewek, jangan sama cowok soalnya banyak modusnya." Saran Luthfi panjang lebar. Sedangkan yang diberi saran sudah ngacir terlebih dahulu menuju bisnya.

Luthfi yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala kemudian tersenyum samar, "Kok bisa gitu ya cewek tapi gak ada jaim-jaimnya? Hm mungkin itu juga ya alasan gue naksir sama lo Rin."

Saat sudah memasuki bis, Airin melihat hampir semua tempat duduk sudah terisi semua. Kemudian tanpa sengaja matanya menangkap satu tempat yang kosong tanpa ada satupun pemiliknya. Tanpa berpikir lama Airin langsung saja ke sana agar dapat meletakkan tasnya yang lumayan berat. Saat hampir mendudukan dirinya pada tempat duduk di samping jendela, indra pendengaran Airin menangkapan suara sepasang remaja yang sedang bertengkar memperebutkan hak masing-masing.

"Woyy gue dulu yang duduk di sini ya." Bentak seorang gadis tak terima akan tempat duduknya yang hendak direbut. Gadis itu adalah Yesi, sedangkan lelaki di depannya adalah Riko yang dengan tenang menganggap omongan Yesi hanyalah angin lalu.

"Terus masalah buat lo?" Balas Riko dengan tenangnya.

"Ya masalah dong?! Jelas-jas gue duluan kok yang mau duduk sini."

"Ribet amat sih, kursinya kan dua tinggal duduk bareng apa susahnya hm?"

"Lah gak bisa dong, gue kan mau duduk sama Inka."

"Inka sama Udin, mau apa lo?"

"Ta--"

"Udahlah Yes duduk bareng Riko apa salahnya sih." Sahut Airin yang berjarak beberapa bangku di depan mereka.

"Rin kok lo gitu sih?" Tanya Yesi dramatis.

"Biarin Inka sama Udin bego. Lo gak mau kan anak galak itu jomblo melulu."

Maybe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang