Eleven

47 8 6
                                    

Minggu pagi pukul 09.00. Seluruh murid kelas XI sibuk berkemas karena acara camping mereka telah selesai sehabis upacara penutupan pada pukul 07.00 pagi tadi. Airin yang sedari tadi sudah selesai berkemas, tengah duduk sendiri di sebuah batu besar sambil menatap kosong ke depan.

"WOYYY!!" Seseorang datang dari belakang sambil memukul bahu Airin pelan.

Airin yang sedang melamun, sontak saja kaget sampai hampir jatuh terjengkang. Ia langsung saja melotot, tanda ia marah pada orang didepannya ini.

"Kok cuma melotot sih Rin. Jadi gak seru ih gangguin lo." Luthfi berujar. Entah sejak kapan ia ketularan sifat usilnya Rasya yang hobi banget mengganggu ketenangan Airin.

Ah iya Rasya. Dia jadi menyesal jika teringat cowok itu, apalagi sampai membandingkannya dengan Luthfi. Karena jujur saja, Airin masih sakit bila memikirkan hubungan antara Rasya dan Inka. Ia tersenyum miris.

"Muka lo kenapa sedih gitu sih Rin? Kebelet boker apa gimana?" Tanya Luthfi sambil mendudukan diri di samping Airin. Ia sadar sifat Airin saat ini berbeda dari biasanya yang selalu ceria.

"Gue masih ngantuk banget." Jawab Airin sekenanya.

"Lo tadi malem tidur jam berapa? Itu mata kenapa bisa sembab gitu? Sini coba gue lihat." Ujar Luthfi kemudian menyentuh mata Airin dengan lembut. "Jangan bilang semalem lo nangis terus gak tidur sama sekali?"

Airin berdecak, kemudian menepis tangan Luthfi pelan. "Gue gak nangis. Cuma gak bisa tidur aja, terus karna kebanyakan main hp mungkin. Jadinya nih mata agak sembab gitu." Elak Airin sambil tetap memandang ke depan, menghindari tatapan intimidasi dari Luthfi.

"Awas aja ya kalo lo ketahuan nangis?!"

"Emang ada masalah apa sampe gue harus nangis?" Balas Airin sambil menengok ke arah Luthfi.

"Ya mungkin karena lo kangen gue bisa aja kan."

Airin tak bisa menahan sudut bibirnya yang tertarik. Ia menabok lengan Luthfi cukup keras sampai si empunya meringis kesakitan. "Gak usah geer ya! Najis banget kalo gue kangen sama rakyat jelata kayak lo."

"Halah kalo kangen tu bilang gak usah dipendem gitu." Ujar Luthfi masih mencoba untuk menggoda Airin. Dalam hati ia tersenyum senang saat sifat Airin telah kembali semula. Bukannya tidak peka, Luthfi cukup paham pasti yang dikatakan Airin itu bohong. Ia tau Airin itu cengeng, tapi cewek itu berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat menyedihkan di hadapan orang lain. Unik kan? Oleh karena itu Luthfi pura-pura tidak tahu demi menghargai usaha Airin.

"Kangen sama lo tu buang-buang waktu banget tau gak. Ibarat kata itu kayak truk nabrak mobil."

"Apa hubungannya bego?!" Sahut Luthfi sambil menoyor kepala Airin.

"Bisa membahayakan nyawa orang lain, itu hubungannya. Karena kalo sesorang  kangen sama lo, dia bisa langsung kejang-kejang dan mati. Dan lo tau matinya orang itu penuh penyesalan karena sempat kangen sama cowok yang wajahnya gak lebih baik dari celana dalemnya Nobita." Jelas Airin panjang diakhiri dengan tawa yang menggelegar.

Luthfi memandang Airin dengan tatapan datar. Kemudian ia kembali berujar, "Parahan mana sama muka lo yang bahkan gak lebih baik dari pantat ayam hah?!"

"Lo bilang muka gue lebih jelek dari pantat ayam? Oh tidak bisa. Gue tau Fi lo ngomong gitu buat nutupin kedok lo kan karena udah terpesona sama keanggunan gue sebagai ratu kecantikan sejagat raya?!"

"Hm serah Rin serah." Ucap Luthfi pasrah, kemudian ia menarik tangan Airin untuk berdiri saat melihat bis yang mereka tunggu sudah datang. "Ayo Rin tuh bisnya udah dateng."

"Eh bentar Fi." Luthfi menengok memberikan tatapan bertanya pada Airin. "Gue ikut duduk sama lo ya di bis panitia?"

"Eh? Gak biasanya lo kayak gini. Biasanya kan lo lebih milih sama sahabat-sahabat lo kan Rin. Lo kenapa sih? Ada masalah sama mereka?"

Maybe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang