Seven

70 11 7
                                    

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Sesuai perjanjian mereka pagi tadi. Airin, Yesi, dan Inka kini telah berada di dalam mobil jazz merah milik Inka. Tak perlu waktu yang lama Inka langsung saja menancap gas agar mobil segera melaju membelah ramainya jalan raya kota Jakarta.

"Lo udah izin sama Tante Aina kan Rin?" Tanya Inka memecah keheningan.

"Udahh kok, malahan nih dia seneng kalo gue gak ada di rumah sampe besok. Makanannya bisa dihabisin sendiri katanya."

"Ihhhh jadi kangen Tante Aina dehhh." Sahut Yesi lebay!

"Kangen bunda gue atau kakak gue hm?" Balas Airin menyindir.

"Kayak lo gak tau Inka aja sih Rin, dia mah paling demen tu kalo lihat yang namanya cogan." Celetuk Inka sambil tetap fokus menyetir.

"Biarin dong, tanpa cogan hidup ini akan hampa."

"Helehhh drama banget sih lo." Sahut Airin sambil menoyor kepala Yesi, "Eh tapi abang gue kebetulan lagi di rumah lho."

"APA?! Kok lo gak bilang sama gue sih Rin. Tau gitu kita nginep di rumah Airin aja."

"Jadi lo gak mau nginep di rumah gue Yes?"

"Wohoooo gak gitu Inka yang baperan. Maksud gue tu kalo kita nginep di rumah Airin kan gue bisa tu ngobrol-ngobrol sama Bang Rival, kali aja jodoh gitu."

"Gak pokoknya lo gak boleh nikah sama Bang Rival. Ogah banget gue kalo disuruh manggil lo kakak."

"Yah belum apa-apa udah ditolak dulu nih sama adek ipar. Sabar ya Yes."

"Hm."

Tak terasa mobil yang ditumpangi mereka telah sampai di pekarangan rumah Inka yang bisa dibilang luas. Dari mereka bertiga, Inka ini bisa disebut gadis yang paling berkecukupan. Bagaimana tidak, ayah Inka berprofesi sebagai pengusaha ternama, sedangkan ibunya memiliki toko kue yang cukup terkenal di Jakarta. Namun dengan begitu tidak menjadikan Inka seorang gadis yang sombong dan suka berfoya-foya seperti remaja lainnya. Ia lebih suka berdiam diri di rumah dengan buku-buku tebalnya atau jika ada waktu Inka hanya mau jalan-jalan bersama Yesi dan Airin.

"Assalamualaikum, bunda Inka pulang." Ujar Inka sambil membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk mempersilahkan Airin dan Yesi masuk.

"Waalaikumsalam, kok baru pulang sih?" Tanya bunda yang tengah berjalan menghampiri mereka.

"Tuh nungguin ratu sibuk." Sahut Inka sambil menunjuk Airin menggunakan dagunya.

"Eh ada Airin sama Yesi toh. Haduh kok lama gak kesini sih? Bunda padahal udah sering tu bilang ke Inka buat ngajak kalian ke rumah. Tapi taunya baru dibawa sekarang."

"Iya bun, Airin sama Yesi sering kok diajak Inka. Tapi kebetulan Airin sibut terus bun, ini aja boleh karna besok kamis libur." Jelas Airin sambil tak lupa mengecup punggung tangan Indi, diikuti oleh Yesi.

"Pasti kamu sibuk ngurusin OSIS ya? Aduh kamu itu udah pinter aktif lagi. Sampe Yesi sama Inka masih aja dipringkat 2 atau 3 karna gak bisa ngalahin kamu." Puji Indi pada Airin.

"Hati-hati bun Airin terbang tuh." Balas Yesi dan Inka sambil terkekeh kecil.

"Hahaha kalian bisa aja sih. Yaudah cepet sana mandi habis itu sholat maghrib. Entar habis sholat bunda bikinin kue sama makanan yang enak deh."

"Yeee makasih bundaa." Sambut mereka histeris.

***

Prank?!

Suara pecahan gelas dan piring pecah secara bersusul-susulan begitu menggema di dalam rumah mewah yang menempatkan satu keluarga kecil didalamnya.

Maybe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang